Di Sela Jadi Buruh Gendong, Belajar Ngaji dan Salat
RADAR JOGJA Faa.. Fa.. Fa.., kata seorang wanita yang sedang duduk di Sentong Endong-Endong Pasar Beringharjo lantai 2 Jumat (1/4). Nama wanita itu ialah Warsiyati, 41. Buruh gendong di Pasar Beringharjo itu sedang mengikuti kegiatan Buruh Gendong Beringharjo Mengaji, yang rutin diselenggarakan setiap Jumat siang.
Dia meluangkan waktunya tiap Jumat untuk belajar ngaji. Hal itu juga tak mengganggu pekerjaanya sebagai buruh gendong. Karena sudah terjadwal. Selain belajar ngaji, para wanita buruh gendong itu juga belajar tentang gerakan salat. Termasuk pengetahuan dasar tentang agama
Saya ingin memperdalam ilmu agama di usia saya yang sudah tua, ujar Warsiyati saat ditemui usai latihan mengaji. Setiap hari, ia bekerja sebagai buruh gendong dari pukul 09.00 hingga 16.00. Di sela-sela waktunya bekerja pada Jumat siang, ia selalu menyempatkan untuk mengikuti kegiatan mengaji.
Mimika Kota Paling Toleran di Papua, Menag: Identitas Keagamaan dan Kebangsaan Berjalan Beriringan!
Keinginannya sudah lama untuk belajar ngaji. Tapi Warsiyati mengatakan ,kesulitannya dalam mengaji selama ini ialah karena tidak ada yang mengajarkan. Adanya kegiatan Buruh Gendong Beringharjo Mengaji pun menjadi wadahnya untuk berlatih mengaji. Apabila saya salah dalam membaca, kan bisa dibetulkan oleh guru, tambahnya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Mamik, 39, seorang wanita buruh gendong yang selalu antusias dengan kegiatan tersebut. Ia menilai bahwa kegiatan mengaji tersebut bermanfaat positif bagi dirinya. Saya mau bisa mengaji, supaya bisa mengajari anak saya juga, ujar wanita yang sudah sembilan tahun menjadi buruh gendong tersebut.
Salah seorang ustadah, Wulandari, mengatakan bahwa kegiatan ini biasanya diikuti oleh sekitar 30 orang wanita buruh gendong. Mereka bergantian datang dan pergi. Karena buruh gendong biasanya sudah berusia tua, ia menggunakan metode kibar dalam pengajaran pembacaan Alquran. Metode kibar merupakan metode membaca Alquran yang lebih menekankan pada penguasaan makharijul hurufnya.
Buku ajar yang ia gunakan pun juga memiliki tulisan yang berukuran besar, supaya mudah dibaca. Selain membaca huruf hijaiyah dalam Alquran, para buruh gendong juga biasanya bertanya mengenai bacaan ketika shalat. Kami mengajar tidak terlalu saklek, semampunya mereka saja. Yang penting ada semangat dan kemauan untuk belajar agama, ujarnya. (cr5/pra)










