Sebelum Marshel Widianto Beli Video Dea OnlyFans, Dulu Konten Porno Dijual Lewat Buku Stensil

Sebelum Marshel Widianto Beli Video Dea OnlyFans, Dulu Konten Porno Dijual Lewat Buku Stensil

Nasional | republika | Sabtu, 9 April 2022 - 14:33
share

KURUSETRA -- Salam Sedulur... Komika Marshel Widianto menggemparkan Indonesia setelah tersandung kasus pembelian konten porno berupa video dan foto tanpa busana Dea OnlyFans. Sebelum konten porno bisa disimpan di dalam "Google Drive", puluhan tahun lalu konten porno hanya bisa dinikmati lewat bacaan berupa novel berisi cerita khusus yang mengangkat permasalahan sekitar hubungan seks.

Novel yang mengangkat cerita seputar hubungan seks sudah ada sejak 1950-an yang bentuknya berupa buku saku. Novel ini dibaca secara sembunyi-sembunyi sehingga harus dibungkus dengan sampul tipis yang umumnya menggunakan kertas stensil. Karena alasan itulah, novel seks itu dikenal dengan nama "cerita stensilan".

Jika saat ini Marshel diperiksa polisi karena kedapatan memborong 76 video seks dan beberapa gambar tanpa busana Dea OnlyFans di dalam sebuah Google Drive , dulu para penikmat bacaan stensilan juga tidak luput dari kejaran polisi. Karena itu novel stensilan dijual secara sembunyi-sembunyi dan biasanya dijual di lapak-lapak koran.

Mengutip dari buku Pasar Gambir, Es Shanghai, dan Komik Cina , karya Zeffry Alkatiri, di era 1950-an saat Indonesia baru merdeka, pengarang cerita porno populer bernama Ching Ping Mei atau Les Hitam. Pada medio lebih "muda" lagi atau generasi 1970-an, ada Valentino atau Enny Arrow. Namun tentu saja nama itu adalah nama pena alias nama samaran para pengarang mengingat novel stensilan pada era tersebut merupakan barang yang sangat tabu.

Jika Valentino diambil dari nama playboy Kota Venesia, Italia, abad pertengahan yang pernah terkenal sebagai perayu dan penggoda wanita, nama Enny Arrow masih misterius dan melegenda. Sebut saja buku karangannya seperti Badai Asmara, Puncak Bukit Kemestraan, Selembut Sutera, Malam Kelabu, Gairah Cinta, hingga Noda-Noda Merah menjadi buruan para pembaca setianya.

Namun seperti halnya kaset, CD atau rekaman bajakan di era sekarang, zaman tersebut juga banyak stensilan bajakan yang menggunakan nama Valentino atau Enny Arrow. Dan banyak pula buku-buku serupa yang menyuguhkan cerita berbau pornografi.


alt

Istilah don\'t look book by the cover tidak berlaku di buku stensilan. Sebab, para penggemar cerita stensilan Valentino atau Enny Arrow sudah paham ilustrasi dalam cover novel kedua pengarang tersebut mengundang birahi pembaca, apalagi isinya.

Umumnya cover buku stensilan ini menampilkan gambar perempuan berpakaian setengah telanjang. Lapak lapak buku atau koran di Pasar Senen, Pasar baru, Lapangan Banteng, dan Pasar Jatinegara terkenal sebagai tempat penjual novel-novel stensilan.

Namun buku ini tidak dipajang di etalase depan tetapi disembunyikan para penjual. Transaksi jual beli pun berlangsung sembunyi-sembunyi.Jika kepada para pelanggan, penjual langsung menawarkannya dengan kode. Apalagi jika ada novel terbitan baru.

Sementara kepada para calon pelanggan, pedagang biasanya akan berbisik untuk menawarkan dan jika berminat keduanya tinggal tawar menawar harga. Setelah deal , buku stensilan biasanya akan diselipkan di dalam buku komik atau majalah bekas sebagai kamuflase pembelian barang tabu tersebut.

Penjualan yang semi barang terlarang tersebut tentu saja karena kekhawatiran digerebek polisi. Apalagi di era tersebut penjualan konten porno masih sangat tabu di masyarakat.


alt

Mundur puluhan tahun dari era kejayaan Enny Arrow, di era penjajahan Hindia Belanda ada cerita Chin Ping Mei yang berupa saduran dalam bahasa Ingris, China, dan Belanda. Cerita ini cukup berani menggambarkan adegan hubungan seks yang saat itu dituliskan pada masa tersebut. Ada juga serial Les Hitam yang lebih berani lagi.

Novel atau cerita erotis bisa dibilang sebagai karya sastra picisan yang seharusnya tidak dicetak. Namun bukan manusia namanya jika semakin dilarang semakin ingin tahu.

Bacaan jenis ini akhirnya tetap beredar, bahkan dalam kasus "parah" cerita ini hadir dalam bentuk komik alias gambar jorok yang menggundang birahi. Umumnya komik cabul itu bercerita tentang percintaan remaja atau diselipkan dalam cerita-cerita silat.

Nama Budianto dan Budiayin dikenal sebagai komikus yang memproduksi komik jenis ini. Sementara komik silat yang cenderung mengarah ke pornografi bisa ditemukan dalam komik karangan Tatang S atau Djair.

Tentu saja komik stensilan yang beredar di era 1970 sampai 1990-an itu buru polisi. Hasilnya komik stensilan hilang di pasaran. Namun, tidak dengan cerita stensilan yang masih merajalela di lapak-lapak koran dan buku hingga bergeriliya ke laci-laci sekolah sebelum benar-benar medionya tergantikan dengan film dari VCD atau website di era internet.


alt

Sebenarnya bacaan tentang hubungan seks sudah ada sejak zaman kerajaan di Indonesia, khususnya masyarakat Jawa. Kitab yang paling melegenda di masyarakat Jawa adalah Serat Chentini yang merupakan produk adiluhung dari sebuah karya sastra yang menceritakan tentang kehidupan dan pengetahuan masyarakat Jawa pada abad ke 16-17.

Sebenarnya setiap lembar Serat Centhini menceritakan semua tata cara, adat istiadat, legenda, cerita, ilmu-ilmu kebatinan, dan pengetahuan lain yang hidup di kalangan masyarakat Jawa pada abad 16-17. Bahkan Serat Centhini juga mengandung ajaran tasawuf sufi di dalamnya.

Sayangnya karya ini lebih dikenal sebagai kitab ilmu seks milik orang Jawa. Padahal, meski memuat beberapa cerita dan pendidikan seks yang diceritakan cukup vulgar, Serat Centhini adalah kitab pegangan masyarakat Jawa menjaga nilai-nilai luhur budaya. Jadi cerita stensilan di era Enny Arrow bisa disebut penerus karya sastra picisan dari leluhur kita.

.

TONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA:

.

.

CEK DAN SIMPAN JADWAL PUASA RAMADHAN DARI KURUSETRA:

Jadwal Imsak dan Sholat Lima Waktu Ramadhan 2022. Foto: Kurusetra
Jadwal Imsak dan Sholat Lima Waktu Ramadhan 2022. Foto: Kurusetra

.

.

Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Kirim saran dan kritik Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.

Topik Menarik