
Keturunan Tasripin Keluhkan Susahnya Rawat Bangunan Tua dan PBB yang Semakin Mahal
SEMARANGTENGAH, AYOSEMARANG.COM -- Kota Semarang pernah punya konglomerat lokal di era kolonial, namanya adalah Tasripin.
Sebagai salah satu bagian dari sejarah Kota Semarang, Tasripin dari tahun ke tahun selalu jadi perbincangan banyak pihak dan bahkan tak pernah luput dari objek penelitian. Sampai saat ini peninggalan Tasripin juga tidak tersisa banyak.
Muhammad Fachri, salah satu keturunan Tasripin menuturkan jika warisan peninggalannya yang tersebar di Kota Semarang khususnya bangunan, sudah ada yang disewakan, dijual dan dihibahkan.
Selain bangunan atau rumah, peninggalan lainnya ya wayang dan gamelan, terangnya saat ditemui oleh Ayosemarang.com pada Senin26 Juli 2021.
Bangunan peninggalan Tasripin memang paling banyak ada di Kampung Kulitan. Tidak heran, sebab semasa hidup, di kampung inilah Tasripin tinggal.
Fachri termasuk salah satu keturunan yang menempati rumah peninggalan Tasripin.
Selama tinggal di rumah Tasripin sejak kecil, Fachri mengungkapkan jika bangunannya tidak rapuh sekalipun. Katanya, bangunannya memang disusun dengan kayu jati pilihan terbaik.
Tasripin yang semasa hidupnya kaya raya itu sengaja memilih kayu jati dengan ketebalan 50 sentimeter untuk digunakan sebagai fondasinya, ujarnya.
Baca Juga :
11 Potret lucu susahnya jadi kuli bangunan, sampai jungkir balik
Kayu jati juga digunakan untuk atap rumah, praktis hal itu tidak membuatnya cepat keropos.
Bahkan kata Fachri, tempo dulu Tasripin sudah memahami ilmu desain interior modern sehingga atap bangunannya sudah dirancang sedemikian rupa supaya tidak digerogoti rayap.
Selain itu di rumah Tasripin punya corak yang khas, misalnya pintunya selalu ada 3, lalu wulungannya yang berbentuk seperti kuburan dan selalu ada pintu rahasia di halaman belakang.
Semua corak khas itu masing-masing memiliki arti dan untuk pintu rahasia dibuat pasti ada maksudnya, terang Fachri.
Usia rumah Tasripin tentu sudah 1 abad lebih. Fachri membeberkan jika rumahnya itu sudah dibangun sejak 1923. Namun sampai saat ini kendati Semarang sering banjir tidak keropos sama sekali.
Tinggal di rumah berusia 1 abad Fachri mengatakan jika perawatannya tidak mudah. Kendati sudah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Kota Semarang namun segala halnya dia urus sendiri.
Saya harus bayar PBB (Pajak Bumi Bangunan) yang terus naik, katanya.
Baca Juga :
Perda Cagar Budaya Surabaya Disempurnakan
Di rumah yang dia tinggali, pungutan PBB mencapai Rp5 juta per tahun. Ada juga pungutan PBB di rumah keluarga lainnya yang sampai Rp8 juta per tahun.
Bahkan untuk perawatan, Fachri hanya bisa menambal ala kadarnya. Sebab sebagai cagar budaya dilarang untuk diubah. Padahal menurutnya, merawat bangunan tua sungguh tidak mudah
Untungnya generasi penerusnya Tasripin itu sekitar 65 persen bekerja sebagai pegawai negeri. Dan sisanya 40 persen lebih jadi pengusaha seperti leluhurnya terdahulu, ucapnya.
Fachri menyarankan jika bangunan lama yang ada di kampung-kampung seperti ini juga diperhatikan.
Turis dan peneliti itu malah lebih sering datang ke sini daripada ke Kota Lama, tutupnya.
Topik Menarik

Beli Pertalite dan Solar, Konsumen di 11...
nasional | Rakyatku Selasa, 28 Juni 2022 - 13:24

Fadel Uraikan Peluang Keberhasilan Jokow...
nasional | rm.id Selasa, 28 Juni 2022 - 14:43

Cara Daftar MyPertamina untuk Beli Perta...
nasional | riau24.com Selasa, 28 Juni 2022 - 10:13

Deretan Kafilah Barru Masuk Babak Final ...
nasional | SulselSatu Selasa, 28 Juni 2022 - 14:44

Sempat Disebut 149, Kedubes Malaysia Kla...
nasional | radartegal Selasa, 28 Juni 2022 - 14:42

Marshanda Akhirnya Ditemukan, Usai Bikin...
nasional | law-justice.co Selasa, 28 Juni 2022 - 09:35

Humor Gus Dur: Anak Kecil Kalo Berdoa Ga...
nasional | republika Selasa, 28 Juni 2022 - 14:11
