TPST Piyungan Tutup Lagi, Sampah di Depo Menumpuk

TPST Piyungan Tutup Lagi, Sampah di Depo Menumpuk

Nasional | radarjogja | Sabtu, 22 Januari 2022 - 08:13
share

RADAR JOGJA Tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) Piyungan tutup sejak Jumat (21/1). Hal ini berdampak pada aktivitas pembuangan sampah dari Kota Jogja ikut terhenti. Mengakibatkan sampah di depo yang terkumpul sejak Kamis (20/1) menumpuk hingga ketinggian tiga meter.

Kabid Pengelolaan Sampah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Jogja Haryoko menjelaskan, penutupan TPST Piyungan karena hujan deras yang terjadi sebelumnya. Menyebabkan area unloading sampah tidak ada tempat. Sehingga penutupan sementara dilakukan penataan pada area dermaga sampah.

Untuk penataan dermaga sampah, diperlukan tanah urug agar alat berat tidak tergelincir saat melewati sampah-sampah yang menumpuk. Terlebih, saat ini kondisi sampah di zona tengah sudah menggunung dengan ketinggian 140 meter. Kondisi ini mengharuskan adanya estafet untuk memindah sampah menggunakan alat berat. Maka harus diurug dulu biar nggak licin. Nah, infonya kemarin masih tender untuk pengadaan tanah urug itu, bebernya Jumat (21/1).

Meski baru ditutup sehari, lanjutnya, membuat sampah di kota tidak terbuang. Dan hanya menumpuk di masing-masing depo mencapai ketinggian 2-3 meter. Ditambah kondisi truk sampah yang juga penuh sejak Kamis.

Menurutnya, kapasitas depo hanya mampu menampung sampah maksimal selama tiga hari. Dia khawatir jika TPST Piyungan ditutup lebih dari tiga hari, sampah di depo wilayah kota akan luber ke jalan. Tidak bisa menahan lagi itu sudah pasti, ujarnya.

Setelah TPST dibuka, normalisasi sampah-sampah di depo juga memerlukan waktu sekitar satu minggu. Sebab antrean truk untuk menurunkan sampah ke TPST tidak cukup dengan waktu sebentar. Maksimal bisa sampai 4 jam antrean pembuangannya. Dari truk proses timbangan sampai dia kembali ke timbangan setelah menurunkan, bebernya.

Dalam sehari, rata-rata volume sampah dari Kota Jogja sekitar 270-300 ton. Namun, untuk sampah yang masuk ke TPST Piyungan sekitar 600 ton per hari. Jumlah tersebut sekaligus sampah dari Sleman dan Bantul. Semoga sehari (tutup, Red), karena infonya belum jelas apakah selesai hari ini apa tidak, katanya.

Karena kota tidak memiliki penampungan sampah, pemilahan sampah harus kembali dimaksimalkan. Terutama sampah organik dan anorganik. Sampah organik, bisa kembali diolah dan dimanfaatkan menjadi pupuk. Kalau sudah dipilah, kita gampang ngelolanya, tambahnya.

Sejauh ini, kampanye pengurangan sampah melalui bank sampah yang terus dilakukan, diklaim mampu mengurangi sampah. Meski baru sekitar 2-3 persen. Pengurangan sampah yang dibuang ke TPST Piyungan juga diupayakan dengan persiapan lahan di Giwangan. Nantinya, akan dibangun tempat pengelolaan dengan pemilahan sampah saja. Tidak sampai pada penampungan sampah.

Diharapkan, dalam sehari mampu menampung sekitar 15-20 ton sampah. Dan bisa dikelola secara optimal. Tapi kemungkinan besar ini baru 2023. Kita juga ada pengelolaan baru, kerjasama pemerintah dengan badan usaha nantinya kita akan mengolah sampah jadi energi, tuturnya.

Sesuai target, Kota Jogja diharapkan dapat menurunkan volume sampah hingga 30 persen pada 2025. Dan untuk saat ini, sudah mencapai sekitar 20 persen. Sebagian besar sampah yang dihasilkan adalah 60 persen sampah organik. (wia/eno)

Topik Menarik