Pengajian Gus Miftah Sepi Jamaah di Masjid Cut Mutia Jakarta
KURUSETRA -- Salam Sedulur... Sejumlah foto pengajian Gus Miftah yang memperlihatkan sepi jamaah viral di media sosial. Foto-foto itu diunggah akun @ommi_siregar di Twitter, Selasa (2/3/2022).
"Gus Miftah, Sepi Jamaah," cicit ommi_siregar.
Ada empat video yang dibagian dengan sudut pandang berbeda. Dalam foto tersebut terlihat jamaah yang hadir di Masjid Cut Mutiah, Jakarta Pusat itu bisa dihitung jari. Jamaah pria dan wanita terlihat dipisah dengan menghadap Gus Miftah.
Gus Miftah duduk di depan dekat ruang imam sholat, selepas Sholat Ashar. Mengangkat tema "Islam dan Kebangsaan", Gus Miftah berceramah memakai kaca mata hitam dan blangkon.
"Pengurus Masjid Cut Mutiah, Jakarta Pusat, mengundang Gus Miftah untuk berceramah tentang Islam dan kebangsaan. Waktunya tadi ba\'da Ashar. Tapi disayangkan, jamaahnya tidak banyam bahkan bisa dibilang sepi. Entah kenapa? Dikabari "temen"," tulis @ommi_siregar.
POLEMIK KASUS WAYANG
Polemik kasus wayang menyeret Gus Miftah menyusul pertunjukan wayang yang digelarnya di Pondok Pesantren Ora Aji, Jumat (18/2/2022). Dalang Ki Warseno membawakan lakon Begawan Lomana Mertobat, pertunjukan wayang ini digelar untuk menanggapi polemik wayang haram. Namun, dalam pertunjukan wayang tersebut Dalang Ki Warseno memainkan sebuah wayang yang penggambarannya mirip sosok Ustadz Khalid Basalamah.
Wayang tersebut memiliki wajah mirip wajah Ustadz Khalid, lengkap dengan jenggot. Wayang itu juga digambarkan memakai baju jubah panjang berwarna merah jambu dengan peci warna senada.
Dalam pertunjukan wayang tersebut, Dalang Ki Warseno di tengah-tengah pertunjukan menampilkan tokoh wayang yang gambarnya mirip Ustadz Khalid Basalamah. Penampilan Wayang Ustadz Khalid pun disambut tertawaan oleh para penonton.
Wayang Ustadz Khalid itu dipertemukan dengan sejumlah tokoh pewayangan, seperti Arjuna, Gatot Kaca, hingga Hanoman. "Dimusnahkan," kata Dalang Ki Warseno membuka percakapan ketika Wayang Ustadz Khalid muncul pertama kali.
Di dialog lain, Wayang Ustadz Khalid ditanya oleh karakter wayang lain. "Mau ke Sarkem, Mas?"
"Innalillahi," jawab Wayang Ustadz Khalid.
"Piye kok, wong Gus Mifta ditawari purun, bar pengajian (Bagaimana ini, Gus Miftah saja ditawari mau sehabis pengajian. Wooo bosok, as*."
Sarkem merujuk kepada Pasar Kembang di Yogyakarta, tempat lokalisasi PSK.
Selain itu, Wayang Ustadz Khalid juga dipertemukan dengan sebuah karkater wayang perempuan yang diduga sebagai penggambaran seorang pekerja seks komersil. Sang dalang langsung memainkan Wayang Ustadz Khalid memeluk karakter wayang perempuan sembari berkata, "Ah sunnah Rasul."
Ki Warseno lalu memainkan dialog seperti sedang merayu dan bertansaksi alias tawar menawar.
"Ya jangan segitu dong," kata karakter wayang perempuan.
"Ana cuman bawa lima real. Masak tidak bisa?" jawab karakter Wayang Ustadz Khalid.
"Ya jangan segitu, masak lima real. Saya kerja dari pagi sampai pagi ini belum dapat-dapat ini."
"Kalau begitu saya undakan ya."
"Undakan itu bahasa apa, Mas?"
"Saya kasih peningkatan. Insha Allah tidak jadi saya musnahkan. Kita ijab kobul."
Dalang Ki Warseno lalu memainkan seolah-olah Wayang Ustadz Khalid merangkul karakter wayang perempuan.
Di adegan berikutnya, Wayang Ustadz Khalid dipertemukan dengan karakter wayang Baladewa. Di adegan ini, Ki Warseno menghancurkan wayang Ustadz Khalid lewat karakter wayang Baladewa.
SINDIR WAYANG HARAM
Sebelumnya di tengah-tengah pertunjukan wayang, Gus Miftah menyampaikan sajak yang berisi sindiran terhadap pihak yang disebut mengharamkan wayang. "Kamu siapa? Aku tahu jenggotmu panjang tapi belum tua. Wajar tak tahu budaya dan tata krama," tulis Gus Miftah di akun Instagramnya @gusmiftah.
Penggalan sajak lainnya, Gus Miftah mempertanyakan apakah perlu kuda lumping diganti dengan unta lumping dan haruskah gamelan diganti dengan rebana? "Pohon kelapa dengan pohon kurma? Dan haruskah nama Nabi Sulaiman diganti karena mirip kata-kata Jawa?" tulis Gus Miftah.
Untuk lebih jelas, berikut sajak lengkap dari Gus Miftah yang diaplod di akun Instagramnya @gusmiftah.
Sigro milir..sang gethek si nogo bajul..
Wah...Begitu pandai iblis itu,menyematkan imamah dan jubahDengan warna putih , seakan begitu suci tanpa noda, dengan menghitamkan yang lainnya
Haruskah kuda lumping diganti dengan unta lumping?Haruskah gamelan diganti dengan rebana?Pohon kelapa diganti dengan pohon kurma?Dan haruskah nama nabi Sulaiman diganti karena mirip kata kata Jawa?
Betapa luas iblis itu menghamparkan hijab dari kekerdilan otaknya hingga menutupi sinar matahari junjungan kita, sebagai nabi alam semesta bukan nabi orang Arab saja.
Haruskah wayang diganti film film tentang cerita agama produk asing, yang membiayai setiap jengkal pergerakan dan pemberontakan atas nama agama.
Kamu siapa?Aku tahu jenggotmu panjang tapi belum tua,Wajar tak tahu budaya dan tatakrama,
Bagiku lebih nyaman dengan blangkon atau iket dari taplak meja, sebagai penutup kepala, wujud kerendahan dan ketwadlu\'anku belaka. Karena jubah, imamah dan jenggot panjang adalah penampilan bendara atau raja. Sedang aku hanyalah hamba jelata,tak pantas dengan pakaian bendara dan raja.
Karena pintu syurga kini hanya tersisa dan terbuka bagi yang tawadlu\' hatinya
Sigro milir sang gethek si nogo bajul....
TONTON VIDEO PILIHAN UNTUK ANDA:
.
Ikuti informasi penting seputar berita terkini, cerita mitos dan legenda, sejarah dan budaya, hingga cerita humor dari KURUSETRA. Anda juga bisa berpartisipasi mengisi konten di KURUSETRA dengan mengirimkan tulisan, foto, infografis, atau pun video. Kirim tulisan Anda ke email kami: kurusetra.republika@gmail.com. Jangan lupa follow juga Youtube, Instagram, Twitter, dan Facebook KURUSETRA.










