Berkenalan dengan Save Cat Lombok, Komunitas Peduli Kucing Liar
Save Cat Lombok adalah komunitas yang peduli pada kesehatan kucing liar. Tiap hari Minggu anggota komunitas ini mengunjungi pasar tradisional untuk melihat keberadaan kucing liar.
ALI ROJAI, Mataram
KEBERADAAN komunitas pencinta kucing liar mulai bermunculan. Save Cat Lombok (SCL) salah satunya. Komunitas ini merupakan komunitas yang bergerak dalam bidang kesehatan dan kesejahteraan hewan dengan tujuan menciptakan lingkungan yang ramah hewan.
Adapun kegiatan dari komunitas ini adalah mencari kucing liar yang sakit untuk dibawa ke klinik. Selain itu, kalau bepergian kita selalu membawa makanan kucing, kata Sintia Widia Sari, seorang anggota SCL.
Komunitas kucing di Lombok setiap hari Minggu mengunjungi pasar tradisional. Kedatangan para anggota komunitas ke pasar guna memastikan kucing liar tetap sehat dan tidak kekurangan makanan.
Tidak jarang Widia, sapaan karibnya menemukan kucing sakit atau terluka di tubuhnya. Kemarin saya temukan kucing di jalan luka di bagian leher dan saya bawa ke klinik, terang perempuan asal Sumbawa ini.
Kucing yang luka diperiksa ke dokter. Kucing ini belatungan di rongga mulut dan saat ini masih dalam perawatan. Kalau sudah sehat kita bawa ke rumah pemulihan di Karang Genteng, tutur perempuan 45 tahun ini.
Sejauh ini dia melihat banyak kucing liar yang luka-luka di bagian tubuhnya. Luka kucing diduga karena dipukul. Begitu juga kakinya dipotong. Selain itu banyak kucing liar yang terserang flu dan scabies. Kucing-kucing ditemukan dalam kondisi sakit dibawa ke klinik.
Kami sudah ada kerja sama dengan dokter hewan. Mau malam kita bawa ke klinik selama masih buka, ujarnya.
Widia melihat banyak kucing liar kekurangan makanan. Namun demikian pihaknya tidak bisa menampung semua kucing liar yang ditemukan. Hanya yang sakit atau luka-luka saja dibawa ke klinik.
Tak hanya itu dia melihat banyak warga membuang kucing di jalan. Anak kucing yang baru lahir dibuang di jalan. Kondisi ini tentu membahayakan anak kucing. Kalau kucing sudah sembuh kita lepas lagi, cetusnya.
Namun kadang kucing akan merasa betah dimana tempatnya nyaman. Sebagian besar kucing yang dirawat di rumah pemulihan tidak mau balik ketempat mereka ditemukan. Di lahan seluas kurang lebih 7 are makanan dan vitamin kucing terjamin. Sekitar 200 kucing liar kita pelihara di tempat pemulihan ini, terang dia.
Untuk biaya perawatan kucing di klinik kata Widia, SCL open donasi bantuan melalui WhatsApp Grup (WAG). Dari 80 anggota SCL sekarang ini menyumbang sebagai rasa kepedulian terhadap kucing. Kadang anggota yang sudah pindah ke Pulau Jawa juga nyumbang, cetusnya.
Sementara untuk makanan kucing liar yang dikeluarkan tiap hari lanjut dia, anggota SCL melakukan urunan. Tiap bulan anggota SCL urunan untuk pembelian makanan kucing.
Widia juga tidak menampik ada saja warga yang ingin memelihara kucing yang dirawat SCL di tempat pemulihan. Namun demikian dia tidak sembarang memberikan izin untuk tanpa komitmen yang jelas. Kita akan kontrol ke rumah warga yang akan memelihara kucing selama dua bulan. Apakah makanan terjamin atau tidak, tuturnya.
Jika makanan saja tidak terjamin lanjut dia, pihaknya akan mengambil kembali kucing tersebut. Kalau tidak dikasih makan sama halnya dengan menyakiti kucing, pungkasnya. (*/r3)










