Belajar dari Guru Ali, Pria Disabilitas yang Tanam Pohon Sebagai Tabungan

Belajar dari Guru Ali, Pria Disabilitas yang Tanam Pohon Sebagai Tabungan

Nasional | lombokpost | Rabu, 19 Januari 2022 - 18:46
share

Sangat lumrah orang menyisihkan penghasilannya sebagai tabungan. Tapi bagi pria satu ini, kegiatan menanam pohon justru menjadi tabungan untuk masa depannya dan keluarga. Berikut kisahnya.

FERIAL AYU, Lombok Utara

Namanya Ali Herman. Pria 40 tahun asal Dusun Bentek, Desa Menggala, Kecamatan Pemenang ini akrab disapa Guru Ali. Karena memang profesinya sehari-hari adalah sebagai pengajar di salah satu sekolah dasar.

Guru Ali mengajar sebagai guru honorer di SDN 5 Pemenang sejak 2004 silam. Sehari-harinya dia harus berjalan kaki sejauh tujuh kilometer, menuju sekolah tempatnya mengajar di Dusun Jeliman Ireng, Desa Pemenang Timur.

Keterbatasan fisik pada kakinya juga membuatnya tidak mampu berbuat banyak untuk menyelamatkan perekonomian keluarganya. Apalagi di tengah pandemi Covid-19 saat ini.

Gajinya sebagai tenaga pengajar hanya Rp 250 ribu per bulan. Karena itu istrinya juga ikut bekerja membantu perekonomian keluarga, sebagai penjual pepes ikan keliling. Namun penghasilannya pun tak seberapa.

Pernah dirinya mencoba menggantungkan asa untuk ikut dalam seleksi PPPK yang dibuka pemerintah tahun lalu. Dirinya berharap ada secercah harapan untuk membangun kehidupan yang lebih baik.

Namun sayangnya, keberuntungan masih belum berpihak padanya. Dia tidak lolos. Meski pun pengabdiannya sudah hampir 20 tahun lamanya.

Guru Ali tak ingin patah arang. Ia percaya selama ada keyakinan, akan selalu ada cara Sang Pencipta menolong hamba-Nya. Tujuh kilometer yang ditempuhnya dengan ikhlas justru memberi berkah manis bagi dirinya.

Di dalam hutan yang dilaluinya, Guru Ali menemukan banyak bibit pohon setiap harinya. Bibit pohon itu dibawa pulang dan ditanam di halaman belakang rumahnya.

Tanam satu pohon setiap hari, Insya Allah nanti akan bermanfaat untuk waktu yang lama, ujarnya.

Itu merupakan pesan yang disampaikan gurunya dulu. Pesan inilah yang terus dipegang dan diamalkan Guru Ali hingga saat ini.

Saya selalu ingat pesan guru saya itu. Setiap hari saya bawa bibit pohon dari hutan, sepulang mengajar, jelasnya.

Dirinya menanam mulai dari umbi-umbian, pisang, hingga pohon kayu yang didapatnya di hutan. Umbi-umbian dan pisang ditanamnya agar dapat memetik hasil dalam jangka pendek. Sementara, pohon kayu ditanamnya guna memetik hasil jangka panjang.

Ada kita jual atau sekedar untuk dikonsumsi. Kalau pohon mahoni dan kayu-kayu lain ini untuk tabungan saya menyekolahkan anak saya nanti, tuturnya.

Guru Ali memiliki seorang anak yang kini berusia tujuh tahun dan duduk di bangku kelas 2 SD. Dirinya menyadari terbatasnya kemampuan dan tingginya tuntutan kebutuhan anaknya masa depan.

Sebab itu, dia menjadikan pohon yang ditanam sebagai tabungan masa depan. Bahkan beberapa waktu lalu, ia sempat menjual beberapa pohon, guna memenuhi kebutuhan hajatan saat anaknya dikhitan.

Masih banyak di belakang rumah, nanti saya gunakan untuk kebutuhan pendidikan putra saya, ujarnya.

Guru Ali menjelaskan, menanam pohon merupakan bagian dari cara manusia mencintai alam. Ketika alam tersebut dipeliharanya dengan baik, maka akan memenuhi segala kebutuhannya.

Kalau kita pelihara alam, Insya Allah dengan izin Allah SWT, alam pun akan menghidupi kita, tandasnya. (*/r9)

Topik Menarik