Corongan Nyai Zainiyah Sukorejo

Corongan Nyai Zainiyah Sukorejo

Nasional | jawapos | Minggu, 8 Mei 2022 - 07:08
share

Corongan Nyai Zainiyah Sukorejo

pukul tiga dini hari

suara nyai tua bergema

bangun bangun bangun

dari corongan rumah nyai zainiyah

suara khas membahana penjuru desa

seakan panggilan dari hutan rahasia

yang dihuni para wildan

memecah hening alam

melentik bulir kebeningan

orang-orang bangun dari kasur

bersuci dan menghampar sajadah

memasuki kesunyian intim

lalu tangisan demi tangisan

lalu senyuman demi senyuman

masing-masing sendiri

mendaki tangga-tangga malam

ke puncak singgasana tuhan

tarkhim: salat dikir dan yasin

pada saat memasuki tarkhim

manusia terasa manusia

yang cuma kecil dan mungil

butir-butir pasir pada luas samudra

apakah lokasi surga di sana

dari pusat suara panggilan wanita

yang memanggil-manggil

tak ada henti-hentinya

tahajud tahajud tahajud

dari tahun 1980-an sampai 2000-an

seorang nyai tua setia berbisik merdu

dari kedalaman lubuk lautan

pada ketinggian lintang-lintang

disuarakannya menyapa semesta

ruang-ruang tidur anak-anaknya

kamar-kamar sanak saudara tetangga

setiap dini hari suaranya menjadi tanda

bahwa mata harus sedia bercahaya

sebelum subuh lalu muncul surya

bangun bangun bangun

setiap pukul tiga waktu dini

corongan berbunyi-bunyi

tak pernah letih setiap hari

tahajud tahajud tahajud

kini terasa hilang saat nyai tiada

desa tidur seolah tak bangun dari uzur

kecuali bagi mereka yang merasa

suara nyai tua tetap bergema

pada dini hari istiqamah bersuara

pada masing-masing telinga hati yang terbuka

pukul tiga sebelum fajar tiba

nyai tua setia membangunkan warga

kadang melalui mimpi-mimpi lelap mereka

bangun bangun bangun

tahajud tahajud tahajud

Khotbah Galungkalung Dari Wajo

(Gurutta Aminah)

wanita adalah cagak agama dan negara

oleh karenanya bangun jiwa perempuan

tiang kuat bernama ketegaran

luas dunia berfondasi padanya

dan segalanya bergantung

pada batinnya yang baja

bila bumi hancur dan langit retak

bulan belah dan matahari pecah

alam berguncang dan semua musnah

tapi tidak dengan hati perempuan

tetap kuat bagai sayap malaikat

mengibas-ngibaskan bulunya dan tahan

entah kemarau entah hujan

wanita adalah cagak sejak rumah

di mana sejauh-jauh penghuni pergi

jauh berpetualang, pasti tahu ke mana

alamat pulang dan merebahkan letih

tentu ke dalam sebuah rumah yang menyimpan

peluk dekap hangat ibu yang syahdu

yang peluh doanya selalu mengetuk langit biru

dan segala keangkuhan tak akan berdaya

di bawah kaki indonya

demikian khotbah gurutta aminah dari wajo

yang menabuh galungkalung

dalam kepalaku

-

Ayat Pertama Perempuan

bacalah atas nama

fatimah maimun

istirah 7 rajab 475

tak nyenyak tidur

sepanjang milenium

ziarahku jiwa gelagap

lejar urat saraf

di hadapan makam tua

ranjang astana kastawa

prasasti alimah pertama

bumi nusantara

di sini tertidur

seorang syahidah

puteri hibatullah yang istirah

di hari jumiyad ketika tujuh

(leran, giri, 1082 masehi)

kulihat kitmir berjaga

mata anjing ashabulkahfi melotot nyala

bacalah atas nama dirimu sendiri

sebagai perempuan masa kini

sambut uluran tangan fatimah maimun

hendak menggapai-gapaimu

mana tangan mana ubunmu

terima belai

terimalah kecup

bila tiba badai

yakini sampanmu

bacalah

baca ini ayat pertama untukmu

yang turun dalam halaman buku

aku adalah jibrilmu

RAEDU BASHA

Penulis buku Hadrah Kiai (2017) yang dihadiahi Anugerah Hari Puisi Indonesia 2017 dan dinominasikan sebagai lima finalis penghargaan sastra dalam kurun 20152020 Kemendikbudristek. Saat ini menyiapkan buku puisi Hadrah Nyai yang akan terbit pada 2022.

Topik Menarik