Alasan ITAGI Rekomendasikan Pengulangan Vaksinasi Bagi Sasaran Drop Out

Alasan ITAGI Rekomendasikan Pengulangan Vaksinasi Bagi Sasaran Drop Out

Nasional | republika | Selasa, 15 Februari 2022 - 13:05
share

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah lewat Kementerian Kesehatan (Kemenkes) meminta masyarakat yang telah menerima dosis pertama vaksin Covid-19, namun belum mendapatkan suntikan dosis kedualebih dari enam bulan ( drop out ) agar mengulang vaksinasi dari awal. Aturan tersebut tertuang dalam surat bernomor SR.02.06/II/921/2022, yang terbit pada 13 Februari 2022.

Ketua Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) Prof. Dr. Sri Rezeki Hadinegoro, dr., SpA(K), mengatakan, aturan untuk mengulang vaksin ini dilakukan demi tercapainya antibodi yang maksimal. Alasannya, bila lebih dari 6 bulan belum mendapatkan suntikan kedua, dikhawatirkan antibodi sudah menurun.

Sri mengungkapkan, ada sekitar 15 juta orang yang belum mendapatkan suntikan kedua, padahal interval waktu dari suntikan pertama sudah lebih dari 6 bulan. Sebagian besar dari mereka pun mendapatkan suntikan pertama dengan platform vaksin Sinovac.

" Nah , untuk sekarang Sinovac itu sudah tidak bisa diberikan karena dikhususkan untuk anak-anak lantaran terbatasnya logistik yang ada," terang Sri.

Menurut studi ITAGI, untuk vaksin primer akan terasa manfaat atau pembentukan antibodi bila platform vaksin yang diberikan sama atau homolog. Berbeda dengan vaksin booster yang bisa menggunakan vaksin dengan platform berbeda atau heterolog.

"Misalnya Sinovac, tahu-tahu harus diberikan platform -nya berbeda, kami tidak mau ambil risiko, Sinovac biasanya 6 bulan habis antibodinya. Dan sekarang vaksin Sinovac kita tidak punya untuk dewasa. Kami juga tidak berani kasih vaksin lain karena tidak ada studinya di sini (Indonesia)," jelasnya.

Oleh karena itu, akan lebih aman bila mengulang vaksin dari awal. Namun, untuk interval waktu bisa lebih diperpendek.

"Karena itulah lebih amannya diulang kembali untuk primernya. Kayak Astrazaneca kita berikan intervalnya diperpendek tidak 12 minggu lagi jadi 4 minggu sudah bisa vaksin kedua," tutur Sri.

"Jadi memang antara keilmuan dan ketersediaan vaksin, meski diambil jalan tengah dan yang terbaik. Memang dengan segala risiko tapi terbaiklah untuk masyarakat," sambungnya.

Meskipun, lanjut Sri, akan terasa sedikit mubazir karena harus mengulang dari awal. Namun, keputusan itu diambil karena bisa dipertanggungjawabkan dengan adanya antibodi maksimal yang akan dimiliki masyarakat.

"Misalnya , suntikan pertama Sinovac lalu 9 bulan belum diberi lagi, kemudian kita mau kasih Astrazaneca ternyata tidak sampai maksimal antibodinya, kan kita salah juga. Jadi, kami ambil yang bisa dipertanggungjawabkan, meskipun agak berlebihan dan agak sedikir mubazir, tapi secara keseluruhan akan bisa dipertanggungjawabkan antibodi masuk," tegasnya.

Sri menambahkan, untuk masyarakat yang mengulang vaksin, dianjurkan untuk menambil booster pada tahun depan. Ia memastikan, ITAGI dan Komnas KIPI akan terus memantau pemberian vaksinasi kepada masyarakat.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta warga yang terlambat mendapatkan vaksinasi dosis kedua hingga enam bulan untuk mengulang vaksinnya dari awal. Menurut Budi langkah ini harus dilakukan oleh 2,5 juta masyarakat demi mendapatkan proteksi dari penyebaran Covid-19 yang kini sedang meningkat.

"Yang sudah divaksin pertama kali belum lengkap kemudian tidak vaksinasi kedua itu ada 2,5 juta di seluruh Indonesia. Cepat suruh ulangi lagi vaksinasinya," kata Budi dalam Konferensi Pers secara daring, Senin (14/2/2022).

Mantan Wakil Menteri BUMN itu juga mengungkapkan, sekitar 10 juta orang belum mendapatkan vaksin kedua dalam waktu 3 bulan dari suntik pertama. Ia pun meminta mereka agar segera melengkapi vaksin Covid-19 agar terlindungi dengan sempurna.

"Tolong segera dilengkapi vaksinasinya. Jangan tunggu-tunggu lagi, jangan pilih-pilih lagi vaksinnya, langsung disuntik," tegasnya.

Budi mengatakan, masyarakat harus mendapatkan proteksi vaksin secara lengkap dua dosis. Karena , sebagian besar yang masuk ICU dan yang wafat adalah mereka yang belum vaksinasi lengkap.

Kini, 60 persen pasien Covid-19 yang meninggal dunia disebabkan karena mereka belum mendapat vaksin. Begitu juga dengan 60 persen pasien yang dirawat di intensive care unit (ICU).

"Jadi tolong bantu agar segera divaksin. Karena itu tadi, 60 persen yang wafat itu belum divaksin atau vaksinasi belum lengkap. 60 persen yang masuk ke ICU itu belum vaksinasi lengkap," ujar Budi.

"Oleh karena itu tolong didorong. Kita sekarang baru tujuh provinsi yang vaksinasinya lengkap dua dosis dan baru empat provinsi yang vaksinasi lansianya 70 persen dua dosis, yaitu Jakarta, Bali, Jogja, dan Kepri," tegasnya.

photo
Sertifikat vaksin sesuai standar WHO. - (Tim infografis Republika)
Topik Menarik