Kasus Sapi Penyakitan Meluas Pak Menteri, Harga Daging Makin Mahal

Kasus Sapi Penyakitan Meluas Pak Menteri, Harga Daging Makin Mahal

Nasional | rm.id | Minggu, 15 Mei 2022 - 06:45
share

Serangan wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) terhadap sapi di berbagai daerah makin meluas. Selain di Jawa Timur dan Aceh, sejumlah daerah ikut melaporkan banyak kasus sapi penyakitan. Dampaknya, harga daging sapi di berbagai daerah makin mahal. Gimana nih, Pak Mentan?

Awalnya, wabah PMK dilaporkan hanya terjadi di 2 provinsi, yakni Jawa Timur dan Aceh. Kementerian Pertanian (Kementan) bahkan langsung menetapkan sejumlah kabupaten dan kota di 2 provinsi tersebut, sebagai zona merah penyebaran wabah PMK dengan status lock down.

Ternyata, upaya yang dilakukan pemerintah tak cukup ampuh menghentikan laju penyebaran wabah. Bahkan, sapi yang dilaporkan terkena PMK makin meluas hingga ke daerah-daerah lain.

Di Bangka Belitung, tiga kabupaten: Bangka, Bangka Tengah, dan Bangka Selatan melaporkan ada ratusan sapi yang terpapar PMK. Ratusan ekorsapilainnya yang ada di Kota Pangkalpinang, Bangka Barat dinyatakan masih suspekPMK. Nahasnya, sapi-sapi tersebut sudah menunjukkan gejala PMK. Sebanyak 350 sampel darah suspekPMKtelah dikirim ke laboratorium Jatim, untuk diteliti lebih lanjut.

Sementara itu, di Kabupaten Banyumas telah ditemukan tiga sapi perah terindikasi virus PMK. Ketiga sapi tersebut telah disembelih dan sampelnya dikirim ke Balai Besar Veteriner Wates, Yogyakarta, untuk dicek kepastian infeksinya.

Kondisi yang sama juga terjadi di Semarang, Kudus, Klaten hingga Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat. Banyak sapi di daerah tersebut yang mati, akibat terjangkit PMK.

Meluasnya serangan wabah PMK ini, membuat masyarakt resah. Apalagi, dalam waktu dekat, akan memasuki hari raya Idul Adha. Kebutuhan umat Islam terhadap sapi sebagai hewan kurban, tentunya akan meningkat.

Tak hanya soal Idul Adha, saat ini meluasnya wabah PMK mulai dirasakan dampaknya oleh masyarakat. Harga daging sapi di sejumlah pasar, ikutan mahal. Di sejumlah pasar bilangan Jakarta misalnya, harga daging sapi sudah menembus Rp 140-150 ribu per kg. Padahal, pasca Idul Fitri, harga daging sapi sempat turun dibanding sebelum hari raya. Namun, harga naik lagi akibat wabah PMK yang terjadi di sejumlah wilayah.

Bukan hanya harganya yang masih melambung, ternyata wabah ini membuat penjualan daging sapi juga menurun. Di pasar tradisional, KabupatenKudus, Jawa Tengah, para pedagang mengeluh omzetnya menurun drastis dibanding hari-hari biasa. Kalau sebelumnya penjualan daging sapi mencapai 60 kg per hari, sekaran turun hanya di kisaran 15-20 kg per hari. Itu juga habisnya lama, bisa 2 sampai 3 hari.

Dampak wabah PMK ini membuat banyak pihak khawatir. Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu\'ti meminta Kementerian Pertanian (Kementan) yang dipimpin Syahrul Yasin Limpo itu, segera mengatasi hal ini sebelum membawa dampak pada suplai hewan kurban. Jika tidak buru-buru diselesaikan, khawatirnya akan membuat masyarakat resah.

"Kami mengimbau kepada Pemerintah, khususnya Kementan untuk segera berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait agar persoalan ini teratasi. Memang, kasusnya masih kecil, tetapi penyebarannya bisa sangat cepat dan luas, karena ini virus," pinta Mu\'ti.

Ia mengkhawatirkan, jika tidak segera diatasi, persoalan kesehatan hewan kurban ini dapat menimbulkan dampak psikologis dan politis kepada masyarakat. Apalagi sudah ada yang berspekulasi bahwa wabah PMK ini permainan importir, di mana sapi tidak sehat menjadi alasan pemenuhan hewan kurban kelompok tertentu untuk mengimpor sapi dari luar negeri.

"Tanggung jawab pemerintah dan kita juga dengan cara masing-masing bisa membantu bagaimana persoalan PMK bisa teratasi hingga umat Islam dapat melaksanakan ibadah kurban dan menyembelih hewan kurban yang sehat sesuai dengan ajaran Islam," kata Mu\'ti.

Peneliti Indef, Sugiyono Madelan menilai, tingginya permintaan tidak sebanding dengan penawaran yang ada. Sekalipun ada impor daging, tetap saja belum bisa mengatasi tingginya harga. Terlebih ada wabah PMK ini, masyarakat jadi waswas mengkonsumsi daging sapi.

"Akibat adanya teori jeruk \'the lemon dilemma\', maka sedikit sapi yang terjangkit penyakit PMK, maka konsumen daging sapi akan berperilaku ada banyak sapi yang terkena PMK. Sekalipun sapi yang sehat jumlahnya sangat jauh lebih banyak," ulas Sugiyono, tadi malam.

Ia menyarankan, Kementan perlu melakukan beberapa terosian, yaitu Pertama, sertifikasi pada daging sapi yang dikeluarkan BPOM. Kedua, kegiatan vaksinasi untuk mencegah terjadinya PMK. Ketiga, kegiatan pencegahan asal-muasal hanya sapi yang sehat yang dipotong untuk dikonsumsi. Hal ini karena terjadinya penjualan dengan harga yang murah untuk sapi yang menunjukkan gejala awal dari PMK.

Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi IV DPR, Dedi Mulyadi menyarankan pemerintah memborong saja sapi penyakitan dari peternak untuk dimusnahkan. Menurutnya, langkah ini jauh lebih cepat menyelesaikan wabah, ketimbang melakukan lock down atau penyemprotan disinfektan. [ MEN ]

Topik Menarik