Perpustakaan Tertua di Dunia Lahir di Dunia Muslim

Perpustakaan Tertua di Dunia Lahir di Dunia Muslim

Nasional | republika | Selasa, 22 Februari 2022 - 19:00
share

Dunia muslim di masa lalu sangat dekat dengan ilmu pengetahuan. Diyakini banyak ilmu pengetahuan dari dunia muslim ditransfer ke Eropa di masa lalu.

Saat bangsa-bangsa lain pada umumnya belum menaruh perhatian terhadap catatan, manuskrip dan buku, dunia muslim sudah membangun perpustakaan. Banyak para peneliti yang meyakini perpustakaan tertua di dunia didirikan di dunia muslim.

Dalam artikel berjudul Libraries of the Muslim World (859-2000) yang ditulis Zakaria Virk dan dipublikasikan laman Muslim Heritage . Dijelaskan bahwa Perpustakaan al-Qarawiyyan didirikan pada 859 Masehi di Fez, Maroko. Fatima El-Fihriya putri seorang imigran kaya dari Tunisia yang mendirikannya.

Al-Qarawiyyan dianggap sebagai perpustakaan tertua di Afrika. Perpustakaan ini dianggap berbeda dengan perpustakaan tua lainnya di belahan dunia lainnya. Karena perpustakaan ini digunakan terus menerus sejak didirikan.

El-Fihriya dikenal sebagai seorang sarjana dan wanita Muslim yang taat. Dia memutuskan untuk mendedikasikan warisannya yang banyak untuk kemajuan pendidikan agama dan sains. Dia juga mendirikan pusat pendidikan, perpustakaan, merawat manuskrip kuno tentang teologi, hukum, astronomi, dan tata bahasa yang berasal dari abad ke-7.

Buku-buku dan manuskrip di sana yang paling menonjol adalah Muqaddimah karya Ibn Khaldun dari abad ke-14 dan Alquran dari abad ke-9 yang ditulis dengan kaligrafi Kufik. Selain itu ada sebuah manuskrip di Sekolah Hukum Islam Maliki yang ditulis seorang ahli hukum dan filsuf Spanyol, Ibn Rushd yang hidup di abad ke-12.

Kompleks Perpustakaan Al-Qarawiyyan yang diperbesar dari abad ke abad saat ini meliputi masjid, perpustakaan, dan universitas. Menurut Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO), Al-Qarawiyyan adalah lembaga pendidikan tertua di dunia.

Banyak lulusan Al-Qarawiyyan yang menjadi terkenal di dunia. Di antaranya Ibnu Al Arabi seorang penyair dan filsuf mistik belajar di sana pada abad ke-12. Sejarawan dan ekonom Ibn Khaldun di abad ke-14. Sementara di abad pertengahan, Al-Qarawiyyin memainkan peran utama dalam melakukan transfer pengetahuan antara muslim dan orang-orang Eropa.

Selama berabad-abad bangunan perpustakaan ini telah rusak dan faktor lingkungan merusak isinya. Tetapi manuskrip sejarah di perpustakaan ini selalu dapat diakses oleh para sarjana dan akademisi.

Pemerintah Maroko telah menugaskan arsitek Kanada kelahiran Maroko, Profesor Aziza Chaouni untuk merenovasi dan merehabilitasi perpustakaan menjadi seperti aslinya. Chaouni yang mengajar di University of Toronto melakukan tugas yang halus dan ambisius untuk memulihkan fitur-fitur utama bangunan Al-Qarawiyyin.

Dia harus membuat air mancur di halaman, menyusun ubin yang rumit, dan membuat kubah abad ke-12. Semua itu dilakukan agar bangunan terlihat semirip mungkin dengan aslinya di masa lalu.

Pihak perpustakaan sendiri telah mengerjakan digitalisasi naskah kuno sehingga publik bisa mengaksesnya. Sekitar 20 persen naskah kuno koleksi Al-Qarawiyyan tersedia dalam format elektronik.

Pemulihan perpustakaan membutuhkan waktu selama empat tahun sampai benar-benar selesai. Udara di dalam ruangan perpustakaan juga dikontrol untuk menjaga keutuhan naskah-naskah kuno. Perpustakaan ini dibuka kembali untuk umum pada Mei 2016.

Topik Menarik