Kali di Tebet Eco Park Bau, Air di Toilet Tidak Ada

Kali di Tebet Eco Park Bau, Air di Toilet Tidak Ada

Nasional | jawapos | Minggu, 8 Mei 2022 - 08:13
share

Bagi warga Jakarta yang tidak memilih mudik, mereka memanfaatkan situasi Ibu Kota yang lengang untuk menikmati libur Lebaran, setelah berhari raya Idul Fitri pada hari pertama. Selepas itu tentulah mencari tempat jujukan wisata demi melepas penat atau merekatkan kebersamaan dalam keluarga.

ILHAM SAFUTRA , Jakarta

ADA banyak jujukan wisata yang mereka pilih. Mulai dari destinasi yang sudah lama dikenal maupun objek wisata yang baru saja diperbaharui sehingga menimbulkan daya tarik tersendiri dan objek wisata memang baru.

Sebut saja Tebet Eco Park, Senayan Park, Ancol, Taman Margasatwa Ragunan (TMR), Taman Mini Indonesia Indah (TMII), MRT, bus tingkat, bus Transjakarta, Mal Sarinah, dan lain sebagainya.

Hampir di semua destinasi itu pengunjung tumpah ruah. Pengelola pun kelabakan melayani pengunjung. Terutama untuk pelayanan kebutuhan dasar, seperti toilet, air bersih, tempat salat (musala), dan kebutuhan lainnya.

Pada periode libur Lebaran, JawaPos.com menelusuri sejumlah objek wisata di Jakarta. Saat bertandang ke Tebet Eco Park pada Kamis (5/5) pengunjung begitu ramai. Lahan parkir tidak sebanding dengan pengujung yang datang. Mereka datang menggunakan kendaraan roda dua dan roda empat. Saking penuhnya, lahan parkir terpaksa memanfaatkan jalur pedestrian dan areal parkir rumah susun. Parkir di sini saja, pak. Tidak apa-apa, ujar petugas parkir di rumah susun Tebet.

Sore itu lahan parkir di rusun Tebet begitu padat. Umumnya didominasi pengunjung taman kota. Lahan-lahan parkir yang disediakan pengelola taman lebih banyak terisi dengan sepeda motor. Saya diarahkan parkir sini, karena di lokasi parkir sudah penuh, ujar Sujono, warga Kampung Melayu, Jakarta Timur. Dia sengaja membawa anak dan istri ke taman kota yang berlokasi di Tebet itu karena begitu viral di media sosial. Saya penasaran saja seperti apa taman ini, ungkap ayah dua orang anak itu.

Sejatinya Tebet Eco Park belum dapat dikatakan layak dikunjungi. Sebab, sejumlah pekerjaan masih belum tuntas. Buktinya pagar-pagar pembatas dengan pedestrian belum dicopot. Instalasi air bersih tidak memadai. Kali yang melintas di dalam taman itu masih mengeluarkan aroma tidak sedap. Taman ini hanya memiliki daya tarik jembatan yang menghubung dua lokasi. Dua taman itu memang dipisahkan oleh jalan raya. Lantas pengunjung bisa mengakses kedua taman tanpa harus menyeberang jalan. Cukup melintas di jembatan yang didesain seperti angka delapan. Pada petang hingga malam pagar itu terlihat semakin dengan cahaya lampunya.

Bagi pengunjung yang membawa anak-anak usai di bawah 10 tahun, mereka bisa menikmati ayunan, perosotan, dan sebagainya. Umumnya pengunjung hanya lebih mencari tempat berswafoto. Kalau lokasinya bagus untuk selfi. Pohonnya rindang. Tamannya bersih, ada tangga taman untuk duduk pula, ujar Sofia, 43, kepada JawaPos.com .

Sofia dan sejumlah pengunjung lainnya menyadari ada titik yang memicu tidak nyaman, yakni aroma kali di dalam taman. Airnya hitam. Aromanya begitu bau.

AKSES DUA TAMAN: Jembatan penghubung di Tebet Eco Park dimanfaatkan pengunjung untuk mengakses dua taman tanpa menyeberang jalan. (ILHAM SAFUTRA/JAWAPOS.COM)

Rabu petang itu pengunjung begitu ramai. Saking ramainya, air bersih tidak bisa mengalir. Wastafel, uriner, dan toiletnya tidak bisa melayani pengunjung untuk kebutuhan jamban. Pengelola mengaku kapasitas air bersih tidak memadai melayani pengunjung yang overkapasitas. Sebetulnya air bersih kami ada. Tapi hari ini habis karena pengunjung begitu padat. Kini kami sedang mengupayakan air dengan tangki, ujar Agung, salah seorang staf pengelola Tebet Eco Park. Dia menjanjikan 30 menit kemudian air tangki tiba. Sayangnya, dari pukul 17.00 hingga 19.00 air bersih yang dijanjikan tidak kunjung tiba. Sejak taman begitu terang hingga matahari tenggelam. Beruntung sebagian warga yang hendak salat magrib tertolong dengan masjid di lokasi sekitar.

Karamaian yang tidak kalah serunya di Mal Sarinah. Lagi-lagi ramainya pengunjung membuat lahan parkir penuh. Pengunjung terpaksa memanfaatkan lahan parkir pinggir Jalan Agus Salim alias jalan Sabang. Tidak sedikit pula yang membatalkan kunjungan ke sana karena tidak mendapatkan parkir.

Mal yang baru saja diresmikan sejak renovasi itu lebih banyak diisi tenant-tenant lokal. Merek-merek produk dijual sangat bagus. Lagi-lagi, pengunjung hanya memanfaatkan untuk berswafoto dengan desain interior mal yang unik, ikonik, dan cantik. Outlet yang relatif ramai pengunjung di pusat kuliner.

Bagi warga yang rindu pantai, mereka memilih Taman Impian Jaya Ancol untuk bermain air. Warga Jakarta membawa keluarga ke sana. Faktor pandemi membuat para pengunjung mengakses tiket masuk harus secara online lewat sejumlah aplikasi. Cara tersebut tetap saja membuat destinasi di bagian utara Jakarta itu tetap padat. Pengunjung yang datang lebih beragam. Tidak hanya dari Jakarta, ada juga dari Bodetabek.

Frista Sahresti, 32, mengaku berlibur ke Ancol karena tidak mudik. Liburan kali ini baginya begitu spesial karena membawa keluarga kecil dan kedua orang tua. Saya punya batita. Mereka belum pernah saya ke pantai. Baru kali ini kami liburan ke pantai semenjak pandemi, ujar ibu muda dua anak tersebut kepada JawaPos.com, Jumat (6/5).

Menurut dia, Ancol begitu padat. Meski sebagian warganya sudah mudik, tetapi tetap saja padat. Mungkin masyarakat sudah begitu rindu berliburan karena tidak bisa ke mana-mana akibat pandemi, ujar karyawati bank itu. Tidak mau rugi, Frista datang ke Ancol dari pagi dan pulang kala sore. Saya sengaja menunggu sunset di Ancol, ungkapnya mengakhiri.

Topik Menarik