Mas Nadiem Terbitkan Kurikulum Merdeka...

Mas Nadiem Terbitkan Kurikulum Merdeka...

Nasional | rm.id | Minggu, 13 Februari 2022 - 07:50
share

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim menegaskan, Indonesia harus segera mengatasi kesenjangan pendidikan akibat pandemi Covid-19.

Untuk memulihkan pembelajaran pasca pandemi, Kemendikbudristek meluncurkan Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. Dia mengakui, pada masa pandemi Covid-19, krisis pembelajaran menjadikan pendidikan semakin tertinggal dengan hilangnya pembelajaran ( learning loss ). Juga, meningkatnya kesenjangan pembelajaran antar wilayah dan antar kelompok sosial-ekonomi.

Karena itu, perlu penyederhanaan kurikulum dalam bentuk kurikulum dalam kondisi khusus atau kurikulum darurat. Penyederhanaan kurikulum darurat ini efektif memitigasi ketertinggalan pembelajaran pada masa pandemi Covid-19, ujar Nadiem, saat peluncuran Merdeka Belajar Episode Kelima belas secara daring, kemarin.

Efektivitas kurikulum dalam kondisi khusus, semakin menguatkan pentingnya perubahan rancangan dan strategi implementasi kurikulum secara lebih komprehensif.

Arah perubahan kurikulum yang termuat dalam Merdeka Belajar Episode 15 ini, jelasnya, adalah struktur kurikulum yang lebih fleksibel, fokus pada materi yang esensial, memberikan keleluasan bagi guru menggunakan berbagai perangkat ajar sesuai kebutuhan dan karakteristik peserta didik.

Juga, adanya aplikasi yang menyediakan berbagai referensi bagi guru untuk terus mengembangkan praktik mengajar secara mandiri dan berbagi praktik baik.

Dalam pemulihan pembelajaran saat ini, kata Nadiem, satuan pendidikan diberikan kebebasan menentukan tiga kurikulum yang akan dipilih atau tidak dipaksakan. Pilihan pertama, Kurikulum 2013 secara penuh. Kedua, Kurikulum Darurat, yaitu Kurikulum 2013 yang disederhanakan. Pilihan ketiga, Kurikulum Merdeka.

Untuk itu, Pemerintah akan menyiapkan angket untuk membantu satuan pendidikan menilai tahapan kesiapan dirinya menggunakan Kurikulum Merdeka, tutur jebolan Sekolah Bisnis Universitas Harvard ini.

Mantan bos Gojek ini menjelaskan, merujuk berbagai studi nasional maupun internasional, krisis pembelajaran di Indonesia telah berlangsung lama dan belum membaik dari tahun ke tahun. Krisis pembelajaran semakin bertambah karena pandemi Covid-19 yang menyebabkan learning loss dan meningkatnya kesenjangan pembelajaran.

Untuk literasi, learning loss ini setara dengan enam bulan belajar. Untuk numerasi, learning loss tersebut setara dengan 5 bulan belajar, ungkapnya.

Ia menyebutkan, beberapa keunggulan Kurikulum Merdeka, yang sebelumnya disebut Kurikulum Prototipe. Yakni lebih sederhana dan mendalam, karena kurikulum ini akan fokus pada materi yang esensial dan pengembangan kompetensi peserta didik pada fasenya.

Kemudian, tenaga pendidik dan peserta didik akan lebih merdeka. Karena bagi peserta didik, tidak ada program peminatan di SMA, peserta didik memilih mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan aspirasinya.

Sedangkan bagi guru, mereka akan mengajar sesuai tahapan capaian dan perkembangan peserta didik. Lalu, sekolah memiliki wewenang mengembangkan dan mengelola kurikulum dan pembelajaran, sesuai karakteristik satuan pendidikan dan peserta didik. [DIR]

Topik Menarik