Ironi Politik Filipina: Klan Marcos Kembali ke Malacanang dengan Kemenangan Mutlak

Ironi Politik Filipina: Klan Marcos Kembali ke Malacanang dengan Kemenangan Mutlak

Nasional | reqnews.com | Selasa, 10 Mei 2022 - 13:10
share

Manila, REQNews.com -- Tahun 1986, Ferdinand 'Bongbong' Marcos Jr dan dua orang tuanya; Ferdinand Marcos dan Imelda, lari lewat pintu rahasia Istana Malacanang ketika massa yang marah menyerbu. Hari ini, rakyat bersuka-cita mengantarnya ke gerbang istana yang sama untuk memimpin Filipina.

Perhitungan suara pemilu pada Senin, 9 Februari hampir selesai, tapi Bongbong Marcos Jr telah memperoleh 50 persen suara -- dua kali lipat dari suara yang diperoleh Leni Robredo, pendukung terdekatnya.

Masih ada 16 juta suara yang belum dihitung. Kalaupun seluruh sisa suara itu milik Robredo, Bongbong Marcos Jr tetap memenangkan pemilu dan menjadi presiden.

Kemenangan Bongbong Marcos Jr adalah pukulan telak bagi aktivis hak asasi, jutaan pendukung Leni Robredo yang liberal, dan kalangan Gereja Katolik. Pukulan itu semakin bertubi-tubi karena Sara Duterte, putri Presiden Filipina Rodrigo Duterte, juga memenangkan kursi wakil presiden.

Di Filipina, presiden dan wakil presiden dipilih secara terpisah. Sara Duterte diuntungkan oleh keputusannya mendukung Bongbong Marcos Jr. Leni Robredo harus gigit jari; dikalahkan sosok yang dipecundangi dalam pemilihan wakil presiden enam tahun lalu.

Suka atau tidak, klan Marcos adalah sejarah. Ferdinand Marcos dan ibu negara kleptoratis Imelda terusir lewat People Power. Bongbong Marcos Jr kembali ke Malacanang dengan dukungan 50 persen rakyat.

Hanya ada dua presiden Filipina yang memenangkan pemilu dengan lebih 50 persen suara, yaitu Ferdinand Marcos tahun 1986 dan Bongbong Marcos Jr. Bedanya, Marcos tua melakukannya dengan kecurangan. Kemenangan Bongbong Marcos Jr relatif bersih, karena telah diprediksi sejumlah survei sejak beberapa pekan lalu.

"Dia akan mengangkat Filipina dari kemiskinan yang sekarang kami alami," kata Anthony Sola, pendukung Bongbong Marcos Jr.

Sola masih berusia 15 tahun ketika People Power menggulingkan Ferinand Marcos. Ia tidak punya kenangan akan suasana itu, dan tidak percaya Keluarga Marcos mencuri 10 miliar dolar selama berkuasa.

"Saya tidak percaya," katanya. "Jika mereka melakukannya, pasti mereka sudah dipenjara."

Jelang larut malam, Bongbong Marcos Jr berpidato dari markas kampanye di Manila. Dengan wajah lelah dan berseri-seri, Bongbong Marcos Jr berterima kasih kepada sukarelawan atas pengorbanan dan pekerjaan selama berbulan-bulan.

"Tapi perhitungan belum selesai," katanya.

Di jalan-jalan, ratusan pendukung Marcos Jr menyalakan kembang api dan berlangsung sampai pagi. Mereka mengibarkan bendera nasional, naik ke mobil dan meneriakkan kemenangan.

Di tempat lain, mungkin di sudut-sudut ruang, aktivis hak asasi, pemimpin Gereja Katolik dan komentator politik meratapi kemenangan Bongbong Marcos Jr dengan berbagai cara. Ada yang memperingatkan rakyat akan bahaya di depan mata, dan lainnya.

"Akan lebih banyak kematian, utang, dan kelaparan," kata Mae Paner, satiris politik berusia 58 tahun. "Klan Marcos itu pencuri."

Bonifacio Ilagan, yang dua tahun mendekam di penjara dan disiksa rezim Ferdinand Marcos, mengatakan pemilu ini mengungkap rasa tidak enak di masyarakat Filipina.

Pertanyaannya, bagaimana Bongbong Marcos Jr memenangkan pemily ini? Sejumlah situs menulis Marcos Jr dan timnya piawai menggunakan media sosial, terutama Facebook, untuk mengubah persepsi masyarakat Filipina tentang masa lalu keluarganya.

Topik Menarik