Jenderal Bintang Empat Ini Tegaskan, pada 2021 Ada 83 Santri yang Direkrut Jadi Anggota Polisi

Jenderal Bintang Empat Ini Tegaskan, pada 2021 Ada 83 Santri yang Direkrut Jadi Anggota Polisi

Nasional | koran-jakarta.com | Sabtu, 1 Januari 2022 - 06:48
share

Jakarta - Jenderal bintang empat yang kini menjabat Kapolri Jenderal Pol.Listyo Sigit Prabowo mengungkapkan saat ini Polri terus melakukan perekrutan terhadap bibit sumber daya manusia (SDM) unggul melalui jalur Rekrutmen Proaktif (Rekpro) Polri, salah satunya menyaring lulusan pesantren atau santri sebagai anggota kepolisian.

"Kami berusaha merekrut bibit SDM melalui Rekrutmen Proaktif Polri sepanjang 2021 sebanyak 83 lulusan santri," kata Sigit dalam rilis akhir tahun 2021 di Mabes Polri, Jakarta, Jumat (31/12) malam.

Sigit menyebutkan, dari 83 santri tersebut, sebanyak 56 di antaranya calon-calon bintara yang memiliki kemampuan hafal Alquran.

Selain itu, Polri juga merekrut 410 personel kepolisian dari suku pedalaman.

"Kami juga merekrut 3.400 personel dari orang asli Papua (OAP) untuk memperkuat kebutuhan Polri di Papua sehingga memudahkan komunikasi dalam memelihara keamanan ketertiban masyarakat jadi lebih baik," ujar Sigit.

Selain itu, Kapolri juga memaparkan terkait dengan kesetaraan gender di institusi Polri.

Menurut jenderal bintang empat tersebut, kesetaraan gender menjadi persoalan dihadapi sejumlah negara di dunia.

Kapolri akan memberikan ruang dan kesempatan bagi jajarannya, baik laki-laki maupun perempuan, untuk memangku jabatan inspektur jenderal (irjen).

"Kami juga akan beri ruang untuk jabatan setingkat inspektur jenderal polisi dan ini tentunya menjadi program kami untuk terus memberikan kesempatan dan ruang bagi kesetaraan gender," ujar Sigit.

Ia memandang perlu melakukan adaptasi untuk menciptakan kesetaraan gender di internal Polri.

Dalam rangka mewujudkan kesetaraan gender di lingkungan Polri, pihaknya akan meningkatkan kemampuan anggotanya.

Kapolri mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan polisi perempuan dan laki-laki akan bisa menangani penugasan khusus yang masuk kategori berisiko tinggi.

"Beberapa penugasan yang high risk yang tentunya ini juga memerlukan kesiapan dan kemampuan khusus dari anggota, dan ini akan kami tingkatkan ke depan," kata Sigit.

Topik Menarik