Ahli Dunia Ungkap Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir dan jadi Endemi

Ahli Dunia Ungkap Kapan Pandemi Covid-19 Berakhir dan jadi Endemi

Nasional | jawapos | Selasa, 8 Maret 2022 - 15:47
share

JawaPos.com Sejumlah negara di dunia saat ini kompak untuk memulai pelonggaran pembatasan dari mulai syarat karantina hingga pembatasan perjalanan. Dunia berharap pandemi Covid-19 yang muncul sejak Desember 2019 di Wuhan, Tiongkok, segera berakhir. Karena itu sejumlah negara ambisi mengubah status pandemi menjadi endemi atau hidup berdampingan dengan Covid-19.

Peneliti kesehatan global dari AS, Christopher Murray menulis Covid-19 akan berlanjut tetapi akhir pandemi sudah dekat. Dia menulis dalam jurnal medis The Lancet pada akhir Januari. Ia menyimpulkan harapan banyak otoritas kesehatan nasional di seluruh dunia.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan pandemi pada Maret 2020. Negara-negara seperti Inggris dan Denmark mencabut semua pembatasan aturan Covid-19. Banyak negara bagian AS juga melonggarkan pemakaian masker dan aturan lainnya.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan perubahan itu menandai awal dari pembelajaran untuk hidup berdampingan dengan Covid-19, karena jumlah kematian global turun setelah varian Omicron yang lebih menular meski tidak terlalu parah melanda dunia. WHO mengatakan bahwa fase akut pandemi dapat berakhir pada pertengahan tahun ini jika sekitar 70 persen dunia divaksinasi.

Dari Pandemi ke Endemi

Spanyol termasuk di antara negra-negara yang menyerukan pendekatan Covid-19 karena telah beralih ke fase endemi. Spanyol menganggap Covid-19 sebagai wabah musiman yang lebih ringan yang dapat dihadapi umat manusia seperti halnya flu.

Namun, beberapa ilmuwan khawatir pemerintah dapat menggunakan istilah yang agak kabur untuk membenarkan pencabutan tindakan penyelamatan jiwa. Ahli virologi evolusi Universitas Oxford Aris Katzourakis mengatakan kata endemi telah menjadi salah satu istilah pandemi yang paling disalahgunakan.

Sebuah penyakit bisa menjadi endemi dan menyebar luas dan mematikan, tulisnya dalam jurnal Nature pekan lalu.

Ia menunjukkan bahwa malaria membunuh lebih dari 600 ribu orang pada tahun 2020, sementara 1,5 juta meninggal karena TBC. Ada juga pilihan lain selain hanya pandemi atau endemi.

Varian Baru Tetap Ada

Banyak ahli epidemiologi mengatakan bahwa membiarkan penyebaran Covid-19 tidak terkendali memberikan peluang lebih besar untuk bermutasi menjadi jenis baru. Dan tidak ada jaminan bahwa varian baru tersebut akan kurang mematikan.

Ada kesalahpahaman luas bahwa virus berevolusi dari waktu ke waktu menjadi lebih jinak, kata Katzourakis.

Ini tidak terjadi. Tidak ada hasil evolusi yang ditakdirkan untuk virus menjadi lebih jinak, katanya.

Misalnya varian Delta lebih mematikan daripada jenis pertama yang muncul di Wuhan, Tiongkok. Makanya booster tetap harus dikejar.

Vaksin Dosis Keempat

Negara-negara seperti Israel dan Swedia telah mulai memberikan dosis keempat, tetapi para ahli khawatir bahwa jumlah suntikan booster yang tak terbatas adalah strategi yang picik. Sebuah percobaan Israel pada bulan Januari juga menemukan bahwa dosis keempat kurang efektif terhadap Omicron.

Raksasa farmasi telah berlomba untuk mengembangkan vaksin yang secara khusus menargetkan Omicron, tetapi tampaknya tidak ada yang tersedia. Tiga peneliti termasuk dr Anthony Fauci telah menyerukan vaksin virus Korona universal yang akan melindungi tidak hanya terhadap Covid-19 tetapi juga terhadap virus Korona di masa depan yang dapat menyebar dari hewan dan memicu pandemi lain.

Kita sekarang harus memprioritaskan pengembangan vaksin pelindung secara luas, tulis para peneliti di New England Journal of Medicine.

Topik Menarik