PTM 100 Persen Perlu Segera Mulai

PTM 100 Persen Perlu Segera Mulai

Nasional | koran-jakarta.com | Sabtu, 19 Maret 2022 - 00:05
share

JAKARTA - Pembelaharan Tatap Muka (PTM) 100 persen diharapkan segera dimulai. Penurunan kasus Covid-19 harus jadi pertimbangan. Demikian pandangan Kepala Bidang Advokasi Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G), Iman Zanatul Haeri, kepada Koran Jakarta, Jumat (18/2).

"P2G mendorong pemerintah mempertimbangkan untuk memulai sekolah PTM 100," ujarnya. Hanya, dia menekankan, pelaksanaan PTM 100 persen harus bertahap. Iman menambahkan, data mutakhir dan kajian epidemiologis Covid-19 harus menjadi acuan. Pemerintah pusat maupun daerah harus memetakan perkembangan kasus Covid-19, setidaknya hingga awal April 2022.

"Sekolah dapat PTM 100 persen jika daerah sudah masuk PPKM level 1. Sedangkan daerah dengan PPKM Level 2 sebaiknya tetap PTM terbatas 50 persen," jelasnya. Sementara itu, Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim, menerangkan, skema pembelajaran yang berganti-ganti sangat berdampak terhadap psikologis siswa. Motivasi belajar murid menurun yang menyebabkan potensi learning loss.

Satriwan menyebut, anak-anak SD kelas rendah yang paling terdampak dari learning loss. Contohnya terkait keterampilan dasar membaca dan menghitung yang makin tertinggal.

"Semangat dan dorongan orang tua, termasuk siswa dan guru untuk segera mulai PTM 100 persen makin kencang," katanya.

Satriwan melanjutkan, para siswa cenderung individualis dan tertutup. Sebab mereka terbiasa sekolah digital. Hal ini minus interaksi sosial langsung. Solidaritas kelompok yang penting dalam pembelajaran juga belum terbangun.

"Kegiatan sekolah yang mengakrabkan sesama siswa terhenti 2 tahun. Padahal ini penting dalam konteks relasi pedagogik dalam proses pembelajaran," ucapnya. Dia menuturkan, aspek penting ketika PTM 100 persen yaitu mendesaknya membangun ikatan warga sekolah.

Menurutnya, sekolah dan guru menghadapi kendala cukup besar. Kaitannya dengan membangun ikatan emosional bersama siswa. "Selama ini ikatan emosional baik guru maupun siswa tidak terbangun. Masih ada siswa dan guru, atau siswa dengan siswa yang belum kenal satu sama lain. Ini sesuatu yang ironis," terangnya.

Tunggu Stagnan
Sementara itu, Ketua Umum Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Piprim Basarah Yanuarso, merekomendasikan PTM untuk anak di bawah 6 tahun baru bisa dilakukan bila kasus Covid-19 tidak meningkat.

"Sekolah tatap muka belum dianjurkan sampai dinyatakan tidak ada lagi peningkatan kasus. Sekolah dapat memberi pembelajaran dengan metode daring dan mengaktifkan keterlibatan orang tua di rumah dalam kegiatan outdoor," kata Piprim.

Ia juga merekomendasikan agar sekolah dan orang tua menciptakan kegiatan yang kreatif untuk anak.

Bagi pelajar usia 6-11 tahun direkomendasikan pembelajaran tatap muka melalui metode hybrid (50 persen luring, 50 persen daring) dalam kondisi tidak adanya peningkatan kasus COVID-19 dan tidak adanya transmisi lokal Omicron di daerah tersebut.

Piprim menambahkan, PTM juga dapat dilakukan melalui metode hybrid (50 persen daring, 50 persen luring outdoor) dalam kondisi masih ditemukan kasus Covid-19, namun positivity rate di bawah 8 persen.

Juga masih ditemukan transmisi lokal Omicron. Fasilitas di sekolah seperti halaman, taman, dan pusat olahraga harus ramah anak. Sedang rekomendasi bagi pelajar 12-18 tahun, PTM dapat 100 persen, jika tidak ada peningkatan kasus dan tidak transmisi lokal Omicron di daerah tersebut.

Topik Menarik