IDAI Investigasi Laporan Kasus Dugaan Hepatitis Akut Misterius di Jakarta dan Daerah Lain

IDAI Investigasi Laporan Kasus Dugaan Hepatitis Akut Misterius di Jakarta dan Daerah Lain

Nasional | republika | Kamis, 5 Mei 2022 - 12:55
share

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar gastrohepatologi anak Prof Hanifah Oswari mengungkapkan bahwa Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tengah menyelidiki lebih lanjut laporan kasus hepatitis akut misterius pada anak. Laporan kasusnya mengalami peningkatan, namun belum terkonfirmasi sebagai hepatitis akut atau bukan.

"Saat ini ada laporan penambahan kasusnya dari Jakarta dan luar kota," kata Prof Hanifah dalam konferensi pers secara daring, Kamis (5/5/2022).

Kementerian Kesehatan telah meningkatkan kewaspadaan dalam dua pekan terakhir setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan kejadian luar biasa (KLB) pada kasus hepatitis akut yang menyerang anak-anak di Eropa, Amerika dan Asia, dan belum diketahui penyebabnya sejak 15 April 2022.

Kewaspadaan tersebut meningkat setelah tiga pasien anak yang dirawat di RSUPN Dr Ciptomangunkusumo Jakarta dengan dugaan hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya meninggal dunia. Kasus kematian itu terjadi dalam kurun waktu yang berbeda dengan rentang dua pekan terakhir hingga 30 April 2022.

Prof Hanifah menjelaskan, tiga pasien hepatitis misterius akut di RSCM sudah datang dalam kondisi sangat berat. Oleh karenanya, ketiganya tidak tertolong.

Saat ini, Kementerian Kesehatan sudah turun melakukan penyelidikan epidemiologi. Prof Hanifah pun enggan memberikan keterangan lebih rinci terkait penyelidikan tersebut.

"Kemenkes yang akan menyampaikan hasilnya," ujar Prof Hanifah yang juga Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Gejala yang ditemukan pada ketiga pasien cilik tersebut adalah mual, muntah, diare berat, demam, kuning, kejang, dan penurunan kesadaran. Juru bicara Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi mengonfirmasikan bahwa dugaan tiga kasus hepatitis misterius pertama di Indonesia datang dalam kondisi stadium lanjut sehingga hanya sedikit waktu yang bisa dilakukan tenaga kesehatan dalam memberikan pertolongan.

"Tiga kasus usia dua tahun, belum vaksin (Covid-19), lalu usia delapan tahun tahun dan baru vaksin sekali, dan 11 tahun sudah vaksin. Semua negatif Covid-19," ungkap Nadia.

Topik Menarik