Banyak Tempat Tes Covid Yang Tak Nge-link Ke PeduliLindungi Tuh Positif, Kok Malah Jalan-jalan
Masalah orang dengan positif Covid jalan-jalan ada pada tempat tesnya. Harusnya nge-link ke PeduliLindungi . Sehingga hasil tesnya tidak terdeteksi di aplikasi PeduliLindungi .
Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Prof Wiku Adisasmito menyayangkan sebagian masyarakat yang memanfaatkan ketiadaan syarat testing perjalanan bepergian meski dinyatakan positif Covid-19.
Wiku menyebut masyarakat tersebut tidak bertanggung jawab dan membahayakan kesehatan bersama. Dia pun meminta kepada masyarakat dengan positif Covid untuk mengisolasi diri seusai ketetapan.
Masyarakat harus memiliki kesadaran mengisolasi diri bagi yang teridentifikasi positif Covid-19, katanya.
Dalam masa adaptasi ini, Wiku mengatakan, pengendalian kasus dan ketahanan produktivitas ekonomi ada di tangan masing-masing individu. Karena itu, menjaga kesehatan bersama sangat penting, terutama pada kelompok rentan.
Penyesuaian kebijakan seyogyanya menjadi penyemangat bagi kita. Setelah dua tahun hidup dalam situasi serba terbatas. Akhirnya dianggap mampu dalam melakukan berbagai aktivitas, aman Covid-19 secara mandiri, tegas Wiku.
Wiku pun mengimbau masyarakat mulai melakukan hal kecil, seperti tetap memakai masker, menjaga jarak atau menghindari kerumunan dan mencuci tangan. Lakukan tes dan isolasi mandiri jika positif Covid-19.
Semua tindakan ini merupakan jaminan keberlanjutan produktivitas masyarakat, ungkap Wiku.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin juga bereaksi. Dia mengatakan, seharusnya warga yang positif Covid-19 bisa terdeteksi di status hitam PeduliLindungi. Kata dia, semua pesawat memasang PeduliLindungi.
Sehingga kalau check in ketahuan, dia hitam harusnya nggak boleh jalan-jalan, ujarnya.
Menkes menjadikan kasus tersebut menjadi perhatian untuk memperluas ketentuan skrining di banyak tempat. Tidak hanya di fasilitas transportasi umum. Tapi akan tingkatkan dengan pasang di tempat-tempat lain.
Seperti diketahui, Pemerintah resmi menghapus syarat negatif virus Corona melalui tes PCR maupun rapid test Antigen bagi pelaku perjalanan domestik baik melalui jalur darat, laut, maupun udara mulai 8 Maret 2022. Kebijakan tersebut hanya berlaku bagi mereka yang sudah menerima dosis vaksin Covid-19 lengkap atau dua dosis dan booster.
Netizen geram mendengar kabar orang dengan positif Covid-19 nekat berkeliaran. Seharusnya, penghapusan tes PCR atau Antigentes disikapi dengan bijak.
Akun @ dr_koko28 mengusulkan, orang-orang yang terbukti positif Covid-19 tapi nekat jalan-jalan harus ditandai. Kata dia, orang-orang model tersebutlah yang harus ditandai sebagai pemicu terjadinya gelombang keempat Covid-19.
Diwajibkan tes PCR dan Antigen pada ngeluh. Sekarang ditiadakan salah juga. Diatur salah, nggak diatur malah semakin ngeyel, kata @ AxelMerdeka .
Akun @ AxelMerdeka menilai kesadaran masyarakat dengan positif Covid dan masih keluyuran sangat rendah. Menurut @ rikaadiasty , sudah banyak kasus orang dengan positif Covid keluyuran.
Tetangga rumah kos, positif Covid-19 bergejala ringan tetap berkeliaran belanja dan jalan-jalan nggak pakai masker properly, ungkapnya.
Sudah tahu positif tapi masih berkeliaran, nggak mikirin orang di sekitarnya, timpal @ Taerin_Chclt97 .
Akun @ CornelisD mengatakan, hal ini tidak akan terjadi jika pasien Covid-19 sudah terinput di aplikasi PeduliLindungi dan tes du tempat tes PCR/Antigen resmi.
Nah, kalau yang tidak tes ini atau tes sendiri yang bahaya, jadi tidak up date data di PeduliLindungi, katanya.
Akun @ kokohsahat menyalahkan pengelola bandara atau stasiun. Mereka lalai dan tidak menempatkan petugas untuk mengecek PeduliLindungi terhadap para pelaku perjalanan.
Kok bisa? Petugasnya ke mana? Kan semua harus pakai PeduliLindungi, ujarnya.
Akun @ KumalRajiv mengatakan, maraknya pasien Covid-19 yang nekat berkeliaran karena kesalahan Pemerintah. Menurutnya, Pemerintah terlalu terburu-buru menghapus kebijakan PCR dan Antigen.
Kebijakan menghapus syarat harus tes itu adalah kebijakan tidak bertanggung jawab. Itu artinya membiarkan orang bawa virus menularkan ke penumpang lain, kata dia.
Lelucon di kala pandemi Covid-19. Orang tanpa gejala (OTG) tidak terdeteksi, nggak peduli Delta maupun Omicron. Bebas menyebarkan virus.
Menurut @ RudyGunawan , filter penanggulangan Covid ada pada testing. Sekarang, sekalipun batuk pilek demam akibat Covid-19, kalau tidak tes, apakah akan dilarang bepergian, karena tidak terdata sakit di PeduliLindungi.
Kalau seperti ini terus kapan selesai pandeminya, timpal @ FairizPrincenvenusEltaqy .
Akun @ andiw64 mengatakan, kebijaksanaan dan kesadaran masyarakat sangat penting ketika tes PCR dihapus. Selain itu, pengawasan dari tingkat keluarga, RT sampai Pemerintah Daerah (Pemda) juga penting. [ASI]










