Krangkeng Besi Magada

Krangkeng Besi Magada

Nasional | rm.id | Senin, 31 Januari 2022 - 07:25
share

Indahnya berdaulat saat memiliki kerajaan sendiri dan itu tergambar dari raut muka para satria Pandawa. Pandawa patut bersuka ria atas selesainya babad alas Wonomarto. Dulu Hutan Marta terkenal tempat jin buang anak tapi kini berubah menjadi kerajaan megah. Prabu Puntodewa ingin mengadakan syukuran atas berdirinya kerajaan Amarta. Sebagai ungkapan rasa syukur digelar sesaji Rajasuya dengan mengundang para sahabat. Namun raja-raja sahabat Pandawa sedang dikerangkeng oleh raja raksasa Prabu Jarasanda dari kerajaan Magada.

Di Langkat juga ada kerangkeng manusia, Mo, celetuk Petruk. Romo Semar kurang semangat untuk menanggapi perbudakan di zaman modern. Semar justru sedang bersyukur dengan ditetapkannya tanggal pemilu serentak pada 14 Februari 2024. Dengan diputuskannya jadwal pemilu dapat mengurangi spekulasi politik yang selama ini berkembang liar di masyarakat. Selain itu potensi pelanggaran konstitusi seperti penambahan masa jabatan presiden tiga periode ternyata tidak terbukti.

Seperti biasa, kopi pahit dan ubi rebus selalu setia menemani sarapan pagi Romo Semar. Kepulan asap rokok klobot membawanya ke zaman Mahabarata, ketika Pandawa mengadakan sesaji Rajasuyo bersama Kresna dan Baladewa.

Kocap kacarito, Setelah Pandawa menginjak dewasa seharusnya kerajaan Hastina menjadi milik Pandawa. Karena dulu Prabu Pandu sebagai pewaris kerajaan meninggal dunia saat Pandawa masih kecil. Atas prakarsa Adipati Drestarastra dan Resi Bisma, Hutan Marta atau Wanamarta diserahkan Pandawa untuk dijadikan kerajaan baru. Hal ini untuk mencegah terjadinya perebutan tahta kerajaan Hastina antara Pandawa dan Kurawa.

Wanamarta masih bagian dari wilayah kerajaan Hastina yang berbatasan langsung dengan kerajaan Wirata. Konon Wanamarta terkenal angker karena dihuni oleh para jin yang jumlahnya lima seperti satria Pandawa. Setelah para jin penghuni Wanamarta ditaklukkan, hutan yang tadinya angker berubah menjadi kerajaan yang megah. Dan kerajaan tersebut dinamakan Amarta.

Puntadewa mengundang para sahabat untuk ikut hadir acara syukuran sesaji Rajasuya. Namun sebagian besar tidak bisa hadir karena ditangkap dan dikerangkeng oleh Prabu Jarasanda dari kerajaan Magada. Prabu Jarasanda terkenal raja bengis dan jahat. Siapa pun yang berani menentang kebijakannya ditangkap dan dimasukkan kerangkeng besi untuk dipenggal kepalanya.

Puntadewa minta tolong Prabu Kresna untuk membebaskan para sahabat yang ditahan Prabu Jarasanda. Kresna ditemani Bima dan Arjuna menyamar sebagai brahmana supaya bisa masuk ke kerajaan Magada. Kresna minta Bima untuk melabrak Jarasanda. Sedangkan Arjuna diberi tugas membebaskan para tawanan. Bima sempat kewalahan menghadapi Jarasanda. Namun kesaktian kuku Pancanaka berhasil merobek jantung raja raksasa tersebut. Prabu Jarasanda mati tersungkur oleh kesaktian Bima.

Tewasnya Prabu Jarasanda disambut gembira oleh rakyat Magada, Mo, celetuk Petruk, membuyarkan lamunan Romo Semar. Betul, Tole. Bukan itu saja, kebebasan berpendapat yang selama ini terbelenggu, sekarang sudah bebas untuk menyuarakan isi hatinya, sahut Semar. Belajar dari Kerajaan Magada, suasana baru selalu dinanti. Karena setiap perubahan membawa agenda, program, dan orang baru. Seperti halnya kepastian Pemilu 2024 sangat strategis untuk membangun harapan baru tentang masa depan Indonesia. Oye

Topik Menarik