Boris Johnson Digoyang ABBA

Boris Johnson Digoyang ABBA

Nasional | rm.id | Selasa, 15 Februari 2022 - 07:45
share

Politik Inggris memanas. Perdana Menteri Boris Johnson digoyang Partygate . Ada juga yang menyebutnya Pesta ABBA.

Kasus ini berawal dari pesta-pesta di kantor Perdana Menteri, Downing Street Nomor 10. Pesta itu berlangsung antara 2020-2021.

Masalahnya: pesta itu digelar ketika Inggris sedang lockdown . Publik marah. Karena, saat itu, pemerintahan Johnson bahkan tak mengizinkan rakyat menghadiri pemakaman keluarganya yang meninggal akibat Covid-19. Eh, ini malah pesta-pesta. Foto-fotonya sudah beredar.

Johnson dianggap tak layak lagi memimpin karena dinilai tidak satunya kata dan perbuatan. Yang mendesaknya bukan hanya oposisi Partai Buruh, tapi juga rekannya sendiri sesama partai. Beberapa pembantunya ada juga yang mundur.

Johnson bergeming. Tidak mau mundur, walau dia mengaku memaklumi kemarahan rakyat dan berusaha memperbaikinya. Dia juga sudah meminta maaf di parlemen. Baginya, itu cukup. Kalaupun didenda, dia siap membayar.

Pesta-pesta itu lumayan sering. Yang diselidiki Polda Metro London ada 12. Diduga, enam diantaranya dihadiri Johnson. Istrinya juga hadir.

Salah satunya pesta pada 13 November 2020, tak lama setelah penasihat utama Johnson, Dominic Cummings mengundurkan diri.

Di pesta itu, diputar lagu-lagu grup musik ABBA, grup musik asal Swedia yang terkenal di era 70-80-an. Di antaranya, lagu The Winner Takes It All . Karena itu, publik Inggris menyebut isu ini sebagai Pesta ABBA.

Polda Metro London yang menamai penyelidikan ini sebagai Operasi Hillman, telah mengirim kuesioner ke 50 orang, diantaranya Johnson. Inti pertanyaannya: apa yang mereka lakukan dalam pesta-pesta itu. Johnson Cs diberi waktu seminggu untuk menjawab.

Media Inggris melaporkan, Johnson tak akan mundur. Salah satu dalihnya, seperti dilaporkan Daily Telegraph , PM bekerja di kantor yang juga rumahnya, pada saat itu. Jadi, tidak ada yang dilanggar.

Bagaimana selanjutnya? Johnson bisa kerepotan, tapi tidak sampai membuatnya mundur. Kasus ini menyita perhatian, tapi bisa ditebus dengan penanganan Covid-19 yang dinilai relatif berhasil.

Di Indonesia, Johnson mencuat ketika menjabat Walikota London pada 2008. Saat itu, dia ngantor naik sepeda. Dia mengenakan ransel di punggungnya.

Tas kerjanya, koper merah ukuran sedang yang sudah lusuh. Rambutnya agak panjang. Acak-acakan. Seperti tak pernah disisir. Rakyat menyukainya.

Sekarang, Johnson terusik. Tapi, para politisi percaya: terkadang rakyat tidak butuh fakta. Yang dibutuhkan rakyat adalah narasi dan citra. Johnson menyadari itu. Dan dia akan melakukan konter narasi dan terus bekerja, termasuk berperan dalam krisis yang sedang terjadi di Ukraina.

Johnson akan disibukkan oleh Partygate , tapi tidak membuatnya lengser. Hanya saja, kali ini, The winner (doesnt) takes it all , seperti lagu ABBA. Karena, citranya tercoreng. Public trust , modal untuk mendapatkan dukungan rakyat atas suatu kebijakan, sudah tergerus. (*)

Topik Menarik