Kebon Sirih Dan KPAI Dorong Evaluasi PTM 100 Persen Kasus Hepatitis Anak Meningkat Di Ibu Kota

Kebon Sirih Dan KPAI Dorong Evaluasi PTM 100 Persen Kasus Hepatitis Anak Meningkat Di Ibu Kota

Nasional | rm.id | Sabtu, 14 Mei 2022 - 07:30
share

Kasus Hepatitis mengalami peningkatan di Ibu Kota. Untuk mengerem penularan, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) DKI Jakarta dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendorong Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI mengevaluasi Pembelajaran Tatap Muka (PTM) 100 persen.

Politisi Kebon Sirih memandang evaluasi PTM penting karena penyakit Hepatitis Misterius menyerang usia anak-anak.

Kasus Hepatitis ini bertambah setiap harinya, kami harus siaga mencegah penularan di sekolah-sekolah yang mengadakan PTM 100 persen, kata anggota Komisi E DPRD DKI Idris Ahmad, Kamis (12/5).

Selain evaluasi PTM, Anggota Komisi Bidang Kesra ini mendesak Pemprov DKI memerintahkan kepala sekolah segera melakukan langkah pencegahan.

Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini juga mengimbau, Pemprov DKI melakukan pencegahan di ruang-ruang publik. Seperti tempat bermain, mall, penitipan anak dan tempat lain yang berpotensi terjadi penularan.

Kebiasaan hidup bersih harus ditingkatkan. Apalagi, saat ini sudah dilakukan pelonggaran karena angka Covid menurun, tegasnya.

Anggota Komisi E lain, Ima Mahdiah meminta Dinas Pendidikan (Disdik) dan Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai penyakit Hepatitis Misterius kepada semua warga sekolah, termasuk orangtua dan para siswa.

Pemprov DKI harus jemput bola, sosialisasi ke semua-semua sekolah apabila menemukan ciri-ciri yang mengarah kepada Hepatitis, kata Ima kepada wartawan, Kamis (12/5).

Anggota Fraksi PDIP ini menyarankan para siswa agar membawa bekal masing-masing untuk menjaga higienitas makanan.

Kantin-kantin di sekolah jangan dibuka dulu karena Hepatitis masih meningkat, sarannya.

Anggota Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), KPAI Retno Listyarti meminta, PTM tidak digelar 100 persen sebagai upaya pencegahan penularan Hepatitis Misterius.

Dia juga mendorong Surat Edaran (SE) Sekretaris Jenderal (Sesjen) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) terkait penyelenggaran PTM, dievaluasi. Dalam SE itu kantin diperbolehkan buka dengan batasan pengunjung 75 persen.

SE itu penting dievaluasi kembali karena penularan Hepatitis melalui saluran pencernaan dan saluran pernafasan, katanya dalam keterangan tertulis, Kamis (12/5).

Retno yakin sekolah belum mempersiapkan secara khusus untuk mengantisipasi Hepatitis Misterius. Sebab, hingga kini belum ada petunjuk khusus dari Kemendikbudristek, Kemenag, dan Dinas Pendidikan.

KPAI menyarankan, sekolah bekerja sama dengan Puskesmas terdekat untuk membantu Pemerintah Daerah menyosialisasikan pencegahan penyakit ini. Sekolah harus mengimbau kepada guru, siswa, dan orangtua murid agar menjaga kebersihan dan makanan yang dikonsumsi.

Sebaiknya orangtua membekali anak-anak ke sekolah dengan makanan dan minunan dari rumah. Jangan jajan sembarangan, pesannya.

Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mengungkapkan, ada 24 anak menderita gejala Hepatitis di Ibu Kota. Namun belum dipastikan apakah ke-24 anak tersebut mengidap Hepatitis Misterius atau bukan.

Kami masih tunggu beberapa hari ke depan hasil persisnya, katanya, di Balai Kota, Kamis (12/5).

Riza mengingatkan, masyarakat untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan protokol kesehatan. Selain itu, hindari tempat-tempat umum yang digunakan bersamaan.

Ketua DPD Partai Gerindra Jakarta ini juga meminta, warga untuk lebih berhati-hati. Sebab Hepatitis Misterius ini tak hanya menyasar anak, tapi juga orang dewasa.

Jika kasus Hepatitis semakin meluas, Riza mengatakan, ada kemungkinan Jakarta menerapkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau online.

Suku Dinas Pendidikan Wilayah II Jakarta Utara menganjurkan, siswa kurang sehat untuk tidak mengikuti PTM. Hal itu guna mencegah penularan Hepatitis Misterius.

Kalau badannya panas, itu tidak kami perkenankan masuk. Jadi, kami minta istirahat atau belajar di rumah, kata Jaanan, Kepala Seksi Pendidikan Dasar, Pendidikan Khusus, dan Layanan Khusus (Dikdas PKLK) Suku Dinas Pendidikan Wilayah II Jakarta Utara kepada wartawan di Jakarta Utara, Kamis (12/5).

Dia mengatakan, di beberapa sekolah memang belum semua siswanya masuk 100 persen dengan berbagai alasan. Salah satunya karena kondisi kurang sehat.

Jaanan mengaku, sudah memonitor kegiatan pelaksanaan hari pertama masuk sekolah untuk melihat persiapan sekolah, khususnya penerapan prokes. Dari dia (siswa) masuk pintu gerbang sampai dia hadir di kelas. Jadi, siswa wajib mengikuti prokes di sekolah, tuturnya. [DRS]

Topik Menarik