Enam Adab Mengumandangkan Adzan yang Wajib Diperhatikan Muadzin

Enam Adab Mengumandangkan Adzan yang Wajib Diperhatikan Muadzin

Nasional | republika | Selasa, 29 Maret 2022 - 03:23
share

Salam Sahabat! Adzan merupakan cara umat Islam untuk menandakan waktu shalat. Untuk mengumandangkan adzan, seorang muadzin mesti memperhatikan adab-adab berikut ini.

1. Disunnahkan beradzan dalam keadaan berdiri.

Ibnu Al Mundzir berkata: Para ulama yang saya hafal, (mereka) sepakat, bahwa sunnah beradzan dengan berdiri. Hal ini sesuai dengan perintah Rasulullah Shallallahu \'alaihi wa sallam kepada Bilal dalam hadits Abu Qatadah:

Sesungguhnya Allah mencabut ruh-ruh kalian kapan (Dia) suka, dan mengembalikannya kapan (Dia) suka. Wahai, Bilal! Bangun dan beradzanlah untuk shalat. [HR Al Bukhari].

2. Muadzin juga disunnahkan menghadap kiblat. Syekh Al Albani menyatakan: Telah shahih dalil menghadap kiblat dalam adzan dari malaikat, sebagaimana yang dilihat Abdullah bin Zaid Al Anshari dalam mimpinya.

3. Disunnahkan beradzan di tempat yang tinggi, agar lebih keras terdengar dalam menyampaikan adzan. Sebagaimana dijelaskan dalam hadits seorang wanita dari Bani Najjar yang menyatakan:

Rumahku, dahuku termasuk rumah yang tertinggi di sekitar masjid (nabawi), dan Bilal, dulu beradzan fajar di atas rumah tersebut. [HR Abu Dawud dan dihasankan Al Albani dalam Irwa Al Ghalil, hadits no. 229, hlm. 1/246].


4. Muadzin disunnahkan memalingkan wajahnya ke kanan dan ke kiri pada hayya ala ash shalat dan hayya ala al falah (haialatain), berdasarkan hadits Abu Juhaifah yang berbunyi:

Sesungguhnya Beliau melihat Bilal beradzan, lalu aku melihat mulutnya disana dan disini mengucapkan adzan . [HR Al Bukhari].

Dan dalam riwayat Muslim dengan lafadz:

Lalu mulailah aku memperhatikan mulutnya diputar kesana dan kesini, yaitu ke kanan dan ke kiri mengucapkan hayya ala ash shalat, hayya ala al falah.

Imam An Nawawi menjelaskan, disunnahkan memalingkan wajah dalam haialatain ke kanan dan ke kiri. Dalam tata cara memalingkan wajah, yang mustahab ada tiga cara, yaitu :

Pertama. Ini yang paling benar dan telah ditetapkan ahli Iraq dan sejumlah ahli Khurasan (dalam madzhab Syafii), bahwa memalingkan ke kanan dengan mengucapkan hayya ala ash shalat, hayya ala ash shalat, kemudian berpaling ke kiri dan mengucapkan hayya ala al falah, hayya ala al falah.

Kedua. Berpaling ke kanan dan mengucapkan hayya ala ash shalat, kemudian kembali menghadap kiblat, kemudian berpaling ke kanan lagi dan mengucapkan hayya ala ash shalat. Kemudian berpaling ke kiri dan mengucapkan hayya ala al falah, lalu kembali menghadap kiblat, kemudian berpaling ke kiri lagi dan mengucapkan hayya ala al falah.

Ketiga. Pendapat Al Qafal, yaitu mengucapkan hayya ala ash shalat satu kali berpaling kekanan, dan satu kali berpaling ke kiri; kemudian mengucapkan hayya ala al falah satu kali berpaling ke kanan dan satu kali berpaling ke kiri.

5. Disunahkan meletakkan kedua jemari di telinga, sebagaimana hadits Abu Juhaifah dengan lafadz:

Aku melihat Bilal beradzan dan memutar mulutnya ke sana dan ke sini serta kedua jarinya di telinganya. [HR Ahmad dan At Tirmidzi, dan At Tirmidzi mengatakan, bahwa hadits ini hasan shahih. Syaikh Al Albani menshahihkannya di dalam Irwa Al Ghalil, no. 230, hlm. 1/248].

Setelah menyampaikan hadits ini, Imam At Tirmidzi berkata: Inilah yang diamalkan para ulama. Mereka mensunnahkan seorang muadzin memasukkan kedua jemarinya ke kedua telinganya dalam adzan. Dan sebagian ulama menyatakan juga, di dalam iqamat memasukkan kedua jemarinya ke kedua telinganya. Demikian ini pendapat Al Auzai.

6. Disunnahkan mengeraskan suara dalam adzan berdasarkan sabda Rasulullah Shallallahu \'alaihi wa sallam

Tidaklah mendengar suara muadzin bagi jin dan manusia serta (segala) sesuatu, kecuali memberikan kesaksian untuknya pada hari Kiamat. [HR Al Bukhari].

Topik Menarik