Puan Maharani sebagai Cawapres

Puan Maharani sebagai Cawapres

Nasional | telisik.id | Minggu, 1 Mei 2022 - 10:14
share

Oleh: Efriza

Dosen Ilmu Politik di Beberapa Kampus dan Owner Penerbitan

ELEKTABILITAS Puan Maharani pekan ini begitu menonjol dengan terjadinya peningkatan drastis sebagai calon wakil presiden. Hasil survei Center for Political Communication Studies (CPCS) menunjukkan Ketua DPR Puan Maharani unggul dengan tingkat keterpilihan paling atas, mencapai 26,2 persen, dalam bursa calon wakil presiden (Cawapres) (Infoindonesia.id, 29 April 2022).

Hal yang sama juga terjadi dalam survei dari Lembaga Survei Independen yang memaparkan adanya kenaikan elektabilitas Puan Maharani dalam bursa calon Pemilihan Presiden 2024 hingga mencapai 3,1 persen, sehingga nama Puan masuk tiga besar dengan elektabilitas 13,32 persen, (Ruangpolitik.com, 30 April 2022).

Tingginya elektabilitas Puan Maharani menjadi anomali tersendiri, sebab Puan Maharani diharapkan sebagai calon presiden (Capres) bukan sebagai wakil presiden. Jika melihat hasil survei minggu ini dari Lembaga survei Indikator Politik Indonesia yang merilis hasil survey 19 nama yang mengapung sebagai kandidat calon presiden (Capres) 2024, ternyata sebagai Capres berdasarkan hasil survei Puan Maharani hanya memperoleh elektabilitas sebesar 1,1% (Ruangpolitik.com, 30 April 2022).

Hal ini menjadi menarik untuk mengkaji fenomena Puan Maharani yang mengalami peningkatan drastis dalam berbagai survei.

Puan Terdongkrak Kinerja

Puan Maharani beberapa bulan ini memang menyedot perhatian publik. Ia berhasil menunjukkan kualitasnya sebagai Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Ia berhasil menunjukkan kecakapan dirinya sebagai pimpinan DPR dengan kualitas diri memimpin kinerja DPR untuk bekerja atas nama kepentingan rakyat.

Pada bulan Maret dan April ini, Puan dua kali mendapatkan sambutan meriah berupa standing ovation karena apresiasi atas hasil kinerjanya. Misalnya, Puan dinilai berjasa karena konsisten membela dan mendukung prioritas bagi kaum perempuan, tatkala mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Tindak Pidana Kekerasan Seksual (RUU TPKS), usai UU TPKS disahkan, Puan mendapat standing ovation dari aktivis perempuan yang berdiri di balkon dan juga Mayoritas Anggota DPR yang hadir dalam rapat paripurna pun juga ikut berdiri dan bertepuk tangan memberikan apresiasi.

Puan Maharani juga sebagai Ketua DPR mendapatkan apresiasi berupa standing ovation dari para delegasi Sidang ke-144 Inter Parliamentary Union (IPU) di Bali, seusai menutup acara tersebut. Apresiasi ini sebab Puan dianggap menarik dengan membawa isu-isu global yang menjadi keresahan publik secara luas pada acara tersebut, mulai dari perang Rusia-Ukraina, isu lingkungan, masalah perempuan, kepemimpinan pemuda, hingga dukungan terhadap kemerdekaan Palestina (Beritasatu.com, 25 Maret 2022).

Elektabilitas Puan yang menanjak ini disebabkan selain Puan dianggap berhasil dalam memimpin lembaga DPR. Puan juga memperoleh sentimen positif dari masyarakat karena sikap konsistennya dalam menegakkan konstitusi sebagai agenda demokrasi ketika isu penundaan Pemilu dan perpanjangan masa jabatan menghangat sejak beberapa bulan tahun ini.

Puan telah menunjukkan ia berhasil merebut hati para aktivis perempuan, memperoleh apresiasi dari rakyat Indonesia juga dari internasional.

Kesuksesan Puan saat ini menunjukkan dirinya telah lebih cakap dalam berpolitik, berkomunikasi dan menunjukkan ia berhasil merespons kepentingan dari rakyat.

Kesuksesan Puan ini karena kinerja Puan sebagai Ketua DPR, ia berhasil menunjukkan transformasi dirinya dari yang pasif, menjadi aktif sebagai Ketua DPR, ini membuktikan bahwa Puan juga bisa menunjukkan kinerjanya bahkan ia bukan politisi polesan bedak untuk pencitraan semata.

Puan Antara Capres atau Cawapres

Puan meski mencuat kinerjanya sebagai Ketua DPR, sayangnya persepsi publik sepertinya menginginkan Puan Maharani sebagai Cawapres, bukanlah Capres. Figur Puan malah merepresentasikan sosok perempuan nasional yang bersaing ketat dengan Khofifah Indar Parawansa yang merepresentasi sosok perempuan dari kalangan religius utamanya Nahdlatul Ulama (NU).

Bahkan, menariknya sosok Puan Maharani bersaing ketat dengan figur Cawapres seperti Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Ridwan Kamil, dan Sandiaga Uno. Ini menunjukkan keberhasilan kinerja Puan telah meningkatkan kepercayaan publik terhadap Puan sebagai Cawapres pada Pilpres Serentak 2024 mendatang.

Sosok Puan Maharani yang berhasil mencuat sebagai Cawapres malah menempatkannya dalam posisi menguntungkan dirinya, sebab tiga figur teratas dalam berbagai survei Capres adalah milik para laki-laki seperti Ganjar Pranowo, Prabowo Subianto, dan Ganjar Pranowo. Posisi Puan dalam peluang Cawapres dari ketiga besar ini juga menunjukkan hal positif dalam menggambarkan apa yang ingin ditawarkan dan ditujukan kepada masyarakat.

Misal, jika berpasangan dengan Ganjar Pranowo maka kehadiran Puan menunjukkan bahwa Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) berani mencoba mengajukan sendiri pasangan calon presiden dan wakil presidennya tanpa khawatir terkendala memikirkan koalisi, hal ini menjelaskan bahwa PDI-P lebih mengutamakan konsolidasi internal dengan mengambil kesempatan mengusung pasangan Capres-Cawapres sendiri.

Sedangkan, jika bersama Prabowo Subianto ini menunjukkan bahwa PDI-P lebih memikirkan untuk membangun kebersamaan lebih akrab dengan Prabowo Subianto dan Gerindra, tanpa terlalu memikirkan kans kalah kembali seperti Pilpres 2009 lalu dengan mengusung Megawati Soekarno Putri-Prabowo Subianto sebagai pasangan dalam Pilpres tersebut.

Hal berbeda jika PDI-P berkoalisi berpasangan dengan Anies Baswedan, ini menunjukkan bahwa koalisi ini dibangun atas kepentingan pragmatis dengan balutan persatuan Indonesia. Ketiga gambaran peluang Puan Maharani ini menunjukkn Puan Maharani lebih menarik diusung sebagai pasangan dari ketiga sosok yang memiliki elektabilitas tinggi tersebut.

Meski begitu, tentu saja sangat disayangkan jika Puan Maharani adalah sebagai Cawapres semata. Sebab, saat ini merujuk hasil Pemilu serentak 2019 lalu bahwa PDI-P sendiri merupakan satu-satunya partai yang memenuhi persyaratan ambang batas untuk mengajukan pasangan calon presiden dan wakil presiden atau memenuhi presidential threshold.

Puan Maharani pun telah membantah dengan merespons dalam pernyataan tegas sebagai Ketua DPP PDI-P bahwa partainya akan mengajukan calon presiden pada Pilpres 2024. Puan menyadari bahwa berdasarkan hasil survei elektabilitas dirinya sebagai Capres masih di bawah angka 5 persen, oleh sebab itu Puan juga menyatakan jangan terpengaruh dan berpegangan pada hasil survei, yang terpenting adalah kerja, kerja, kerja, sambil menunggu keputusan resmi dari Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnpotri.

Puan menyadari bahwa dirinya jika akan dimajukan dalam Pilpres 2024 mendatang, ia lebih didorong dan diprioritaskan sebagai calon wakil presiden mendampingi di antara ketiga calon teratas dalam berbagai hasil survei. Sebab, ia adalah calon terkuat dalam Pilpres 2024 sebagai calon wakil presiden.

Inilah dilematis yang dianggap meresahkan hati dari Puan Maharani, tentu Puan menghadapi persimpangan dalam asumsi realitas dan hasil elektabilitas survei, antara meraih kemenangan atau bersiap menerima kekalahan, antara sebagai calon presiden atau sebagai calon wakil presiden.

Posisi dilematis ini juga menyertai PDI-P, meski sebagai partai pemenang Pemilu 2019 lalu, ternyata PDI-P juga berada di persimpangan antara mengajukan calon potensial dari kadernya dalam berbagai survei yakni Ganjar Pranowo atau mengajukan anak kandung dari Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Sedangkan, Megawati-lah yang memiliki hak prerogatif sebagai pengambil keputusan pasangan dalam Pilpres 2024 dari PDI-P.

Dilematis PDI-P dan Puan ini telah disampaikan dalam pernyataan tegas Puan Maharani yang mengajak konstituen internal PDI-P bahwa jangan terpengaruh dan berpegangan pada hasil survei, yang terpenting adalah kerja, kerja, kerja, sambil menunggu keputusan resmi dari Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnpotri.

Posisi Puan ini memang telah diprediksi sejak lama, makanya Puan Maharani dianalogikan seperti teh botol Sosro, dari refleksi pemahaman diri sosok Ketua Bidang Pemenangan Pemilu Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI-P Bambang Wuryanto sebagai orang lapangan, bahwa siapa pun calon presiden di Pilpres 2024, Puan bisa menjadi calon wakil presiden pendampingnya.

Obrolan santai yang rekaman suaranya bocor tersebut, pernyataan Bambang Wuryanto ternyata sekarang mendekati kenyataan, ketika kinerja Puan sebagai Ketua DPR mendapatkan respons poitif dari masyarakat tetapi sayangnya Puan dianggap cocok sebagai Cawapres potensial pada Pilpre 2024 mendatang, sedangkan dalam elektabilitas dirinya sebagai Capres ia masih saja berada di zona degradasi. (*)

Topik Menarik