Ramalan Pakar Heboh Hepatitis Misterius Tidak Seganas Corona

Ramalan Pakar Heboh Hepatitis Misterius Tidak Seganas Corona

Nasional | rm.id | Senin, 9 Mei 2022 - 07:48
share

Belum juga merdeka dari Corona, kini muncul penyakit baru di dunia, termasuk Indonesia. Namanya hepatitis misterius. Di dalam negeri, tercatat sudah 4 anak meninggal akibat terpapar penyakit ini. Lantas apakah hepatitis misterius ini bakal seseram Corona? Ramalan sejumlah pakar, penyakit ini mematikan, tapi dampaknya tidak seseram Corona yang membuat dunia dilanda pandemi.

Berdasarkan laporan WHO, penyakit hepatitis misterius ini muncul pertama kali di Inggris, awal April lalu. Disebut misterius, karena penyakit ini tidak masuk dalam kategori hepatitis yang ada selama ini, yakni A, B, C, D, dan E. Namun, dari pemeriksaan awal, diketahui, gejala yang ditimbulkan sama seperti varian hepatitis yang ada. Hanya penyebab munculnya hepatitis ini, masih terus diselidiki.

Tidak seperti Corona, hepatitis misterius ini cenderung menyerang anak di bawah umur 16 tahun. Bahkan di Inggris, negara yang pertama kali melaporkan kasus tersebut, hepatitis misterius ini awalnya menyerang anak berusia 5 tahun.

Dalam waktu sebulan, penyakit yang belum diketahui asal usulnya itu, sudah menyebar di 20 negara, termasuk Indonesia. Hingga kemarin, tercatat sudah 4 anak di Indonesia yang meninggal dunia setelah dilaporkan terpapar hepatitis misterius ini.

Tiga anak meninggal terjadi dalam kurun waktu dua minggu terakhir hingga 31 April 2022. Ketiga pasien anak yang diduga mengidap penyakit misterius itu adalah rujukan dari rumah sakit di Jakarta Timur dan Jakarta Barat. Gejalanya mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang, dan penurunan kesadaran. Kementerian Kesehatan masih melakukan investigasi terhadap kasus ini melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap.

Kasus teranyar muncul di Tulungagung, Jawa Timur. Kadinkes Tulungagung Kasil Rokhmat mengungkapkan, seorang anak perempuan berusia tujuh tahun meninggal diduga akibat penyakit Hepatitis akut misterius. Pasien anak yang tidak disebut identitasnya itu, sempat mendapat perawatan intensif di RSUD dr. Iskak Tulungagung.

Ciri-ciri klinisnya identik dengan penyakit hepatitis. Namun, penyebabnya apa dan bersumber dari mana, belum diketahui. Menurut Kasil, hasil laboratorium tak mendeteksi adanya infeksi virus hepatitis A, B, C, D, maupun E pada anak tersebut. Kasil menjelaskan, temuan kasus pertama di daerahnya itu berawal saat si anak mengalami demam dan muntah-muntah sekitar empat hari. Pasien sempat diperiksakan ke RS swasta, tapi tidak kunjung sembuh dan akhirnya dirujuk ke RSUD dr. Iskak, namun meninggal pada Jumat (6/5).

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, dr Siti Nadia Tarmizi meminta masyarakat tetap waspada. Kata dia, pihaknya tengah melakukan investigasi terkait kasus hepatitis misterius itu.

"Selama masa investigasi, kami mengimbau masyarakat untuk berhati-hati dan tetap tenang. Lakukan tindakan pencegahan seperti mencuci tangan, memastikan makanan dalam keadaan matang dan bersih, tidak bergantian alat makan, dan menghindari kontak dengan orang sakit serta tetap melaksanakan protokol kesehatan," ujarnya di Jakarta, kemarin.

Meskipun harus waspada, Nadia menilai terlalu dini untuk menilai kemungkinan hepatitis akut misterius menjadi sebuah pandemi baru. Menurutnya, status pandemi merupakan kewenangan WHO dan ditetapkan secara global, tidak negara tertentu saja.

Hal senada juga disampaikan pakar kesehatan yang juga mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara, Prof Tjandra Yoga Aditama. Dia mengimbau agar masyarakat tidak panik berlebihan menghadapi penyakit hepatitis misterius ini. Meskipun sudah dimasukkan oleh WHO sebagai kejadian luar biasa (KLB), belum tentu hepatitis misterius ini berkembang menjadi pandemi.

"KLB ini lebih pada kecurigaan sehingga kita perlu waspada. Dari sejak 2020, yang saat ini menjadi pandemi cuma satu (Covid-19) padahal yang KLB sudah ratusan," kata Prof Tjandra.

Menurutnya, suatu penyakit bisa berstatus pandemi bila penyakit tersebut merupakan yang terbaru, bergejala berat, penyebaran penyakit terjadi hingga melintasi benua, menimbulkan masalah kesehatan yang berarti, bahkan bisa melumpuhkan ekonomi negara. Sedangkan hepatitis ini belum sampai memenuhi syarat itu. Meskipun masuk dalam kategori KLB oleh WHO, tujuan utamanya agar agar masyarakat dunia waspada dan meningkatkan upaya mitigasi sehingga tidak berpeluang mewabah. [ BCG ]

Topik Menarik