Belum Ada Upaya Mengurangi Penarikan Utang

Belum Ada Upaya Mengurangi Penarikan Utang

Nasional | koran-jakarta.com | Rabu, 16 Februari 2022 - 00:04
share

Penurunan ULN karena beberapa seri SBN yang jatuh tempo.

Rendahnya penyerapan SUN oleh asing karena suku bunga yang kurang menarik.

JAKARTA - Laporan Bank Indonesia (BI) mengenai posisi Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada triwulan IV-2021 yang turun dinilai tidak mencerminkan adanya upaya untuk mengurangi penarikan utang. Sebab, penurunan utang tersebut lebih disebabkan oleh rendahnya penyerapan oleh investor asing sehingga diserap oleh Bank Indonesia (BI) sesuai kesepakatan burden sharing (berbagi beban) antara otoritas moneter dan fiskal dalam menghadapi dampak pandemi Covid-19.

Bank Sentral mencatat ULN Indonesia pada triwulan IV-2021 mencapai 415,1 miliar dollar AS atau turun dari posisi triwulan sebelumnya yang sebesar 424 miliar dollar AS.

Kepala Departemen Komunikasi BI, Erwin Haryono, dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (15/2), mengatakan penurunan itu disebabkan oleh penurunan posisi ULN sektor publik yakni pemerintah dan bank sentral serta sektor swasta.

"Secara tahunan posisi ULN triwulan IV-2021 terkontraksi 0,4 persen (yoy) setelah tumbuh 3,8 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya," papar Erwin.

ULN pemerintah pada triwulan IV-2021 tercatat sebesar 200,2 miliar dollar AS turun dari posisi triwulan sebelumnya sebesar 205,5 miliar dollar AS atau terkontraksi 3 persen (yoy) setelah tumbuh 4,1 persen (yoy) pada triwulan III-2021.

"Penurunan ULN terjadi seiring beberapa seri Surat Berharga Negara (SBN) yang jatuh tempo dan pelunasan sebagian pokok pinjaman di triwulan IV 2021," kata Erwin.

Di samping itu, volatilitas di pasar keuangan global yang cenderung tinggi turut berpengaruh pada perpindahan investasi dari Surat Berharga Negara (SBN) ke instrumen lain sehingga mengurangi porsi kepemilikan investor nonresiden pada SBN.

Sepanjang triwulan IV-2021, ULN pemerintah tetap diarahkan pada pembiayaan sektor produktif dan diutamakan untuk mendukung belanja prioritas termasuk kelanjutan upaya mengakselerasi program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

Hingga akhir tahun lalu, sekitar 17,9 persen dari ULN pemerintah telah mendukung kinerja pada sektor administrasi pemerintah, pertahanan dan jaminan sosial wajib, sedangkan 17,2 persen untuk sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial. Kemudian, 16,5 persen untuk sektor jasa pendidikan,15,5 persen untuk sektor konstruksi dan 12,1 persen untuk sektor jasa keuangan dan asuransi.

Sementara itu, untuk posisi ULN swasta juga menurun yakni tercatat sebesar 205,9 miliar dollar AS pada triwulan IV 2021 dari 209,3 miliar dollar AS pada triwulan sebelumnya atau terkontraksi 0,9 persen (yoy) setelah tumbuh 0,6 persen (yoy) dari triwulan sebelumnya.

"Penurunan itu sejalan dengan pembayaran neto pinjaman dan utang lainnya selama periode triwulan IV-2021," jelas Erwin.

Hal itu disebabkan semakin dalamnya kontraksi ULN lembaga keuangan menjadi 4,2 persen (yoy) dari minus 2,7 persen (yoy) pada triwulan III serta kontraksi ULN korporasi bukan lembaga keuangan menjadi 0,01 persen setelah tumbuh 1,5 persen (yoy) pada triwulan III-2021.

Berdasarkan sektor, ULN swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas dan udara dingin, sektor industri pengolahan, serta sektor pertambangan serta penggalian dengan pangsa mencapai 76,7 persen dari total ULN swasta.

Diserap BI

Pakar Ekonomi dari Universitas Katolik Atmajaya Jakarta, Yohanes B Suhartoko, yang diminta pendapatnya mengatakan turunnya posisi ULN Indonesia disebabkan oleh penurunan ULN sektor publik dan sektor swasta, karena SUN yang diterbitkan oleh pemerintah diserap oleh BI melalui skema burden sharing .

"Sedikitnya penyerapan SUN oleh asing mungkin saja disebabkan kurang menariknya suku bunga yang ditawarkan, atau investor luar negeri masih menunggu pembelian berkaitan dengan kenaikan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR) di Amerika Serikat (AS).

Untuk penyerapan SUN oleh Bank Indonesia, dia mengatakan perlu dikaji sumber pendanaannya. Dalam konteks burden sharing , BI boleh menjual kembali di pasar obligasi, ini yang patut diantisipasi.

Pakar Ekonomi dari Universitas Surabaya (Ubaya), Bambang Budiarto, mengatakan penyerapan SUN baik asing ataupun domestik sebenarnya tidak berbeda. Tapi secara psikologis, penarikan SUN oleh investor asing lebih sering memunculkan kehati-hatian tersendiri.

Topik Menarik