KSP: Pemerintah Bentengi Dampak Konflik Rusia Vs Ukraina Terhadap Ekonomi

KSP: Pemerintah Bentengi Dampak Konflik Rusia Vs Ukraina Terhadap Ekonomi

Nasional | rm.id | Rabu, 23 Maret 2022 - 16:27
share

Deputi III Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Panutan S Sulendrakusumamenegaskan, konflik Rusia dan Ukraina tidak berdampak langsung pada perekonomian Indonesia.

Sejalan dengan minimnya hubungan dagang Indonesia, dengan dua negara yang sedang berkonflik tersebut.

"Relasi perdagangan dan investasi antara Indonesia dengan Rusia dan Ukraina, cukup rendah," ujar Panutan dalam keterangannya, Rabu (23/3).

Dia memaparkan, neraca dagang dengan Rusia relatif kecil sebesar 239,79 juta dolar AS dan investasi langsung senilai 23,21 juta dolar AS.

Sementara dengan Ukraina, nilainya minus 623,89 juta dolar ASdan total investasi langsung hanya 1,6 juta dolar AS.

Meski begitu, Panutan menilai, Indonesia tetap melakukan langkah-langkah antisipasi jika konflik Rusia dan Ukraina berkelanjutan.

Dampak yang besar akan terlihat dari biaya yang dikeluarkan, atas pemenuhan impor BBM yang 40 persenkebutuhannya masih mengandalkan impor, ungkap Panutan di Jakarta, Rabu (23/3).

Panutan menjelaskan, kenaikan harga energi akan berpengaruh pada biaya logistik dan kenaikan harga beberapa komoditas impor seperti gandum, kedelai, jagung dan sapi.

Hal itu tentu saja berpengaruh pada industri makanan, restoran dan pelaku katering.

Ini berpotensi menyebabkan kenaikan laju inflasi, kata Panutan.

Secara umum, Panutan berpendapat, konflik Rusia dan Ukraina bisa memberikan dampak besar berupa kenaikan harga secara global pada tiga sektor utama seperti energi, pertanian dan manufaktur.

Seperti diketahui, Rusia merupakan produsen minyak terbesar ketiga di dunia dan memenuhi 11 persen, dari kebutuhan minyak global. Namun, dari segi konsumsi mereka hanya 4 persen.

Selain itu, Rusia juga produsen gas terbesar dan produsen batu bara ke enam terbesar di dunia.

Perang akan menyebabkan melambungnya harga minyak dunia, gas dan batu bara. Harga minyak untuk jenis Brent sudah mencapai 101,68 dolar AS per barel, papar Panutan.

Dari sisi pertanian, Rusia bersama dengan Ukraina merupakan pemasok 29 persenkebutuhan gandum global, 17 persen pasokan jagung dan 76 persenminyak goreng dari jenis bunga matahari.

Dari sisi industri manufaktur, Rusia memasok 35 persenkebutuhan paladium, 10 persenplatinum, 6 persen aluminium, 5 persennikel dan 4 persen biji baja.

"Kenaikan harga metal tersebut akan menyebabkan kenaikan biaya bahan baku, terutama untuk industri manufaktur otomotif dan elektronik, tutur Panutan.

Selain itu, akan terjadi kenaikan harga emas. Mengingatemas menjadi alat tukar paling aman selama terjadi perang, dan merupakan medium penyimpanan aset konvensional. [HES]

Topik Menarik