Limbah Plastik di Laut jadi Beban Asia Tenggara, Daur Ulang Solusinya

Limbah Plastik di Laut jadi Beban Asia Tenggara, Daur Ulang Solusinya

Nasional | jawapos | Selasa, 18 Januari 2022 - 20:33
share

JawaPos.com Sampah plastik atau limbah plastik menjadi masalah bagi negara-negara di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Padahal limbah plastik di laut ternyata bisa meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

Sebuah kerja sama dalam Prevented Ocean Plastic Southeast Asia di Asia Tenggara mengembangkan sebuah model terukur dan berkelanjutan yang dapat menjadi standar terbaik untuk industri daur ulang plastik. Circulate Capital, perusahaan manajemen investasi berbasis di Singapura yang mendanai inovasi, perusahaan, dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memerangi polusi plastik di laut dan perubahan iklim dengan memajukan ekonomi sirkular netral karbon.

Circulate Capital Ocean Fund (CCOF) telah berinvestasi di perusahaan Prevented Ocean Plastic Southeast Asia. Perusahaan yang bergerak dalam pengumpulan dan daur ulang limbah plastik ini tengah memelopori model mata rantai pengelolaan limbah plastik yang inovatif.

Dalam kampanye ini, sejumlah pihak berkomitmen untuk memperluas infrastruktur daur ulang di Indonesia secara strategis, terutama di wilayah yang kurang atau tidak memiliki infrastruktur pengelolaan limbah plastik. Perluasan infrastruktur tersebut diharapkan dapat mencegah kebocoran limbah plastik ke laut dan meningkatkan pendapatan masyarakat setempat.

Bicara Asia Tenggara, kegiatan pengumpulan dan daur ulang plastik juga dilakukan di beberapa wilayah pesisir luar Jawa, terutama
di wilayah Kalimantan dan Sulawesi. Sebagai bagian dari rencana ini, 12 pusat pengumpulan limbah plastik dan tiga pusat agregasi dengan skala yang lebih besar akan dibangun.

Adanya infrastruktur tersebut juga diharapkan dapat meningkatkan dampak lingkungan, sosial, dan ekonomi di seluruh mata rantai, mulai dari para pengumpul limbah plastik di Indonesia hingga ke konsumen akhir. Dalam periode 10 tahun, diperkirakan dapat mencegah kebocoran 400 ribu ton limbah plastik ke laut, menghindari 800 ribu ton emisi GHG, sekaligus menciptakan 1.000 lapangan kerja dan membuka peluang pendapatan baru bagi ribuan pengumpul limbah plastik.

Realita bahwa harus mengumpulkan sampah plastik dari 17 ribu pulau mempersulit betapa rumitnya krisis polusi plastik di Indonesia. Hal ini disebabkan karena banyak tantangan logistik dan kompleksitas dalam rantai nilai daur ulang limbah plastik, jelas Founder dan CEO Circulate Capital Rob Kaplan, secara daring baru-baru ini.

Terlebih lagi, Prevented Ocean Plastic Southeast Asia akan memenuhi permintaan pasar yang sudah mulai terbuka dan menerima penggunaan plastik daur ulang bekualitas tinggi dan traceable. Usaha ini menjadi blueprint infrastruktur daur ulang dan ekonomi sirkular terbaik di kelasnya dan di seluruh kawasan Asia Tenggara, imbuhnya.

CEO Polindo Daniel Law mengatakan kerja sama ini memungkinkan untuk
mengembangkan infrastruktur pengumpulan sampah yang dapat memenuhi banyaknya permintaan komoditas daur ulang plastik yang traceable. Sementara, juga mendukung masyarakat di luar Pulau Jawa yang membutuhkan bantuan.

Kami percaya bahwa ini adalah kesempatan untuk mengatasi sekaligus mengoptimalkan logistik pengumpulan dan pemilahan limbah plastik, di mana biasanya lebih rumit di daerah-daerah terpencil sekitar Indonesia. Dengan demikian, kami dapat memberikan peluang pendapatan dan model insentif bagi penduduk sekitar fasilitas, sehingga memobilisasi pengumpulan sampah informal serta mengurangi pencemaran plastik di laut, kata Daniel.

Direktur Bantam Materials United Kingdom Raffi Schieir menambahkan solusi ini memberi bantuan kepada masyarakat yang tidak pernah memiliki akses ke infrastruktur daur ulang. Permintaan global sudah meningkat untuk plastik daur ulang tracable dan berkualitas tinggi.

Pemerintah di Eropa dan pasar internasional juga telah menghimbau untuk memanfaatkan plastik daur ulang dalam kemasan produk. Sehingga menjadi perubahan dalam industri pengelolaan sampah plastik di Indonesia, mencegah sampah plastik di lautan dalam skala besar, serta mendorong inklusi sosial dan keuangan yang lebih luas, tutup Raffi.

Topik Menarik