Terpapar PMK, Sudah 13 Sapi di Gresik Mati, Padahal Mau Idul Kurban

Terpapar PMK, Sudah 13 Sapi di Gresik Mati, Padahal Mau Idul Kurban

Nasional | jawapos | Selasa, 10 Mei 2022 - 12:19
share

JawaPos.com- Para peternak sapi di Gresik tengah menghadapi ujian besar. Jumlah ternak yang terserang penyakit mulut dan kaki (PMK) kian banyak. Kemarin (9/5) terdapat tambahan 180 ternak yang terjangkit PMK. Total sebanyak 725 ekor sapi terpapar virus itu. Dari jumlah yang terserang, sudah 13 ekor di antaranya mati.

Wabah yang sedang menjadi paceklik para peternak itu diprediksi masih berpotensi meningkat. Penyebabnya, karakteristik penyakit mudah menular ke sesama ternak. Padahal, tidak lama lagi akan memasuki Hari Raya Idul Kurban yang tentu menjadi masa berkah peternak kambing dan sapi.

Pada Lebaran Idul Adha, harga sapi melonjak. Rata-rata per ekor sekitar Rp 20 juta hingga Rp 25 juta. Berdasarkan data dari pemkab, setidaknya ada sebanyak 54 ribu ekor sapi ternak di Gresik.

Medis Veteriner Dinas Pertanian dan Peternakan (Dispertan) Pemkab Gresik Budi Santoso menyebutkan, persebaran PMK berada di wilayah Gresik Selatan. Mulai Kecamatan Wringinanom hingga Balongpanggang. Sampai sekarang, ada 725 ekor sapi yang terjangkit dan 13 ekor sapi di antaranya mati, katanya.

Saat ini, pihaknya terus melakukan tracing untuk memantau persebaran PMK agar tidak semakin luas. Selain itu, melakukan penanganan terhadap sapi-sapi yang terpapar dengan menyuntikkan vitamin dan antibiotik. Sapi yang sakit diisolasi terpisah dengan sapi sehat.

Sementara itu, Kepala Dispertan Pemkab Gresik Eko Anindito Putro menyatakan, saat ini PMK sudah terdeteksi di tujuh kecamatan. Yakni, Wringinanom, Driyorejo, Kedamean, Menganti, Benjeng, Balongpanggang, dan Cerme. Pihaknya menutup sejumlah pasar hewan guna memutus rantai persebaran penyakit.

Eko menyebutkan, PMK itu memang hanya menyerang ternak. Namun, manusia bisa menjadi perantara virus tersebut menular ke ternak yang masih sehat. Karena itu, pembatasan area ternak sangat diperlukan saat ini.

Pasar hewan ini menjadi salah satu pintu masuk persebaran PMK. Sehingga mobilitasnya harus dibatasi. Sapi yang di dalam jangan sampai keluar dan yang di luar jangan sampai masuk agar tidak menular ke sapi-sapi yang sehat, jelas Eko.

Dispertan juga berkoordinasi dengan Persatuan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) dalam rangka membantu penanganan di lapangan. Sebab, jumlah dokter hewan di instansi pemerintah tidak sebanding dengan jumlah kasus yang ada.

Sejauh ini status kejadian luar biasa (KLB) yang kami usulkan belum turun sehingga belum ditetapkan KLB. Untuk sementara ini, ternak-ternak sudah kami berikan obat, tutupnya.

Topik Menarik