Dapat Suntikan Investasi Rp 215,5 Triliun Pengembangan Industri Baterai IBC Makin Cerah

Dapat Suntikan Investasi Rp 215,5 Triliun Pengembangan Industri Baterai IBC Makin Cerah

Nasional | rm.id | Rabu, 11 Mei 2022 - 07:30
share

Pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia mendapatkan titik terang. Sebab, kebutuhan investasi bernilai ratusan triliun, kini sudah teratasi.

PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC), sebagai konsorsium ekosistem baterai, resmi mengantongi investasi senilai 15 miliar dolar Amerika Serikat (AS) atau setara Rp 215,5 triliun dari Korea Selatan (Korsel) dan China.

Investasi tersebut didapat berkat kemitraan yang dijalin induk usaha IBC, yakni PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam, dengan korporasi asal China PT Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL) untuk inisiatif proyek baterai kendaraan listrik terintegrasi. Kemitraan kedua, perjanjian serupa dengan LG Energy Solution , perusahaan asal Korsel.

IBC adalah anak perusahaan dari MIND ID, PLN, Pertamina, dan Antam yang mendapatkan tugas untuk mengembangkan baterai kendaraan listrik dalam rangka menguatkan kemandirian manufaktur otomotif nasional.

Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada (UGM) Fahmy Radhi menilai, investasi dari Korsel dan China menjadi kabar gembira bagi Indonesia dalam memuluskan proyek industri baterai dan kendaraan listrik.

Menurut Fahmy, ada dua kendala yang selama ini dihadapi IBC dalam menggarap proyek tersebut. Yakni pendanaan dan teknologi.

Kalau kendala yang pertama ini (pendanaan) setidaknya sudah mulai ada titik terang. Tinggal sekarang bagaimana kita membangun, tapi sekaligus mengadopsi teknologi dari kedua negara tersebut, ucap Fahmy kepada Rakyat Merdeka , kemarin.

Apalagi, Korsel dan China merupakan negara yang mumpuni dalam pengusaan teknologi. Kedua negara tersebut juga sukses menciptakan kendaraan listrik. Jika dua masalah ini teratasi, maka akselerasi pembangunan industri baterai makin cepat, tuturnya.

Fahmy menuturkan, Indonesia memiliki raw material nikel cukup besar. Ditambah lagi Pemerintah melarang ekspor nikel mentah. Seperti diketahui, Pemerintah ingin nikel dikelola agar memiliki nilai tambah.

Fahmy berharap, tahun ini pembangunan konstruksi industri baterai, sudah mulai. Sehingga tahun depan sudah mulai melakukan produksi komersial, dengan segala teknologi yang dibutuhkan.

Selain itu, Fahmy menilai, PLN sebagai penyedia setrum memiliki komitmen kuat dalam membangun Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU).

Bukan hal yang sulit bagi PLN untuk membangun SPKLU. Bahkan kalau bisa di setiap mall juga dibangun, saran Fahmy.

Dia mendorong Pemerintah menggencarkan edukasi terkait industri kendaraan listrik.

Edukasi harus sudah mulai jalan. Masyarakat disadarkan akan pentingnya memakai mobil listrik. Karena negara-negara di dunia juga menuju ke arah sana, ucapnya.

Yang terpenting, ditekankannya, harganya bersaing. Biaya perawatan dan baterainya harus bisa lebih murah. Kalau begini, tanpa disuruh pun masyarakat secara sadar akan berpindah ke mobil listrik, tambah Fahmy.

Senada, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa melihat kerja sama tersebut sangat positif untuk IBC. Hal ini menunjukkan, investor asing melihat ada potensi pasar yang besar untuk baterai kendaraan listrik.

Kerja sama dengan dua perusahaan dari Korsel and China, membuat produksi baterai domestik semakin melengkapi ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, kata Fabby kepada Rakyat Merdeka , kemarin.

Ia berharap, tahun depan IBC sudah bisa memproduksi baterai kendaraan listrik. Serta bisa memasok industri pabrikan kendaraan listrik yang sudah ada di Indonesia. Hal ini penting untuk mendorong harga kendaraan listrik lebih terjangkau.

Saya harapkan produksi baterai di dalam negeri bisa membuat harga kendaraan listrik lebih terjangkau, tukasnya.

Gairah Industri Otomotif

Wakil Menteri BUMN Pahala Nugraha Mansury mengatakan, kerja sama dalam pengembangan proyek ini merupakan salah satu inisiatif paling strategis di lingkungan Kementerian BUMN dalam kegiatan hilirisasi.

Pengembangan inisiatif ekosistem baterai kendaraan listrik memungkinkan Indonesia masuk ke dalam global supply chain industri baterai, ucap Pahala di Jakarta, Senin (18/4).

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama IBC Toto Nugroho menjelaskan, kemitraan strategis ini akan memacu percepatan pembangunan ekosistem kendaraan listrik berkelanjutan.

Dengan adanya industri baterai terintegrasi ini, diharapkan dapat mengakselerasi pertumbuhan ekosistem Electric Vehicle (EV), kata Toto.

Pada kesempatan yang sama, sebagai perwakilan pemegang saham IBC, Direktur Utama MIND ID Hendi Prio Santoso menyampaikan apresiasinya atas momen bersejarah terhadap hilirisasi mining di MIND IDGroup. Pihaknya berterima kasih kepada berbagai pihak, yang telah bekerja keras mewujudkan kerja sama ini. [DWI]

Topik Menarik