Gandeng Rusia, Rangkul Ukraina Indonesia Siap Jadi Mak Comblang

Gandeng Rusia, Rangkul Ukraina Indonesia Siap Jadi Mak Comblang

Nasional | rm.id | Sabtu, 30 April 2022 - 07:59
share

Presiden Jokowi berharap perang Rusia-Ukraina segera berakhir. Untuk mendamaikan kedua negara itu, Jokowi pakai strategi ciamik. Ia menggandeng Rusia dan merangkul Ukraina untuk sama-sama duduk di acara KTT G20 yangakan digelar di Bali, November nanti. Di forum tersebut, Indonesia siap menjadi mak comblang.

Upaya Jokowimendamaikan Rusia dan Ukraina itu dimulai dengan berkomunikasi dengan para pemimpin negara sejak 7 Maret lalu. Diawali dengan menelepon Kanselir Jerman Olaf Scholz. Setelah itu, berdiskusi dengan Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida.Pada 16 Maret, Jokowi berbicara dengan Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau. Sepekan kemudian berbicara dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Di hari terakhir Maret, Jokowi berdiskusi dengan Perdana Menteri Belanda Mark Rutte. Lalu, pada 12 April, Jokowi berbincang dengan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres.

Kemudian, pada 27 April, Jokowi menelepon Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Presiden Rusia Vladimir Putin. Dalam sambungan telepon itu, Jokowi mengundang Zelensky untuk hadir di acara G20 nanti.Zelensky senang betul dengan undangan Jokowi itu. Presiden berlatar belakang pelawak tersebut langsung pamer di Twitter.

"Saya sangat menghargai undangan untuk hadir dalam pertemuan G20," kata Zelensky, di akun Twitter @ZelenskyyUa . Wajar kalau Zelensky senang. Ukraina sebenarnya bukan anggota G20.

Sehari kemudian, atau 28 April, Jokowi berbincang dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Dalam sambungan telepon itu, Jokowi membahas soal serangan militer Rusia ke Ukraina serta hubungan bilateral kedua negara dalam forum G20.Jokowi berharap, Rusia dan Ukraina segera bisa berdamai. Situs resmi Kremlin pun mengabarkan soal pembicaraan Jokowi dengan Putin tersebut.

Rencana Indonesia mengundang Rusia di acara G20 memang menuai polemik. Amerika Serikat dan sekutunya protes. Mereka mengancam tak akan hadir di acara G20 jika Indonesia masih mengundang Putin. Ancaman Amerika dkk itu bukan gertak sambal. Di forum pertemuan Menteri Keuangan G20 di Washington, pekan lalu,Amerika, Inggris, dan Kanada memutuskan walk out setelah delegasi Rusia naik ke atas podium.

Namun, Jokowi tak khawatir dengan ancaman itu. Mantan Gubernur DKI Jakarta itu masih teguh pada pendirian mengundang Putin ke acara G20. Kehadiran Putin dianggap penting dalam menyelesaikan konflik di Eropa Timur tersebut.

Menurut Jokowi, ForumG20 memiliki peran sebagai katalisator dalam pemulihan ekonomi dunia,dan perang di Ukraina. Dalam konteks tersebut, ia mengundangPutin juga Zelensky untuk hadir dalam KTT G20.

Kata Jokowi, dalam pembicaraan itu, Zelensky minta bantuan persenjataan, tapi ditolaknya. Jokowi menegaskan konstitusi dan prinsip politik luar negeri Indonesia melarang memberikan senjata kepada negara lain. "Namun, kami siap memberikan bantuan kemanusiaan,"kata Jokowi, dalam keterangan pers virtual yang disiarkan Sekretariat Presiden, kemarin.

Sementara, saat menelepon Putin, Jokowi mengatakan, menekankan pentingnya perang segera diakhiri. "Indonesia siap berkontribusi untuk upaya damai tersebut. Dalam kesempatan tersebut, Presiden Putin menyampaikan terima kasih atas undangan KTT G20 dan beliau menyatakan akan hadir," ujarnya.

Jokowi menyatakan, Indonesia ingin menyatukan G20, jangan sampai ada perpecahan. "Perdamaian dan stabilitas adalah kunci bagi pemulihan dan pembangunan ekonomi dunia," ucapnya.

Amerika, yang tadinya ngambek, kini terlihat senang dengan langkah Indonesia mengundang Ukraina.Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan, Presiden AS Joe Biden memang ingin Ukraina ikut di forum G20 itu. "Undangan tersebut tentu saja kami anggap positif," kata Psaki, dalam pernyataan pers yang dimuat di laman Gedung Putih.

Anggota Komisi I DPR Sukamta memberikan acungan jempol kepada Jokowi atas upaya mendamaikan Rusia dan Ukraina itu. Kata dia, strategi Indonesia merangkul Ukraina dan menggandeng Rusia adalah langkah kompromi yang cerdik. Harapannya, semua negara hadir di forum tersebut dan tak ada lagi negara yang walk out karena ngambek. "Ini bisa jadi bagian dari penyelesaian konflik perang Rusia Ukraina," kata Sukamta, saat dikontak, kemarin.

Politisi PKS ini menilai Indonesia bisa mendapatkan poin karena menghadirkan negara-negara yang terlibat konflik dalam forum tingkat tinggi. "Di situ, kalau Indonesia memanfaatkan kehadiran itu untuk penghentian konflik dan penyelesaiannya, itu kecerdikan yang luar biasa," ujarnya.

Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana menyampaikan pujian serupa. Kata dia, undangan ini patut diapresiasi sebagai bentuk kompromi dari Amerika dan sekutunya dengan Rusia yang sama-sama memanfaatkan G20 untuk menjadi medan konflik. "Undangan ini lebih baik daripada memenuhi permintaan yang tinggi dari Amerika Serikat untuk mengeluarkan Rusia dalam Forum G20," jelas Hikmahanto, kepada Rakyat Merdeka , kemarin.

Sebagai balasan, tentu Indonesia sebagai pemegang presidensi G20 dapat meminta jaminan kepada Amerika Serikat dan negara sekutunya untuk tidak melakukan boikot dengan bila Rusia hadir. "Undangan kepada Ukraina pun diharapkan dapat diterima Rusia," sambungnya. [ BCG ]

Topik Menarik