Pasar Bandeng Gresik, Full Senyum Pedagang dan Warga Sambut Lebaran

Pasar Bandeng Gresik, Full Senyum Pedagang dan Warga Sambut Lebaran

Nasional | jawapos | Jum'at, 29 April 2022 - 23:01
share

JawaPos.com- Tradisi Pasar Bandeng Gresik setiap menjelang Lebaran, bakal berakhir Sabtu (30/4). Bagi yang ingin berburu bandeng dengan size (ukuran) tidak biasa alias kawak, silakan datang ke Jalan Gubernur Suryo, Jalan Samanhudi, Jalan Cokroaminoto dan Jalan Raden Santri.

Di sepanjang jalan tersebut, banyak pedagang menjajakan bandeng dengan bobot beragam. Satu ekor beratnya lebih dari 1 kilogram. Tentu saja, harganya lebih mahal ketimbang bandeng biasa. Maklum, selain momen Lebaran dan menjadi hari full senyum bagi petambak, memelihara bandeng kawak itu membutuhkan waktu lama.

Biasanya, harga bandeng dengan size tiga, berkisar antara Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu per kilogram, pada momen Lebaran seperti ini bisa naik Rp 5 ribu hingga Rp 10 ribu per kilogram.

Nah, untuk bandeng kawak di tradisi Pasar Bandeng, harganya bisa lebih tinggi. Silakan menawar. Namun, tentu saja harga itu sebanding dengan keunikan dan kekhasan bandeng jumbo Gresik.

Menurut Dr Mohammad Thoha, salah seorang sejarawan Gresik, tradisi Pasar Bandeng memang hanya berada di Gresik. Beda antara berjualan bandeng dengan tradisi Pasar Bandeng. Kalau dodolan (jualan, Red) bandeng, bukan hanya sejak zaman Majapahit, sejak zaman Ken Arok PAUD mungkin sudah ada, ucapnya.

Di Gresik, sampai sekarang juga setiap hari ada pedagang jualan bandeng. Tapi, filosofinya berbeda dengan Pasar Bandeng. Dan tradisi itu baru ada zaman Kanjeng Sunan Giri yang dilestarikan di Gresik sampai sekarang ini, ungkapnya.

Menurut Thoha, salah satu filosofi Pasar Bandeng Gresik yang hanya digelar setiap menjelang Lebaran adalah kesejahteraan masyarakat. Ketika itu, Sunan Giri berupaya untuk menghidupkan perekonomian melalui Pasar Bandeng. Sebab, Gresik memiliki potensi besar pada komoditas bandeng.

Dulu belum ada ayam potong. Riyoyoan gak lengkap, nek gak mangan bandeng. Jadi, dulu itu gak mangan bandeng, nek gak riyoyoan, ujarnya.

Dari situ, lanjut Thoha, semua bisa mengetahui bahwa Kanjeng Sunan Giri menjadikan agama untuk kebangkitan perekonomian dan kesejahteraan umat. Bukan mempolitisasi atau menjadikan agama sebagai alat untuk mencapai kekuasaan, tegasnya.

Sejarah Pasar Bandeng Gresik juga digelar di kawasan Pasar Gresik atau Kalitutup. Semua petambak dari wilayah pesisir utara seperti Mengare, Ujungpangkah dan sekitarnya, ramai-ramai membawa perahu dan berhenti Kalitutup untuk meramaikan Pasar Bandeng. Baik itu pedagang maupun pembeli.

Tradisi Pasar Bandeng Gresik itu juga menarik perhatian Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa. Dalam akun Instagramnya, perempuan yang juga ketua umum PP Muslimat NU itu tampak berfoto dengan bandeng kawak pemenang kontes. Yakni, bandeng milik Syaifullah Mahdi, asal Pangkah Wetan, Kecamatan Ujungpangkah.

Bobot bandeng itu mencapai 18,04 kilogram. Setara bobot balita. Tercatat sebagai bandeng terbesar sepanjang sejarah lelang bandeng digelar di Gresik. Bahkan, bandeng seukuran itu termasuk bandeng hasil budidaya terbesar di Indonesia. Bahkan, mungkin di dunia. Tahun-tahun sebelumnya, bandeng terberat hanya 10 kilogram. Butuh waktu 12 tahun untuk merawat bandeng dengan panjang 92 sentimeter itu.

Kira-kira bandeng sebesar ini enaknya dimasak apa ya untuk buka puasa? Ada yang punya ide? tulis Khofifah.

Olahan Bandeng Kawak Khas Manyar

Ada begitu banyak masakan olahan bandeng di pasaran. Mulai presto, otak-otak, bandeg asap, bandeng tanpa duri, bandeng keropok dan aneka ragam masakan lainnya. Namun, bagi sebagian masyarakat Gresik, ada satu jenis olahan khas untuk bandeng kawak. Yakni, pindang bandeng. Di Gresik biasanya olahan itu kerap ditemui di wilayah Manyar pada momen tertentu.

Jadi, jika Gubernur Khofifah menanyakan itu, olahan pindang bandeng khas warga Manyar bisa dicoba. Cara mengolahnya sederhana. Satu bandeng kawak dibiarkan utuh. Mulai dari kepala hingga ekor.

Sebelum dimasak, ambil empedunya. Ingat, jangan sampai pecah empedu itu. Kalau pecah, bisa berpengaruh terhadap rasa. Jadi pahit. Sisik-sisik bandeng dibiarkan saja. Tidak perlu dibuang atau dikupas.

Selanjutnya, bandeng utuh itu dimasak dengan air sampai terendam. Campur asem, bawang putih geprek, kunyit iris tipis, lombok kecil, penyedap rasa, dan garam secukupnya. Masak sampai air tersisa seperempat, ujar Muniroh, salah seorang warga Manyar.

Begitu sudah masak, maka bandeng kawak itu siap disajikan utuh. Akan terasa lebih lezat, jika dihidangkan bersama sambal terasi plus mangga muda. Warga biasa menyebutnya dengan sambil pencit. Lalu, dihidangkan dengan nasi hangat. Wow! Rasanya, tidak perlu ditanya. Sudah pasti menggugah selera. Bisa-bisa satu piring nasi habis dalam sekejap.

Topik Menarik