Kelangkaan Solar Ancam Logistik Jawa-Bali

Kelangkaan Solar Ancam Logistik Jawa-Bali

Nasional | jawapos | Rabu, 6 April 2022 - 12:13
share

SPBU di Jalur Surabaya-Banyuwangi Dipenuhi Antrean Truk

JawaPos.com Antrean kendaraan di sejumlah SPBU masih terjadi di beberapa daerah. Mengularnya antrean kendaraan dipicu kurangnya pasokan solar yang terjadi selama beberapa waktu belakangan.

Kelangkaan solar bahkan juga terjadi di Surabaya, Jawa Timur.

Berdasar pantauan Jawa Pos, ada sejumlah SPBU di jalur pelabuhan yang mengalami kekosongan pasokan solar. Salah satunya di SPBU 54.601.83 di pertigaan Jalan Demak, Surabaya. Kemarin siang, petugas SPBU terpaksa memasang pengumuman kekosongan stok untuk mencegah antrean truk.

Ketua Organda Khusus Pelabuhan Tanjung Perak Kody Lamahayu mengatakan, kelangkaan solar membuat sopir-sopir mengeluh. Kami berharap ada upaya dari pemerintah untuk mengatasi kurangnya stok. Sebab, hal ini bisa mengganggu kegiatan logistik, ujar Kody.

Dia menegaskan, kekosongan solar mengganggu aktivitas logistik. Banyak truk terlambat masuk ke pelabuhan. Kalau terus begini, semua akan merugi. Harus segera diatasi, tambahnya.

Keluhan juga disampaikan Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia (Aptrindo) Kota Surabaya Putra Lingga. Menurut Lingga, gara-gara solar kosong, banyak armada yang terlambat masuk depo. Kami sudah berkomunikasi dengan pemerintah agar pasokan segera ditambah, ungkap Lingga.

Dia mengatakan, ada sejumlah SPBU di Surabaya Utara yang stok solarnya kosong sejak pagi. Padahal, lokasi pom bensin itu berada di jalur logistik. Lingga mendorong pemerintah menambah pasokan ke delapan SPBU di jalur logistik yang terhubung ke pelabuhan. Sebab, jika tidak ada penambahan, dampaknya bisa panjang. Yang menjadi persoalan bukan hanya keterlambatan truk masuk pelabuhan, melainkan juga terganggunya perdagangan yang bisa berdampak ke inflasi.

Ketua Aptrindo Jatim Sundoro mengungkapkan, kelangkaan solar membuat penyedia jasa angkutan barang kelabakan. Insiden tersebut terjadi sejak 2 April lalu. Kebanyakan terjadi untuk jalur SurabayaBanyuwangi. Kelangkaan itu menyebar sampai puncaknya hari ini (kemarin, Red) beberapa SPBU di Surabaya pun ikut kehabisan. Banyak anggota yang mengeluhkan perjalanan truk mereka terganggu, jelasnya.

Sundoro menuturkan, pasokan untuk jalur menuju Jawa Tengah sendiri sebenarnya aman. Namun, jalur SurabayaBanyuwangi sebenarnya cukup penting. Sebab, jalur tersebut biasa digunakan untuk arus barang ke Bali dan wilayah Indonesia Timur.

Insiden tersebut, lanjut dia, makin mengkhawatirkan karena saat ini adalah momen krusial. Yakni, momen Lebaran. Biasanya, momen Lebaran bakal membawa hambatan lebih besar untuk arus logistik. Apalagi, arus mudik tahun ini diperkirakan kembali normal yang bisa mengakibatkan kemacetan. Seharusnya semua pengiriman barang dituntaskan sebelum periode mudik. Kalau kesulitan begini, masalahnya bisa jadi tambah besar, ungkap Sundoro.

Dia tak menampik kebutuhan solar untuk angkutan barang memang meningkat beberapa hari terakhir. Dia menilai, pelaku industri sepertinya mengejar produksi sebelum PPN 11 persen diberlakukan pada 1 April lalu. Karena itu, arus barang meningkat.

Area Manager Communication & CSR Pertamina Patra Niaga Jatimbalinus Deden Mochamad Idhani menjelaskan, kenaikan permintaan BBM di wilayahnya cukup besar pada 1 April. BBM jenis pertalite tercatat naik 15 persen, sedangkan biosolar naik 10 persen.

Kenaikan pertalite diduga terjadi karena panic buying terhadap BBM jenis gasolin. Pihaknya mencatat bahwa pembelian pertamax sendiri naik hingga 50 persen pada 31 Maret. Terkait solar, sepertinya aktivitas industri memang sedang meningkat, ungkapnya.

Deden menjelaskan, penyaluran bulanan pertalite untuk Jawa Timur mencapai 280 ribu kiloliter (kl). Sedangkan solar sebanyak 182 ribu kl per bulan. Untuk stok BBM di seluruh terminal BBM sebenarnya aman. Namun, proses penyaluran dari terminal BBM ke SPBU menggunakan mobil tangki dan membutuhkan waktu. Seharusnya, masalah ini bisa selesai dalam dua-tiga hari ke depan, jelasnya.

Pjs Corporate Secretary PT Pertamina Patra Niaga Subholding Commercial & Trading Pertamina Irto Ginting menuturkan, pihaknya telah melakukan berbagai upaya. Bahkan, Pertamina telah menyalurkan 11 persen overkuota untuk menormalisasi antrean.

Irto menjelaskan, penyaluran solar subsidi disesuaikan dengan Perpres 191/2014. Jumlahnya mengikuti alokasi yang ditetapkan. Pihaknya memandang, persoalan yang terjadi salah satunya dipicu adanya disparitas harga. Disparitas harga antara solar subsidi dan nonsubsidi hampir Rp 8.000 per liter, sehingga ada oknum tertentu yang memanfaatkan peluang ini, ujarnya kepada Jawa Pos kemarin (5/4).

Pertamina juga mengapresiasi pihak kepolisian yang telah menangkap para oknum yang memainkan solar bersubsidi. Seperti diketahui, pekan lalu jajaran kepolisian wilayah Kalimantan Timur telah menangkap oknum dan kendaraan yang digunakan untuk membeli dan menimbun solar subsidi secara ilegal. Penangkapan itu membuat antrean panjang SPBU di wilayah Balikpapan menjadi berkurang.

Topik Menarik