Tujuh Sapi Milik Peternak Asal Gresik Ini Mati Terjangkit PMK

Tujuh Sapi Milik Peternak Asal Gresik Ini Mati Terjangkit PMK

Nasional | jawapos | Jum'at, 13 Mei 2022 - 06:30
share

JawaPos.com- Hari-hari ini Sulaiman tengah mendapat ujian berat. Penyakit mulut dan kuku (PMK) yang menyerang sapi, membuat peternak asal Desa Randupadangan, Kecamatan Menganti, Gresik itu kelimpungan. Maklum, sudah tujuh sapi miliknya yang mati dalam dua hari terakhir.

Entah ujian itu sampai kapan. Yang pasti, saat ini masih terlihat banyak sapi seolah tak bertenaga. Mengangkat kepala pun tidak bisa, apalagi berdiri. Sulaiman pun hanya dapat menaruh asa besar, wabah PMK itu bisa segera berlalu. Pemerintah terus bergerak menanggulangi.

Dua hari lalu, Sulaiman terpaksa menjual tiga ekor sapi miliknya. Dia was-was sapi-sapi itu malah mati sia-sia. Seperti sapi miliknya yang mati pada Selasa kemarin. Kemarin, satu saya pertahankan, saya obati, dan diberi ramuan gula dan garam, akhirnya mati juga, ucapnya.

Di kandang milik Sulaiman, hingga kemarin siang tinggal 12 sapi dewasa, 9 sapi anakan, dan 3 sapi remaja. Namun, dari sapi-sapi itu praktis tidak ada satupun yang tampak bugar. Hanya dua sapi yang masih mampu berdiri. Itupun wajahnya terlihat pucat.

Melego tiga sapi itu, sebetulnya juga pilihan berat bagi Sulaiman. Bak menelan buah simalakam. Betapa tidak, harganya sangat anjlok. Namun, jika tetap dipertahankan, dia khawatir ternak itu tumbang. Upaya yang dilakukan pemerintah, rupanya belum cukup menjadi obat penenang perasaan hatinya.

Harga sapi yang telah saya jual itu belum tahu berapa. Sebab, saya belum menerima uangnya. Tapi, sudah dipotong, katanya.

Sejauh ini, sapi-sapi di kandang milik Sulaiman baru mendapat obat satu kali. Sekitar empat hari lalu, ada petugas datang untuk memberikan obat itu. Para petugas itu juga memberikan saran bagaimana merawat sapi yang sedang terserang PMK. Mulai rutin membersihkan kandang, termasuk meminta beli vitamin sendiri.

Masih sekali disuntik antibiotik, vitamin, dan penurun panas. Untuk vitamin disuruh membeli sendiri. Padahal, pemberian vitamin sehari lima butir, kata kakek tiga cucu itu.

Memang, sejauh ini distribusi obat di wilayah Menganti masih terbatas. Para peternak harus menunggu giliran mendapatkan suplai dari pemerintah. Kalaupun sudah dapat giliran, hanya sekali dapat giliran. Obatnya kurang, sudah seminggu ini saya baru dapat obat satu kali, imbuhnya.

Berdasarkan data, hingga Rabu (11/5) sudah 17 ekor sapi mati akibat wabah PMK. Dari jumlah itu, tujuh ekor di antaranya adalah milik Sulaiman. Kerugian diperkirakan mencapai Rp 100 juta. Tidak hanya itu, Sulaiman juga tidak lagi bisa menjual susu hasil perahan dari sapi-sapi tersebut.

Setiap pagi, sapi-sapi milik Sulaiman bisa menghasilkan minimal 45 liter. Namun, sejak wabah PMK menyerang, hanya mendapat susu perah 5 liter. Banyak yang saya pikirkan saat ini. Ketika nanti sapi-sapi sembuh, saya juga perlu memulihkan berat badan dan kesehatannya. Ibaratnya, kerja mulai dari awal lagi, ujar bapak 53 tahun itu.

Sudah sejak 1992 Sulaiman menjadi peternak sapi. Selama itu belum pernah mengalami kejadian luar biasa seperti saat ini. Karena itu, pihaknya hanya bisa berharap harap dari pemerintah. Terutama soal jaring pengaman maupun obat-obatan. Kami lebih berharap pengobatan atau vaksin itu segera dilakukan, tutup Sulaiman.

Tentu tidak hanya Sulaiman, ada ribuan peternak di Gresik yang tengah menghadapi ujian serupa ataupun tersaput was-was. Padahal, biasanya bulan-bulan ini merupakan hari raya bagi mereka. Boleh dikata masa full senyum. Sebab, tidak lama lagi Idul Adha. Waktunya berburu hewan ternak untuk kurban. Harganya pun menaik.

Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2020, ada sebanyak 58.772 ekor sapi. Populasi terbesar di wilayah Kecamatan Wringinanom, yakni 9.467 ekor. Selanjutnya, disusul Kedamean (7.568), Sangkapura (7.204), Balongpanggang (5.478), Tambak (4.765), Panceng (4.706), Ujungpangkah (4.215), Dukun (3.863), dan Menganti (2.125).

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian Pemkab Gresik Eko Anindito Putro mengatakan, pihaknya terus gencar memberi arahan kepada para peternak. Sejauh ini, angka kematian masih relatif rendah. Untuk ternak dewasa hanya berkisar 1-3 persen saja.

Karena itu, pihaknya meminta agar peternak tidak panik. Asal ada perawatan, ternak akan kembali pulih. Jangan sampai dimanfaatkan oleh oknum agar potong paksa dengan harga yang anjlok. Karena banyak ternak yang sembuh, ungkapnya.

Topik Menarik