Di Tengah Konflik Moskow-Kyiv, Tiongkok Dukung Sikap Indonesia Soal Pembahasan Perang Rusia-Ukraina di Presidensi G20

Di Tengah Konflik Moskow-Kyiv, Tiongkok Dukung Sikap Indonesia Soal Pembahasan Perang Rusia-Ukraina di Presidensi G20

Nasional | koran-jakarta.com | Jum'at, 1 April 2022 - 11:52
share

Pemerintah Tiongkok mendukung sikap Indonesia untuk tidak membahas konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina di forum G20. Negeri Tirai Bambu juga mengapresiasi Indonesia yang tetap fokus pada tiga agenda utama Presidensi G20.

"Kami juga mengetahui bahwa ada beberapa pihak yang ingin menambah isu Rusia dan Ukraina ke dalam agenda G20 tahun ini. Kami juga sudah mengetahui bahwa Indonesia menyampaikan pendiriannya bahwa G20 ada forum ekonomi dan finansial," kata Duta Besar Tiongkok untuk Indonesia Lu Kang dalam konferensi pers virtual di Jakarta, dikutip Jumat (1/4).

Seperti diketahui, Indonesia mengemban jabatan sebagai tuan rumah Presidensi G20 2022. Ini bertepatan dengan konflik Rusia dan Ukraina yang tengah berlangsung.

Adapun reaksi beberapa negara yang menjatuhkan sanksi kepada Rusia atas aksinya di Ukraina. Bahkan, sejumlah negara mendesak Indonesia untuk tidak mengundang Rusia dalam forum tersebut.

"Kami sangat setuju Indonesia bisa mengabaikan gangguan-gangguan tersebut," ucap Lu.

Lu menjelaskan, instansi multilateral, seperti G20, memiliki fungsi dan perannya masing-masing serta fokus pada isu atau masalah tertentu.

"Kalau kita masukkan semua isu itu ke dalam instansi multilateral ini, akan mengganggu fungsinya. Itu juga tidak akan membantu instansi-instansi tersebut untuk berperan," ujarnya.

Ia menambahkan Indonesia sudah mengusung tema yang bagus, yaitu "Recover Together, Recover Stronger" dalam Presidensi G20 serta menetapkan tiga agenda utama, yaitu arsitektur kesehatan dunia, transisi energi, dan transformasi digital.

Lu juga berpendapat bahwa isu-is itulah yang harus difokuskan dan didiskusikan oleh dunia.

Diharapkan, Presidensi G20 Indonesia bisa membawa kesuksesan, baik dalam melaksanakan agenda-agenda yang telah ditentukan maupun membantu negara-negara di kawasan terkait beberapa isu internasional.

"Sebagai negara sahabat, kami benar-benar berharap bahwa G20 tahun ini bisa sukses dan kami berikan dukungan yang maksimum kepada Indonesia sebagai pemegang Presidensi G20," tutur Lu.

Sebelumnya, Tiongkok juga ikut buka suara terkait wacana Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Indonesia. Negeri Tirai Bambu menyatakan mendukung rencana Putin tersebut.

Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Wang Wenbin menuturkan, Rusia merupakan anggota penting G20. Dengan begitu, tak ada anggota yang berhak untuk menghentikan kedatangan orang nomor satu di Rusia itu ke Indonesia.

"Tidak ada anggota yang memiliki hak untuk memberhentikan negara lain sebagai anggota. G20 harus menerapkan multilateralisme yang nyata, memperkuat persatuan dan kerja sama," kata Wang dalam jumpa pers, dikutip dari Reuters , Kamis (24/3).

Di sisi lain, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden buka suara soal wacana kedatangan Presiden Rusia Vladimir Putin di Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali. Biden menegaskan, Rusia harus dikeluarkan dari kelompok G20.

"Jawaban saya adalah ya," kata Biden saat ditanya apakah Rusia harus disingkirkan dari G20 dalam konferensi pers KTT NATO, dikutip dari laporan Associated Press (AP) , Jumat (25/3).

Namun, jika Indonesia dan negara lain tidak setuju untuk mengeluarkan Rusia dari Kelompok G20, Biden meminta para pemimpin mengizinkan Ukraina untuk ikut hadir sebagai pengamat.

"Itu tergantung pada G20. Itu diangkat hari ini, dan saya mengemukakan kemungkinan bahwa jika itu tidak dapat dilakukan (mendepak Rusia), jika Indonesia dan yang lain tidak setuju, maka menurut saya, kita harus meminta agar keduanya agar baik Ukraina dapat menghadiri pertemuan juga. Pada dasarnya Ukraina dapat menghadiri pertemuan G20 dan mengamati," ucapnya.

Topik Menarik