Sosok Budi, Rektor Kampus Ternama Kaltim yang Viral Gegara SARA

Sosok Budi, Rektor Kampus Ternama Kaltim yang Viral Gegara SARA

Nasional | apahabar.com | Minggu, 1 Mei 2022 - 17:06
share

apahabar.com, BALIKPAPAN Nama Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) Budi Santosa Purwokartiko mendadak viral.

Baru tadi, Budi dilaporkan ke Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Dirut LPDP Andin Hadiyanto buntut unggahan postingan bernada rasis di media sosial.

Budi dilaporkan oleh seorang bernama Irvan Noviandana atas tudingan ujaran yang bersifat SARA dan pelecehan secara verbal.

Irvan Noviandana pun telah mengirimkan surat terbuka ke Sri Mulyani dan Andin Hadiyanto. Dia meminta agar Budi Santosa Purwokartiko ditindak atas statusnya di media sosial Facebook yang dinilai meresahkan.

Saya Irvan Noviandana sebagai masyarakat ingin menyampaikan kepada Ibu Menteri Keuangan serta Dirut LPDP adanya ujaran yang bersifat SARA dan pelecehan secara verbal yang disampaikan oleh seorang Pewawancara Beasiswa LPDP melalui akun Facebooknya dengan nama Budi Santosa Purwokartiko sebagaimana tangkapan layar yang kami unggah, bunyi surat terbuka Irvan yang dilihat dari laman Detik.com, Minggu (1/5).

Irvan mengungkapkan kalimat Budi yang dimaksud mengandung ujaran SARA ketika Budi mewawancarai peserta program Dikti sebagaimana tulisan status Budi.

Di status Facebooknya itu, Budi menyebut seseorang yang memakai hijab atau penutup kepala adalah manusia gurun.

Lewat situs itk.ac.id, Budi diketahui merupakan seorang profesor. Ia juga interviewer beasiswa LPDP sejak 2013.

Selain itu, dia juga merupakan anggota Tim Evaluasi Kinerja Perguruan Tinggi Swasta (PTS) Dirjen Kelembagaan Dikti sejak 2015.

Prestasi karir akademik Budi Santoso melejit pada 2002 ketika penelitiannya yang berjudul Novel Smart Engineering System Design meraih predikat Best Paper Award pada International Conference on Artificial Neural Networks in Engineering di Missouri, Amerika Serikat.

Tak hanya itu, dia juga menjadi Dosen Berprestasi Fakultas Teknik Industri ITS pada 2011.

Kemudian, pada 2014, Prof. Budi juga dinobatkan sebagai Ketua Jurusan Berprestasi ITS ketika menjabat Ketua Jurusan Teknik Industri ITS periode 2011-2015.

Saat ini pun dia harus merelakan jabatan sebagai Ketua Komisi Kelembagaan Senat Akademik ITS 2015-2020, dan Kepala Laboratorium Komputasi dan Optimasi Industri Teknik Industri ITS, karena harus mengabdi sebagai rektor ITK.

Budi Santosa Purwokartiko telah menjabat rektor ITK sejak 2018 hingga 2022. Dia dilantik menggantikan rektor sebelumnya, Prof. Dr. Ir. Sulistijono, DEA.

Respons Kampus

ITK sudah angkat bicara terkait masalah ini. ITK menegaskan cuitan Budi perihal manusia gurun itu adalah pendapat pribadi.

Dengan ini kami informasikan bahwa, tulisan Prof Budi Santosa Purwakartiko tersebut merupakan tulisan pribadi, dan tidak ada hubungannya dengan jabatan beliau sebagai rektor ITK, jelas ITK.

Klarifikasi Budi

Dituding rasis, Prof Budi angkat bicara. Dia menegaskan tidak berniat merendahkan wanita yang berhijab.

Itu adalah opini pribadi saya ya, tidak sebagai rektor. Maksud saya tidak ingin merendahkan orang yang pakai jilbab atau diskriminasi tidak ada maksud itu, saya hanya bercerita saja kebetulan kok ke-12-nya (mahasiswi) itu enggak pakai kerudung, jelas Prof Budi dilansir dari laman yang sama.

Budi lantas menjelaskan awal mula celotehan yang membuat jagat maya heboh.
Saat ia melakukan wawancara calon peserta student mobility. Menurut Budi, respons atas statusnya tersebut merupakan kesalahpahaman.

Dia tak bermaksud menjelek-jelekkan wanita yang mengenakan kerudung atau jilbab.

Mereka itu sangat salah paham. Saya menggunakan (kalimat) yang jadi masalah kan, mereka tidak ada yang pakai kerudung ala manusia gurun kan ya? Jadi maksud saya tidak seperti orang-orang yang pakai tutup-tutup, kaya orang Timur Tengah yang banyak, pasir, angin, panas gitu ya, kata Budi.

Selain itu, menurut Prof Budi Santoso, statusnya yang menjadi heboh adalah konsekuensi bahasa yang ia tuliskan.
Tulisan itu dianggap Budi dijadikan alat beberapa oknum memvonis jika tulisannya itu menjatuhkan wanita yang mengenakan kerudung.

Itu konsekuensi dari bahasa tulis ya. Mungkin persepsinya akan berbeda-beda ya. Tapi banyak yang memotong, maksudnya men-screenshot kemudian dikasih pengantar seakan-akan saya tidak adil, diskriminatif. Itu yang menurut saya, saya sayangkan. Dan orang tidak membaca tulisan aslinya.

Topik Menarik