21 Ceramah Singkat Bulan Syawal, Bisa Jadi Muhasabah Diri
JAKARTA - Menyampaikan ceramah singkat bulan Syawal jadi salah satu saran penting untuk semangat beribadah pasca bulan Ramadhan.
Setelah sebulan penuh ditempa oleh berbagai bentuk ibadah seperti puasa, salat malam, tilawah, dan berbagai amalan mulia lainnya, dengan memasuki bulan Syawal diharapkan umat Muslim dapat menjaga kebiasaan baik seperti di bulan Ramadhan.
Ceramah singkat bulan Syawal bisa dijadikan sebagai momen muhasabah diri. Dengan tujuan semangat beribadah umat Muslim tidak hilang meskipun Ramadhan telah usai.
Melansir berbagai sumber, Kamis (10/4/2025), berikut ceramah singkat bulan Syawal yang dapat dijadikan sebagai referensi.
Ceramah Singkat Bulan Syawal
1. Cara Mempertahankan Semangat Ibadah Saat Tidak Lagi Ramadhan
Khutbah I
الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَمَّا بَعْدُ .فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . قَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Marilah kita senantiasa memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat serta nikmat-Nya kepada kita, baik nikmat lahir maupun batin. Salah satu nikmat terbesar yang kita rasakan adalah nikmat iman dan Islam, yang menjadi petunjuk dalam menjalani kehidupan di dunia ini menuju kebahagiaan di akhirat. Semoga shalawat serta salam tetap tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Sebagai seorang hamba, kita wajib bersyukur atas segala karunia yang diberikan Allah SWT. Dengan bersyukur, Allah akan menambah nikmat-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Quran:
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, 'Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras'." (QS. Ibrahim: 7)
Bentuk nyata dari rasa syukur kita adalah dengan meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT, menjalankan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya. Sebab, hakikat penciptaan manusia adalah untuk beribadah kepada Allah, sebagaimana firman-Nya:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
"Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku." (QS. Adz-Dzariyat: 56)
Melanjutkan Amal Ibadah Pasca Ramadhan
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Bacaan Hukum Tajwid Al Isra Ayat 17
Ramadhan telah kita lalui dengan penuh semangat ibadah. Kita terbiasa menunaikan sholat tepat waktu, membaca Al-Quran, bersedekah, dan meningkatkan amal kebaikan lainnya. Namun, tantangan sesungguhnya datang setelah Ramadhan berlalu. Apakah kita masih bisa menjaga dan melanjutkan kebiasaan baik tersebut?
Allah SWT mengingatkan kita agar senantiasa mengevaluasi diri dan melihat bagaimana kualitas ibadah kita:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan." (QS. Al-Hasyr: 18)
Untuk menjaga dan meningkatkan amal ibadah pasca Ramadhan, ada tiga langkah utama yang dapat kita lakukan, yaitu Muhasabah (introspeksi diri), Mujahadah (bersungguh-sungguh dalam beribadah), dan Muraqabah (merasa selalu diawasi oleh Allah).
1. Muhasabah (Introspeksi Diri)
Doa Pelunas Utang yang Dianjurkan Nabi Muhammad SAW, Jangan Lupa Tetap Berusaha dan Bekerja!
Muhasabah adalah mengevaluasi diri terhadap amal ibadah yang telah kita lakukan. Kita perlu bertanya kepada diri sendiri: Apakah selama Ramadhan kita sudah benar-benar beribadah dengan penuh keikhlasan? Apakah semangat ibadah kita hanya muncul di bulan Ramadhan? Pertanyaan-pertanyaan ini akan membantu kita untuk terus memperbaiki diri dan mempertahankan ibadah yang telah kita jalankan.
Rasulullah SAW bersabda:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ
"Orang yang cerdas adalah orang yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematiannya. Sedangkan orang yang lemah adalah orang yang mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT." (HR. Tirmidzi)
2. Mujahadah (Bersungguh-sungguh dalam Beribadah)
Setelah melakukan muhasabah, langkah selanjutnya adalah mujahadah, yaitu berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjaga dan meningkatkan amal ibadah kita. Semangat ibadah yang telah kita bangun di bulan Ramadhan harus tetap dipertahankan. Meskipun tantangan datang dari lingkungan sekitar maupun dari diri sendiri, kita harus memiliki tekad kuat untuk tetap berada di jalan kebaikan.
Allah SWT berfirman:
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ
"Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Ankabut: 69)
3. Muraqabah (Merasa Selalu Diawasi oleh Allah)
Langkah terakhir adalah muraqabah, yaitu merasakan kehadiran dan pengawasan Allah dalam setiap aktivitas kita. Dengan muraqabah, kita akan lebih berhati-hati dalam bertindak, karena kita sadar bahwa setiap amal kita akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
أَنْ تَعْبـــُدَ اللَّهَ كَأَنَّــكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
"Hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jika engkau tidak melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu." (HR. Bukhari)
Semangat muraqabah ini sejatinya telah kita latih dalam ibadah puasa, yang tujuannya adalah membentuk ketakwaan kepada Allah SWT, sebagaimana firman-Nya:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Bulan Syawal, yang berarti peningkatan, harus menjadi momentum bagi kita untuk terus meningkatkan amal ibadah dan ketakwaan kepada Allah SWT. Dengan menerapkan Muhasabah, Mujahadah, dan Muraqabah, insyaAllah kita akan tetap istiqamah dalam ibadah, meskipun Ramadhan telah berlalu. Semoga Allah SWT memberikan kita kekuatan untuk terus berada di jalan-Nya dan menjadikan kita hamba-hamba yang istiqamah.
بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
2. Berusaha Menjadi Muslim yang Senantiasa Bertakwa Pasca Ramadhan
Khutbah I
الْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الصَادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah,
Marilah kita panjatkan puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-Nya, terutama nikmat iman, Islam, dan kesehatan, sehingga kita dapat berkumpul di tempat yang mulia ini untuk menunaikan ibadah sholat Jumat. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah,
Setelah sebulan penuh kita menunaikan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan, kita pun menyambut datangnya Idul Fitri dengan penuh suka cita. Hari kemenangan ini bukan sekadar ajang perayaan, tetapi lebih dari itu, merupakan momentum refleksi atas usaha kita dalam menggapai derajat ketakwaan. Dalam kitab Lataif al-Ma'arif, Ibnu Rajab al-Hanbali menegaskan bahwa hakikat Idul Fitri bukan sekadar mengenakan pakaian baru, tetapi justru terletak pada bertambahnya ketaatan kepada Allah SWT. Sebagaimana perkataannya:
"Bukanlah hari raya bagi orang yang memakai baju baru, melainkan hari raya bagi orang yang ketaatannya bertambah. Bukanlah hari raya bagi orang yang bersolek dengan pakaian dan kendaraan, melainkan hari raya bagi orang yang diampuni dosanya."
Hadirin yang dimuliakan Allah,
Idul Fitri berasal dari kata Id yang berarti kembali, dan Fitri yang berarti suci. Maka, Idul Fitri adalah momentum kembalinya kita pada kesucian, baik dalam aspek lahiriah maupun batiniah. Dalam bukunya Membumikan Al-Quran, Prof. Quraish Shihab menjelaskan bahwa kesucian sejati harus mencerminkan tiga unsur utama: benar, baik, dan indah.
Benar, berarti setiap sikap dan tindakan kita harus sesuai dengan ajaran agama dan nilai-nilai moral.
Baik, artinya segala yang kita lakukan harus memberikan manfaat bagi diri sendiri dan orang lain.
Indah, yakni menghadirkan keindahan dalam akhlak dan perilaku, baik dalam hubungan dengan Allah maupun sesama manusia.
Dengan memahami tiga unsur tersebut, kita akan lebih mudah menjaga fitrah kesucian yang telah kita raih selama bulan Ramadhan.
Hadirin Rahimakumullah,
Allah SWT telah menegaskan dalam firman-Nya:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ(QS. Al-Baqarah [2]: 183)
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."
Dari ayat ini, jelas bahwa tujuan utama puasa adalah membentuk pribadi yang bertakwa. Syekh Nawawi Al-Bantani dalam Tafsir al-Munir menegaskan bahwa ibadah puasa melatih kita untuk mengendalikan hawa nafsu, sehingga kita menjadi pribadi yang lebih taat kepada Allah dan menjauhi segala larangan-Nya.
Takwa bukan sekadar rasa takut kepada Allah, tetapi juga kesadaran bahwa Allah selalu mengawasi kita. Dengan memiliki ketakwaan, kita akan terdorong untuk senantiasa berbuat baik dan menghindari perbuatan dosa, baik dalam kondisi lapang maupun sempit.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Takwa bukan hanya soal ibadah ritual, tetapi juga memiliki dimensi sosial yang luas. Allah SWT berfirman dalam Surah Ali Imran:
وَسَارِعُوا إِلَى مَغْفِرَةٍ مِنْ رَبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ (١٣٣) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ(QS. Ali Imran [3]: 133-134)
Artinya: "Bersegeralah menuju ampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya seperti langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa, yaitu mereka yang selalu berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, orang-orang yang menahan amarah, dan orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain. Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan."
Dari ayat ini, kita dapat memahami bahwa ciri utama orang yang bertakwa bukan hanya rajin beribadah, tetapi juga memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Mereka berinfak, menahan amarah, dan mudah memaafkan kesalahan orang lain. Maka, mari kita jadikan Idul Fitri ini sebagai titik tolak untuk lebih peduli kepada sesama, lebih sabar dalam menghadapi ujian, serta lebih lapang dalam memaafkan.
Hadirin Sidang Jumat Rahimakumullah,
Marilah kita jadikan momentum Idul Fitri ini sebagai titik awal untuk memperbaiki diri, menjaga ketakwaan, dan terus berbuat baik. Semoga kita semua termasuk golongan yang kembali dalam keadaan suci dan bertakwa, serta mampu mempertahankan nilai-nilai Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ، فَاعْتَبِرُوْا يَآ أُوْلِى اْلأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ.
Khutbah II
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللهُ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا نَبِيَّ بَعْدَهُ اللَّهُمَّ صَلَّ وَسَلَّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ المُجَاهِدِينَ الطَّاهِرِينَ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الحَاضِرُوْنَ، أَوْصِيْكُمْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ، وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ: وَالْعَصْرِ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ، إِنَّ الله وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْأَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا انْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةٌ يَا رَبَّ الْعَالَمِينَ. رَبَّنَا أَيْنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبَادَ اللَّهِ إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ
3. Menjaga Pola Hidup Tetap Positif Sepeninggal Bulan Ramadhan
Khutbah I
اَلْحَمْدُ للهِ الْمَلِكِ الدَّيَّانِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى مُحَمَّدٍ سَيِّدِ وَلَدِ عَدْنَانَ، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَتَابِعِيْهِ عَلَى مَرِّ الزَّمَانِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ الْمُنَـزَّهُ عَنِ الْجِسْمِيَّةِ وَالْجِهَةِ وَالزَّمَانِ وَالْمَكَانِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ كَانَ خُلُقُهُ الْقُرْآنَ أَمَّا بَعْدُ، عِبَادَ الرَّحْمٰنِ، فَإنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْمَنَّانِ، الْقَائِلِ فِي كِتَابِهِ الْقُرْآنِ: وَّاَنْ لَّوِ اسْتَقَامُوْا عَلَى الطَّرِيْقَةِ لَاَسْقَيْنٰهُمْ مَّاۤءً غَدَقًاۙ
Jamaah sholat Jumat yang dirahmati Allah Ta'ala,
Mengawali khutbah yang penuh keberkahan ini, marilah kita tingkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Ketakwaan sejati adalah menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan penuh kesungguhan. Semoga dengan ketakwaan yang kita jaga, kita mendapatkan syafaat di hari akhir nanti. Aamiin ya rabbal 'alamin.
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Bulan suci Ramadhan telah berlalu, namun semangatnya hendaknya tetap kita jaga. Ramadhan bukan sekadar momen satu bulan yang penuh ibadah, melainkan menjadi titik awal dalam membangun kebiasaan baik yang terus berlanjut sepanjang tahun. Oleh karena itu, menjaga pola hidup yang telah kita terapkan selama bulan Ramadhan sangat penting agar keberkahan dan manfaatnya terus terasa dalam kehidupan kita.
Salah satu amalan yang dapat kita lanjutkan adalah puasa sunnah Syawal. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barang siapa berpuasa Ramadhan kemudian dilanjutkan dengan enam hari dari Syawal, maka seperti pahala berpuasa setahun." (HR Muslim)
Puasa Syawal lebih utama jika dilakukan berturut-turut setelah Idul Fitri, namun jika belum sempat, tetap disunnahkan untuk melakukannya di hari lain sepanjang bulan Syawal. Keutamaan puasa ini sangat besar, yaitu mendapatkan pahala seolah-olah berpuasa sepanjang tahun.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Selain puasa Syawal, kita juga dapat melanjutkan kebiasaan menghidupkan waktu malam dengan ibadah. Pada bulan Ramadhan, kita terbiasa menjalankan sholat tarawih, tahajud, dan sahur. Kebiasaan baik ini hendaknya terus kita pertahankan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Tuhan kita, Allah tabaraka wa ta'ala turun setiap malam ke langit dunia di saat sepertiga malam akhir. Kemudian Allah berfirman, 'Barangsiapa berdoa kepada-Ku, akan Aku kabulkan. Barangsiapa meminta kepada-Ku, akan Aku beri. Barangsiapa meminta ampun kepada-Ku, akan Aku beri ampunan." (Muttafaq 'alaih)
Dengan menjaga ibadah malam, kita memperoleh kesempatan untuk lebih dekat kepada Allah, memohon ampunan, dan meraih keberkahan dalam kehidupan.
Jamaah yang dimuliakan Allah,
Pola hidup positif lainnya yang perlu kita lanjutkan adalah membaca Al-Quran secara rutin. Saat Ramadhan, banyak dari kita yang berlomba-lomba mengkhatamkan Al-Quran. Kebiasaan ini hendaknya tidak berhenti setelah Ramadhan usai. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Bacalah Al-Quran. Sebab, ia akan datang memberikan syafaat pada hari kiamat kepada pembaca dan pengamalnya." (HR Ahmad)
Membaca Al-Quran bukan hanya mendatangkan pahala, tetapi juga menjadi petunjuk dalam kehidupan. Bahkan, setiap huruf yang kita baca bernilai pahala berlipat-lipat, sebagaimana sabda Rasulullah:
"Siapa saja yang membaca satu huruf dari Kitabullah (Al-Quran) maka dia akan mendapat satu kebaikan. Sedangkan satu kebaikan dilipatkan kepada sepuluh semisalnya. Aku tidak mengatakan alif lâm mîm satu huruf. Akan tetapi, alif satu huruf, lâm satu huruf, dan mîm satu huruf." (HR At-Tirmidzi)
Jamaah yang berbahagia,
Amalan-amalan yang telah kita laksanakan di bulan Ramadhan hendaknya menjadi rutinitas yang terus berlanjut, tidak hanya dilakukan sesaat. Kita tidak perlu terburu-buru dalam mengamalkannya, tetapi lebih penting untuk menjaga konsistensi. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Amalan yang paling disukai Allah Ta'ala adalah yang kontinu walaupun itu sedikit." (HR Muslim)
Sebagaimana disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir, salah satu tanda diterimanya suatu amal kebaikan adalah munculnya amalan baik lainnya setelahnya. Oleh karena itu, mari kita jadikan Ramadhan sebagai titik awal untuk memperbaiki diri dan terus meningkatkan kualitas ibadah kita.
Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala senantiasa memberikan kita kekuatan dan keistiqamahan dalam menjalankan amal kebaikan. Aamiin.
أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
Khutbah II
الْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، وَأُصَلِّي وَأُسَلِّمُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ الْوَفَا. أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُونَ، أَوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيمِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيمٍ أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ، فِي الْعَالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوفَ الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِينَ عَامَّةً، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللَّهِ، إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذْكُرُوا اللَّهَ الْعَظِيمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ
4. Bulan Istiqomah dalam Ibadah
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk menjalankan ibadah di bulan suci Ramadhan dengan penuh keikhlasan dan keimanan. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Kita baru saja melewati bulan suci Ramadhan, bulan penuh keberkahan yang mengajarkan kita tentang kesabaran, keikhlasan, dan kedekatan kepada Allah SWT. Ramadhan bukan sekadar ritual tahunan, tetapi momentum pembinaan diri agar menjadi pribadi yang lebih bertakwa. Oleh karena itu, bulan Syawal harus kita jadikan sebagai bulan untuk menjaga dan meningkatkan semangat ibadah yang telah kita jalani selama Ramadhan.
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Insyirah ayat 7-8:
"Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap."
Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa setelah menyelesaikan satu amalan ibadah, kita harus segera melanjutkannya dengan ibadah lainnya. Ramadhan telah berlalu, tetapi bukan berarti semangat ibadah kita juga ikut berlalu. Justru, di bulan Syawal inilah kita harus lebih meningkatkan kualitas ibadah kita.
Puasa Enam Hari di Bulan Syawal
Salah satu amalan yang sangat dianjurkan di bulan Syawal adalah puasa sunnah enam hari. Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka ia mendapat pahala seperti berpuasa sepanjang tahun." (HR. Muslim)
Mengapa puasa Syawal memiliki keutamaan seperti berpuasa setahun penuh? Para ulama menjelaskan bahwa satu kebaikan dilipatgandakan pahalanya sepuluh kali lipat. Maka, puasa Ramadhan selama 30 hari setara dengan 300 hari, dan puasa enam hari di bulan Syawal melengkapi pahala tersebut hingga 360 hari, yaitu seperti setahun penuh.
Selain mendapatkan pahala besar, puasa Syawal juga menjadi cara untuk menjaga keistiqomahan dalam mengendalikan hawa nafsu. Ramadhan telah melatih kita menahan diri, maka jangan sampai setelah Ramadhan kita kembali dikuasai hawa nafsu.
Menjaga Kualitas dan Kuantitas Ibadah
Jamaah yang dirahmati Allah,
Selain puasa, kita juga harus tetap menjaga kualitas dan kuantitas ibadah lainnya, baik yang wajib maupun yang sunnah. Jangan sampai setelah Ramadhan, kita mulai malas sholat berjamaah, meninggalkan tadarus Al-Quran, atau jarang berzikir dan berdoa. Allah SWT berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 238:
"Peliharalah semua sholat (yang telah diperintahkan)..."
Menjaga sholat wajib dan menambah ibadah sunnah seperti sholat tahajud, dhuha, dan membaca Al-Quran akan membuat kita tetap dekat dengan Allah. Jika kita mampu istiqomah, maka keberkahan yang kita dapatkan di bulan Ramadhan akan terus berlanjut sepanjang tahun.
Memperkuat Kesalehan Sosial
Hal lain yang perlu kita jaga setelah Ramadhan adalah semangat berbagi dan membantu sesama. Di bulan Ramadhan, kita banyak bersedekah, berbagi makanan berbuka, dan membantu orang lain. Jangan sampai kebiasaan baik ini berhenti setelah Ramadhan. Rasulullah SAW bersabda:
"Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah." (HR. Bukhari dan Muslim)
Maksudnya, memberi lebih baik daripada meminta. Oleh karena itu, mari kita jadikan Syawal sebagai momentum untuk terus berbagi kepada sesama, baik dengan harta, tenaga, maupun ilmu.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Bulan Syawal adalah bulan peningkatan ibadah. Jangan sampai kita kembali kepada kebiasaan buruk setelah Ramadhan berlalu. Mari kita lanjutkan amalan-amalan baik yang telah kita bangun selama Ramadhan, baik itu puasa, sholat, membaca Al-Quran, maupun bersedekah. Semoga Allah memberikan kita kekuatan untuk tetap istiqomah dalam kebaikan dan menjadikan kita hamba-Nya yang bertakwa.
Aamiin ya Rabbal 'Alamin.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
5. Syawal sebagai Awal Perubahan dan Evaluasi Diri
Bismillahirrahmanirrahim
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita kesempatan untuk menjalani ibadah di bulan Ramadhan dan kini memasuki bulan Syawal. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Bulan Syawal bukan sekadar waktu untuk merayakan kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa, tetapi juga merupakan momentum perubahan dan evaluasi diri. Setelah melalui serangkaian ibadah di bulan Ramadhan, hendaknya kita bertanya pada diri sendiri, "Apa bekas dari puasa kita? Apa yang berubah dalam diri kita setelah Ramadhan berlalu?"
Allah SWT berfirman dalam Surah Ar-Ra'd ayat 11:
"Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri." (QS. Ar-Ra'd: 11)
Ayat ini mengajarkan kepada kita bahwa perubahan tidak akan terjadi tanpa ada usaha dari diri kita sendiri. Oleh karena itu, Syawal harus menjadi awal dari komitmen baru untuk terus meningkatkan kualitas ibadah dan kehidupan kita.
Meningkatkan Ibadah di Bulan Syawal
Syawal adalah momentum untuk memperpanjang semangat ibadah yang telah kita jalani di bulan Ramadhan. Tadarus Al-Quran, sholat tahajud, puasa sunnah, dan amalan saleh lainnya tidak boleh terhenti setelah Ramadhan berlalu. Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa berpuasa Ramadhan, lalu mengikutinya dengan enam hari puasa di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun." (HR. Muslim)
Puasa enam hari di bulan Syawal merupakan salah satu amalan yang dianjurkan untuk dilakukan sebagai bentuk penyempurnaan ibadah puasa Ramadhan. Ini adalah salah satu cara untuk menjaga keberkahan yang telah kita peroleh di bulan Ramadhan agar tetap berlanjut sepanjang tahun.
Menjaga Kebaikan dan Meningkatkan Kedisiplinan
Selain meningkatkan ibadah, Syawal juga harus menjadi awal untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan baik lainnya, termasuk menjaga kesehatan. Dalam Islam, menjaga kesehatan adalah bagian dari ibadah. Rasulullah SAW bersabda:
"Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada mukmin yang lemah." (HR. Muslim)
Maka, menjaga pola makan, berolahraga, dan menjaga kesehatan juga merupakan bagian dari bentuk syukur kita kepada Allah atas nikmat kehidupan yang diberikan.
Menjadi Pribadi yang Lebih Baik
Di bulan Syawal, kita juga diajarkan untuk terus memperbaiki diri, baik dalam hubungan dengan Allah maupun dengan sesama manusia. Rasulullah SAW bersabda:
"Orang yang paling baik di antara kalian adalah yang paling baik akhlaknya." (HR. Bukhari dan Muslim)
Salah satu akhlak yang mulia adalah memaafkan kesalahan orang lain. Penggunaan kata kerja madhy dalam kata 'afu dalam Al-Quran menandakan bahwa maaf harus diberikan bahkan sebelum orang lain memintanya. Oleh karena itu, mari kita jadikan bulan Syawal sebagai bulan untuk saling memaafkan, mempererat silaturahmi, dan meningkatkan kualitas hubungan sosial kita.
Hadirin yang berbahagia,
Bulan Syawal adalah titik awal perubahan dan perbaikan diri. Jangan jadikan Ramadhan hanya sebagai ritual tahunan tanpa adanya perubahan yang berarti dalam kehidupan kita. Mari kita jadikan bulan ini sebagai momentum untuk terus berkembang menjadi hamba yang lebih baik di sisi Allah SWT.
Semoga Allah SWT senantiasa membimbing kita dalam setiap langkah perubahan yang kita lakukan. Aamiin Ya Rabbal 'Alamin.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
6. Memaknai Tradisi Syawalan sebagai Spiritual Recreation
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillahi rabbil 'alamin. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Shalawat serta salam senantiasa kita haturkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Jamaah yang dirahmati Allah,
Bulan Syawal adalah bulan yang penuh makna. Setelah kita menjalani bulan Ramadhan dengan penuh ketaatan, Syawal menjadi momentum untuk melakukan spiritual recreation, yaitu upaya untuk meningkatkan kualitas iman dan amal setelah melalui spiritual refreshing selama Ramadhan. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 183:
"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Puasa Ramadhan bertujuan agar kita menjadi insan yang bertakwa. Maka, di bulan Syawal ini, kita harus melakukan evaluasi diri. Apakah setelah Ramadhan kita semakin dekat dengan Allah? Apakah amalan kita semakin baik? Apakah kita mampu menjaga ketakwaan kita?
Jamaah yang dirahmati Allah,
Dalam QS. Ali Imran ayat 133-135, Allah menyebutkan beberapa ciri orang yang bertakwa, yaitu:
Senantiasa berinfak dalam keadaan lapang maupun sempit. Sebagaimana firman Allah:
"Orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit..." (QS. Ali Imran: 134)
Oleh karena itu, di bulan Syawal ini, kita harus meningkatkan kepedulian sosial dengan bersedekah dan berbagi kepada sesama. Infak yang kita lakukan tidak hanya saat kita memiliki rezeki berlimpah, tetapi juga dalam keadaan terbatas.
Mampu menahan amarah dan memberi maaf kepada sesama. Rasulullah SAW mengajarkan bahwa memaafkan adalah salah satu bentuk ketakwaan yang sangat dianjurkan. Dalam ayat yang sama, Allah berfirman:
"Dan orang-orang yang menahan amarahnya serta memaafkan (kesalahan) orang lain." (QS. Ali Imran: 134)
Oleh karena itu, dalam momentum Syawal ini, kita diajarkan untuk berlapang dada, menghapus dendam, dan memaafkan kesalahan orang lain, bahkan sebelum mereka meminta maaf kepada kita.
Selalu berbuat ihsan atau berusaha melakukan segala hal dengan sebaik-baiknya. Allah berfirman:
"Dan Allah mencintai orang-orang yang berbuat ihsan." (QS. Ali Imran: 134)
Ihsan adalah melakukan kebaikan dengan sepenuh hati, baik saat ada yang mengawasi maupun tidak. Orang bertakwa tidak hanya sekadar menjalankan ibadah, tetapi juga berusaha menyempurnakannya dengan ketulusan dan kualitas terbaik.
Jamaah yang berbahagia,
Marilah kita jadikan Syawal sebagai momentum peningkatan ketakwaan kita. Jika Ramadhan telah melatih kita untuk menjadi pribadi yang lebih baik, maka Syawal adalah saatnya kita mempertahankan dan meningkatkan kualitas ibadah serta amal kita. Semoga kita semua menjadi hamba Allah yang semakin bertakwa dan mendapatkan keberkahan dalam hidup.
Akhirnya, marilah kita berdoa kepada Allah agar senantiasa diberikan kekuatan untuk istiqamah dalam kebaikan. Aamiin, ya rabbal 'alamin.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
7. Empat Amalan Dianjurkan di Bulan Syawal
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah subhanahu wa ta'ala yang telah memberikan kita nikmat iman, nikmat Islam, dan nikmat kesehatan sehingga kita dapat berkumpul dalam majelis ilmu ini. Shalawat dan salam senantiasa kita haturkan kepada Nabi besar kita, Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, kepada keluarga, sahabat, serta para pengikutnya hingga akhir zaman.
Hadirin rahimakumullah,Bulan Ramadhan telah meninggalkan kita, namun semangat ibadah yang telah kita bangun selama sebulan penuh harus tetap kita jaga. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam QS. Al-Insyirah ayat 7-8:
"Maka apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah bekerja (untuk urusan yang lain), dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap."
Dari ayat ini, kita memahami bahwa ibadah tidak berhenti setelah Ramadhan, melainkan harus terus berlanjut. Di antara amalan yang dianjurkan di bulan Syawal adalah sebagai berikut:
a. Silaturahmi
Silaturahmi adalah amalan yang sangat dianjurkan, terutama setelah melaksanakan sholat Idul Fitri. Momen ini dimanfaatkan untuk saling mengunjungi keluarga, saudara, dan sahabat guna mengucapkan selamat, mendoakan kebaikan, serta saling memaafkan.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya maka hendaknya ia menyambung silaturahmi." (HR. Bukhari)
Hadits ini menunjukkan bahwa silaturahmi tidak hanya menjaga hubungan sesama manusia tetapi juga menjadi sebab datangnya keberkahan dalam rezeki dan umur.
b. Puasa Enam Hari di Bulan Syawal
Salah satu amalan yang sangat dianjurkan setelah Ramadhan adalah puasa enam hari di bulan Syawal. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
"Siapa saja yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa setahun penuh." (HR. Muslim)
Puasa ini boleh dilakukan secara berturut-turut atau terpisah-pisah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Keutamaan dari puasa Syawal ini adalah menyempurnakan pahala puasa Ramadhan seolah-olah berpuasa sepanjang tahun.
c. Menjaga Sholat Wajib dan Memperbanyak Sholat Sunnah
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman dalam QS. Al-Baqarah ayat 238:
"Hendaklah kalian senantiasa menjaga sholat-sholat (yang telah diperintahkan)."
Di bulan Ramadhan, kita terbiasa menjaga sholat lima waktu dengan lebih disiplin. Oleh karena itu, kebiasaan baik ini harus tetap kita lanjutkan. Selain itu, kita juga dianjurkan untuk memperbanyak sholat sunnah seperti sholat Dhuha, sholat Tahajud, dan sholat Witir. Sholat sunnah ini merupakan amalan yang sangat dicintai Allah dan dapat menjadi pelengkap bagi kekurangan dalam sholat wajib kita.
d. Menikah di Bulan Syawal
Bulan Syawal juga memiliki keutamaan sebagai bulan yang baik untuk menikah. Hal ini berdasarkan hadits dari Aisyah radhiyallahu 'anha yang berkata:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menikahiku pada bulan Syawal dan berkumpul denganku pada bulan Syawal, maka siapa di antara istri-istri beliau yang lebih beruntung dariku?" (HR. Muslim)
Imam An-Nawawi menjelaskan bahwa hadits ini menunjukkan anjuran untuk menikah dan membangun rumah tangga di bulan Syawal. Ini juga membantah keyakinan sebagian masyarakat yang menganggap menikah di bulan Syawal membawa kesialan. Justru, menikah di bulan ini mengikuti sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Empat amalan ini adalah bagian dari cara kita mempertahankan semangat ibadah setelah Ramadhan. Jangan sampai setelah bulan Ramadhan, kita kembali lalai dalam beribadah. Mari kita jadikan bulan Syawal sebagai momentum untuk memperbaiki diri dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Semoga Allah senantiasa memberikan kita kekuatan untuk istiqamah dalam beribadah dan menjadikan kita hamba-hamba-Nya yang selalu berada dalam lindungan serta rahmat-Nya. Amin ya Rabbal 'alamin.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
8. Keistimewaan Bulan Syawal dan Amalan yang Dianjurkan
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat iman dan Islam, serta mempertemukan kita dengan bulan Syawal yang penuh berkah. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Setelah sebulan penuh menjalani ibadah puasa di bulan Ramadhan, kita memasuki bulan Syawal. Bulan ini memiliki keistimewaan tersendiri bagi umat Islam, salah satunya karena adanya perayaan Idul Fitri, yang menjadi momen kemenangan bagi kita setelah berjuang melawan hawa nafsu. Namun, keberkahan bulan Syawal tidak hanya berhenti pada Idul Fitri saja, melainkan juga pada berbagai amalan yang dianjurkan untuk dilakukan. Oleh karena itu, mari kita manfaatkan bulan ini untuk terus meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT.
Keistimewaan dan Amalan di Bulan Syawal
a. Perayaan Idul Fitri dan Silaturahmi
Hari Raya Idul Fitri merupakan momen yang sangat dinanti oleh umat Islam di seluruh dunia. Setelah satu bulan penuh berpuasa, kita merayakan hari kemenangan dengan penuh kebahagiaan. Salah satu ibadah utama di hari Idul Fitri adalah sholat Idul Fitri yang dilakukan pada pagi hari setelah matahari terbit. Setelah itu, umat Islam dianjurkan untuk saling mengucapkan selamat, bermaaf-maafan, dan menjalin silaturahmi dengan keluarga serta sesama muslim. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran:
"Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat." (QS. Al-Hujurat: 10)
Silaturahmi di bulan Syawal bukan hanya sekadar traditsi, tetapi juga bagian dari sunnah yang sangat dianjurkan untuk mempererat hubungan antar sesama. Rasulullah SAW bersabda:
"Barang siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturahmi." (HR. Bukhari dan Muslim)
b. Puasa Enam Hari di Bulan Syawal
Salah satu amalan utama yang sangat dianjurkan di bulan Syawal adalah puasa sunnah enam hari. Rasulullah SAW bersabda:
"Barangsiapa berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka seolah-olah dia berpuasa sepanjang tahun." (HR. Muslim)
Puasa enam hari ini bisa dilakukan secara berurutan atau tidak berurutan selama bulan Syawal. Hikmah dari puasa ini adalah sebagai penyempurna ibadah puasa Ramadhan serta bentuk rasa syukur kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan.
c. Bersedekah kepada Sesama
Sedekah merupakan amalan yang sangat dianjurkan di bulan Syawal. Rasulullah SAW mengajarkan umatnya untuk senantiasa berbagi kepada sesama, terutama kepada fakir miskin dan anak yatim. Allah SWT berfirman:
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui." (QS. Al-Baqarah: 261)
Memberikan sedekah tidak hanya membawa keberkahan dalam kehidupan, tetapi juga merupakan wujud kepedulian sosial yang dianjurkan dalam Islam.
d. Menjaga dan Meningkatkan Ibadah Sholat
Selain sholat wajib, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak sholat sunnah di bulan Syawal, seperti sholat dhuha, sholat tahajud, dan sholat rawatib. Allah SWT berfirman:
"Dan pada sebagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji." (QS. Al-Isra: 79)
Sholat merupakan amalan utama yang akan dihisab pertama kali di akhirat. Oleh karena itu, mari kita terus menjaga dan meningkatkan kualitas sholat kita di bulan Syawal ini.
e. Memperbanyak Dzikir dan Membaca Al-Quran
Bulan Syawal juga merupakan waktu yang tepat untuk meningkatkan ibadah lainnya, seperti memperbanyak dzikir dan membaca Al-Quran. Allah SWT berfirman:
"Dan ingatlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hati dan rasa takut (kepada Allah), dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai." (QS. Al-A'raf: 205)
Dengan berdzikir dan membaca Al-Quran, hati kita akan semakin dekat dengan Allah SWT dan mendapatkan ketenangan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.
Hadirin yang dirahmati Allah,
Bulan Syawal bukan sekadar bulan setelah Ramadhan, tetapi bulan yang penuh keberkahan dan peluang untuk meningkatkan amal ibadah. Dengan menjalankan amalan-amalan yang telah disebutkan, kita dapat terus menjaga spirit Ramadhan agar tetap hidup dalam diri kita. Istiqamah dalam ibadah lebih baik daripada melakukan ibadah yang banyak tetapi hanya sesaat. Sebagaimana perkataan ulama, "Istiqamah lebih baik daripada karomah."
Semoga kita semua diberikan kemudahan untuk terus meningkatkan ibadah dan mendapatkan keberkahan di bulan Syawal ini. Aamiin ya Rabbal 'Alamin.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
9. Melanjutkan Spirit Ramadhan di Bulan Syawal
Bismillahirrahmanirrahim.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kita kesempatan untuk melewati bulan Ramadhan dengan penuh berkah. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,
Setelah sebulan penuh berpuasa dan melaksanakan berbagai amalan ibadah, jangan sampai semangat kita dalam beribadah justru menurun ketika Ramadhan usai. Padahal, tujuan utama puasa adalah menjadikan kita insan yang bertakwa sepanjang waktu, bukan hanya saat Ramadhan saja. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 183:
"Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS. Al-Baqarah: 183)
Dalam ayat ini, kata tattaqun dalam bahasa Arab mengandung makna tubut wa dawam, yang berarti terus-menerus atau berkesinambungan. Dengan kata lain, ketakwaan yang telah kita bangun selama Ramadhan seharusnya tetap kita jaga dan kita tingkatkan sepanjang tahun.
Sebagai bentuk menjaga semangat ibadah, ada beberapa amalan sunnah yang bisa kita lakukan di bulan Syawal, di antaranya:
a. Puasa Sunnah Enam Hari di Bulan Syawal
Puasa enam hari di bulan Syawal merupakan salah satu amalan yang sangat dianjurkan. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda:
"Siapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian diiringi dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka ia seperti berpuasa sepanjang tahun." (HR. Muslim)
Puasa ini bisa dilakukan secara berturut-turut atau terpisah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Keutamaan dari puasa ini sangat besar karena seolah-olah kita mendapatkan pahala puasa sepanjang tahun.
b. Mengganti I'tikaf di Bulan Syawal
Bagi yang belum sempat melaksanakan i'tikaf di bulan Ramadhan, ada anjuran untuk menggantinya di bulan Syawal. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari diceritakan bahwa Rasulullah SAW pernah tidak sempat beri'tikaf di bulan Ramadhan, kemudian beliau menggantinya di bulan Syawal:
"Kemudian Nabi tidak beri'tikaf pada bulan Ramadhan tersebut dan beri'tikaf sepuluh hari di bulan Syawal." (HR. Bukhari)
Dari hadits ini, para ulama seperti Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani menyimpulkan bahwa amalan sunnah yang tertinggal dapat diganti di lain waktu. Maka, bagi kita yang belum sempat beri'tikaf di Ramadhan, kita bisa menggantinya di bulan Syawal ini.
c. Menikah di Bulan Syawal
Menikah adalah ibadah yang sangat dianjurkan, dan ternyata bulan Syawal memiliki keutamaan tersendiri dalam hal pernikahan. Aisyah RA meriwayatkan:
"Rasulullah SAW menikahiku pada bulan Syawal, dan mulai berumah tangga bersamaku pada bulan Syawal, maka tidak ada di antara istri-istri Rasulullah SAW yang lebih mendapatkan keberuntungan daripadaku." (HR. Muslim)
Dari hadits ini, Aisyah RA bahkan menganjurkan para wanita untuk menikah di bulan Syawal karena terdapat keberkahan di dalamnya. Maka, bagi yang sudah siap menikah, memilih bulan Syawal bisa menjadi salah satu ikhtiar untuk meraih keberkahan dalam pernikahan.
Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah,
Bulan Syawal bukanlah akhir dari perjuangan spiritual kita. Justru, bulan ini adalah momentum untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas ibadah yang telah kita bangun di bulan Ramadhan. Semoga kita semua dimudahkan dalam melaksanakan amal ibadah dan tetap istiqamah dalam ketaatan kepada Allah SWT.
Wallahu a'lam bishawab.
10. Syawal dan Ukhuwah Islamiyah
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bulan Syawal adalah momen memperkuat ukhuwah Islamiyah. Setelah sebulan beribadah bersama, salat berjamaah, berbagi makanan, dan saling memaafkan, hubungan kita dengan sesama muslim semakin erat.
Allah Swt berfirman dalam QS. Al-Hujurat ayat 10: “Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara, maka damaikanlah antara kedua saudaramu.”
Jangan rusak ukhuwah hanya karena perbedaan pendapat atau hal sepele. Mari saling memahami, saling menghargai, dan saling mendukung.
Kalau kita kuat sebagai umat, maka kita akan mampu menghadapi tantangan zaman. Ukhuwah Islamiyah adalah kekuatan kita.
Semoga Syawal ini menjadi awal dari persatuan yang lebih erat di antara kita semua.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Melalui delapan ceramah singkat bulan Syawal ini, semoga kita dapat terus menjaga semangat Ramadhan dalam kehidupan sehari-hari.
Jangan jadikan Syawal sebagai akhir dari ibadah, tetapi sebagai awal dari perjalanan spiritual yang lebih kuat. Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk terus istiqamah dan bertumbuh dalam iman.
11. Menjaga Lisan Setelah Ramadhan
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Selama Ramadhan, kita dilatih menahan diri, termasuk dari ucapan buruk. Tapi setelah Ramadhan, apakah lisan kita kembali bebas berkata apa saja?
Nabi bersabda, “Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah berkata yang baik atau diam.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Lisan adalah bagian tubuh yang kecil, tapi bisa membawa dampak besar. Dengan lisan, kita bisa menyebar kebaikan, tapi juga bisa menyakiti hati orang lain.
Mari kita jaga lisan. Jangan bergosip, jangan memfitnah, jangan berkata kasar. Gunakan lisan kita untuk zikir, doa, dan nasihat yang membangun.
Semoga Allah menjaga kita semua dari ucapan yang sia-sia dan menyesatkan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
12. Syawal sebagai Bulan Hijrah Diri
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Syawal bukan hanya soal lebaran. Syawal adalah waktu yang tepat untuk hijrah. Hijrah bukan berarti pindah tempat, tapi pindah dari keburukan ke kebaikan.
Ramadhan melatih kita menahan nafsu, meninggalkan dosa, dan memperbanyak ibadah. Maka Syawal adalah momen untuk melanjutkan hijrah itu.
Allah berfirman, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri.” (QS. Ar-Ra’d: 11)
Kalau selama ini kita masih malas salat, ayo kita mulai rajin. Kalau kita masih suka berbohong, ayo kita belajar jujur. Jangan tunggu sempurna, karena hijrah itu proses.
Jadikan Syawal sebagai titik balik hidup kita menuju kebaikan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
13. Hikmah Zakat Fitrah dan Kepedulian Sosial
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Di akhir Ramadhan, kita semua diwajibkan menunaikan zakat fitrah. Ini bukan sekadar kewajiban, tapi juga wujud kepedulian terhadap saudara kita yang kurang mampu.
Allah berfirman dalam QS. At-Taubah ayat 103: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka.”
Zakat fitrah membersihkan jiwa dari dosa dan membantu orang miskin agar bisa ikut merayakan Idul Fitri. Tapi jangan berhenti hanya di situ. Jadikan Syawal sebagai awal untuk lebih peduli.
Sedekah tidak harus menunggu kaya. Sedekah bisa dengan senyum, tenaga, bahkan doa. Mari kita bangun masyarakat yang saling bantu, saling sayang, dan saling kuatkan.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
14. Menguatkan Iman Setelah Ramadhan
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ramadhan telah pergi, tapi bagaimana dengan iman kita? Apakah ikut pergi juga?
Saudaraku, sering kali kita rajin ke masjid, rajin tilawah, dan semangat bersedekah saat Ramadhan. Tapi setelah itu, semua perlahan hilang. Kita kembali malas salat, lupa membaca Al-Qur'an, dan enggan membantu sesama.
Padahal, Allah Swt tidak hanya ada di bulan Ramadhan. Dia ada sepanjang waktu. Maka seharusnya ibadah kita pun tidak musiman.
Nabi bersabda, “Amalan yang paling dicintai oleh Allah adalah yang terus-menerus meskipun sedikit.” (HR. Bukhari dan Muslim). Konsistensi lebih penting daripada banyak tapi sesaat.
Mari kita pertahankan semangat Ramadhan. Jadikan Syawal sebagai awal perjalanan iman yang baru. Walau sedikit, asal istiqamah, insya Allah kita akan terus berada di jalan yang lurus.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
15. Puasa Syawal: Amalan Sunnah dengan Pahala Luar Biasa
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, kita telah selesai menjalankan puasa Ramadhan. Namun, ibadah kita belum selesai. Masih ada satu amalan yang sangat dianjurkan di bulan Syawal, yaitu puasa enam hari.
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian mengikutinya dengan enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa sepanjang tahun.” (HR. Muslim).
Kenapa pahalanya bisa seperti itu? Karena dalam Islam, setiap amal baik akan diganjar sepuluh kali lipat. Jadi, 30 hari Ramadhan ditambah 6 hari Syawal, total 36 hari. Dikalikan 10, menjadi seperti berpuasa 360 hari, yaitu satu tahun.
Kita bisa melakukannya berturut-turut atau terpisah-pisah selama masih di bulan Syawal. Yang penting niatnya ikhlas dan sungguh-sungguh.
Mari kita raih pahala besar ini. Jangan biarkan semangat Ramadhan hilang begitu saja. Jadikan puasa Syawal sebagai kebiasaan tahunan yang mendekatkan kita pada Allah.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
16. Syawal: Bulan Penuh Silaturahmi dan Memaafkan
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Saudaraku yang dimuliakan Allah,
Bulan Syawal sering kali identik dengan momen silaturahmi. Kita saling mengunjungi, saling meminta dan memberi maaf. Ini adalah tradisi yang sangat indah, yang sejalan dengan ajaran Islam.
Rasulullah saw bersabda, “Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali silaturahmi.” (HR. Bukhari dan Muslim). Ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama.
Kadang dalam hidup, kita punya salah pada orang lain. Mungkin disengaja, mungkin tidak. Maka Syawal adalah waktu terbaik untuk saling membuka hati, saling memaafkan. Tidak perlu gengsi untuk meminta maaf. Justru itu tanda kebesaran hati.
Mari jadikan Syawal sebagai momentum mempererat hubungan, memperbaiki yang rusak, dan menghapuskan dendam. Karena dengan saling memaafkan, hati kita menjadi lebih tenang, dan hidup menjadi lebih berkah.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
17. Makna Kemenangan di Hari Raya Idulfitri
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Swt yang telah memberikan kita kesempatan untuk menikmati bulan Ramadhan dan mengantarkan kita pada bulan Syawal, bulan penuh kemenangan dan kebahagiaan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad saw, beserta keluarga dan para sahabatnya.
Saudara-saudariku yang dirahmati Allah,
Hari ini kita telah sampai di bulan Syawal. Banyak di antara kita menyebut Syawal sebagai bulan kemenangan. Tapi, mari kita renungkan, kemenangan seperti apa yang dimaksud?
Kemenangan bukan sekadar bisa makan enak setelah sebulan berpuasa. Kemenangan bukan karena kita bisa pakai baju baru dan berkumpul bersama keluarga. Kemenangan yang sejati adalah ketika kita berhasil menaklukkan hawa nafsu, menahan amarah, menjaga lisan, serta memperbanyak ibadah.
Selama Ramadhan, kita dilatih untuk sabar, ikhlas, dan disiplin. Maka, jika setelah Ramadhan kita menjadi pribadi yang lebih jujur, lebih rajin ibadah, lebih sabar dan penyayang, itulah kemenangan yang sebenarnya.
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Mari jadikan bulan Syawal sebagai awal untuk menjaga kualitas ibadah kita. Semoga kita termasuk orang-orang yang menang di dunia dan akhirat.
18. Syawal, Momentum Hablum Minallah wa Hablum Minan Nas
Khutbah I
اَلْـحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ . وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّد وَعَلَى اَلِهَ وَ اَصْحَبِهَ وَمَنْ وَّالَاهُ اَمَّا بّعْدُ فَيَاعِبَدَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَأِيَّايَ بِتَقْوَى االلهِ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ لآأِلهَ اِلَّااللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ.اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ .اللهُ اَكْبَرُكَبِيْرًا وَالْحَمْدُاِللهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةَوَّاَصِيْلً
Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat jemaah shalat Jumat rahimakumullah,
Di pagi yang penuh kebahagiaan dan keberkahan, setelah satu bulan bersama Ramadhan, Idul Fitri pun tiba dalam kesucian dan ketakwaan. Hari di mana takbir berkumandang, semua diliputi rasa bahagia dan senang, setelah satu bulan di madrasah Ramadhan kita berjuang. Berjuang menahan haus dan dahaga, mengekang hawa nafsu yang membara, dan mendekatkan diri pada Yang Kuasa. Semua itu mampu kita lewati dengan penuh keikhlasan hati, untuk meraih ridha ilahi. Tentunya semua ini haruslah senantiasa kita syukuri sebagai hamba Allah yang tahu diri.
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ
Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat jemaah shalat Jumat rahimakumullah,
Idul Fitri ibarat lembaran awal kertas putih. Tak ada kotoran atau noda yang menempel sehingga senantiasa bersih. Seperti air dari sumber mata air yang mengalir jernih. Kesucian ini harus kita jaga sekuat tenaga agar kertas dan air ini tak ternoda. Mari hindari berbuat dosa, baik itu dosa antar sesama terlebih dosa kepada Allah subhanahu wata'ala.
Pada kesempatan kali ini, mari kita juga terus menguatkan ketakwaan kita kepada Allah SWT yang merupakan tujuan utama sekaligus buah dari perintah puasa di bulan Ramadhan. Sebagaimana ditegaskan dalam ayat Al-Qur'an yang sangat masyhur tentang perintah puasa yakni:
يٰٓاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ
Artinya, "Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (Al-Baqarah:183).
Sehingga bisa dikatakan bahwa hari ini, setelah kita melaksanakan ibadah puasa dengan iman dan kepasrahan diri kepada Allah, maka sikap-sikap ketakwaan sudah seharusnya bersemayam dalam diri kita. Sikap itu di antaranya adalah keteguhan hati untuk menjalankan segala perintah Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya.
Jemaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah
Momentum Idul Fitri kali ini juga menjadi waktu yang tepat bagi kita untuk mengumandangkan takbir sebagai wujud mengagungkan Allah SWT. Allah lah dzat yang paling besar. Tidak ada yang lebih besar dari-Nya. Allah lah yang paling berhak atas segala apa yang terjadi di alam semesta, termasuk apapun yang terjadi pada diri kita. Kita adalah makhluk-Nya yang lemah tiada daya. Makhluk yang diciptakan dari tanah yang proses penciptaannya memberikan pelajaran mendalam bagi kesadaran tentang siapakah kita, di mana kita, dan akan kemana kita.
Allah berfirman dalam Al-Qur'an surat Al-Mu'minun ayat 12:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْاِنْسَانَ مِنْ سُلٰلَةٍ مِّنْ طِيْنٍ
Artinya, "Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari sari pati (yang berasal) dari tanah." Kemudian dilanjutkan dengan ayat 13:
ثُمَّ جَعَلْنٰهُ نُطْفَةً فِيْ قَرَارٍ مَّكِيْنٍ
Artinya: "Kemudian, Kami menjadikannya air mani di dalam tempat yang kukuh (rahim)."
Selanjutnya Allah SWT menjelaskan keagungan dan kekuasaan-Nya memproses terbentuknya jasad dan ruh kita dalam ayat 14:
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظٰمًا فَكَسَوْنَا الْعِظٰمَ لَحْمًا ثُمَّ اَنْشَأْنٰهُ خَلْقًا اٰخَرَۗ فَتَبَارَكَ اللّٰهُ اَحْسَنُ الْخَالِقِيْنَۗ
Artinya: "Kemudian, air mani itu Kami jadikan sesuatu yang menggantung (darah). Lalu, sesuatu yang menggantung itu Kami jadikan segumpal daging. Lalu, segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang. Lalu, tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian, Kami menjadikannya makhluk yang (berbentuk) lain. Maha Suci Allah sebaik-baik pencipta."
اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ، وَاللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلّٰهِ اْلحَمْدُ
Karena itu, jemaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah
Mari jadikan Idul Fitri kali ini sebagai renungan suci akan kebesaran Allah SWT sekaligus tekad untuk menjaga kesucian diri. Setelah melalui kawah candra dimuka perjuangan dan pendidikan di bulan Ramadhan, kita harus mampu menjadi pribadi yang paripurna setelah gemblengan puasa satu bulan penuh.
Dalam puasa, kita diajarkan menahan diri untuk tidak makan dan minum, sehingga setelah puasa jangan lagi kita memakan yang bukan hak kita. Dalam puasa kita terbiasa dengan bibir kering karena kehausan, mata kita sayu karena keletihan, dan perut kita kosong menahan lapar, sehingga jangan sampai ke depan tangan-tangan kita kotor karena berbuat zalim kepada orang lain.
Pada Ramadhan, kita yang bisa khusyuk dalam shalat, sehingga jangan lagi setelah Ramadhan kita juga khusyuk merampas hak orang lain. Pada Ramadhan, kita lihai membaca ayat-ayat Al-Qur'an, sehingga jangan sampai kita juga lihai menipu dan menyakiti hati orang lain. Sebagaimana doa yang sering kita lantunkan:
اللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا، وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ. ،وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلاً، وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ
Artinya, 'Ya Allah, tampakkanlah kepadaku kebenaran sebagai kebenaran dan kuatkanlah aku untuk mengikutinya serta tampakkanlah kepadaku kesalahan sebagai kesalahan dan kuatkan pula untuk menyingkirkannya. (HR Imam Ahmad).
googletag.cmd.push(function() { googletag.display('div-Inside-MediumRectangle'); });
Maka, sudah saatnya kita istiqomah melakukan kebaikan dan amal sholeh kepada Allah Ta'ala. Sudah saatnya kita hijrah menuju jalan yang di ridhoinya, dan sudah saatnya kita memperbanyak istighfar dan mohon ampun kepada Allah Ta'la.
Ma'asyiral Muslimin wal Muslimat jemaah shalat Jumat rahimakumullah,
Kita perlu ingat bahwa sesama Muslim adalah bersaudara dalam naungan ridha ilahi. Sudah semestinya harus saling berbuat baik kepada sesama dengan sepenuh hati. Persaudaraan itu seperti hubungan tangan kanan dan tangan kiri. Walau berbeda dan tidak sama, namun harus saling membantu, tak kenal iri dan dengki. Hubungan keduanya selalu harmonis dan saling berbagi sekaligus saling melengkapi. Tangan kiri tak akan menyakiti tangan kanan, begitupun sebaliknya.
Maka momentum yang pas di bulan Syawal ini, marilah kita saling memaafkan, menebar kasih sayang dan keberkahan bagi sesama. Jangan sampai dengan berbedanya keyakinan dan pemikiran, justru menjadikan permusuhan dan dendam yang mendalam.
Momentum Syawal, mari kita hilangkan prasangka buruk hati kita, mari buang jauh-jauh sikap iri dengki dan mari hilangkan rasa egoisme di dalam nafsu kita. Sudah saatnya kita saling memaafkan, saling menolong, saling kasih sayang terhadap sesama dan saling menebar manfaat bagi sesama. Sebagaimana yang digambarkan dalam Qs. Ali Imron; 103. Allah SWT Berfirman;
وَاعْتَصِمُوْا بِحَبْلِ اللّٰهِ جَمِيْعًا وَّلَا تَفَرَّقُوْا ۖوَاذْكُرُوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ عَلَيْكُمْ اِذْ كُنْتُمْ اَعْدَاۤءً فَاَلَّفَ بَيْنَ قُلُوْبِكُمْ فَاَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهٖٓ اِخْوَانًاۚ
Artinya: "Dan berpegang teguhlah kamu semuanya pada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa jahiliah) bermusuhan, lalu Allah mempersatukan hatimu, sehingga dengan karunia-Nya kamu menjadi bersaudara."
Jemaah shalat Idul Fitri yang dirahmati Allah.
Ada sebuah kisah menarik yang patut kita renungkan, tentang kondisi seorang mukmin yang baik dalam berhubungan kepada Allah, namun di satu sisi suka menyakiti sesama manusia.
Dalam sebuah riwayat hadist shahih disebutkan:
Rasulullah SAW bertanya kepada para sahabatnya:
أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ
Tahukah kalian, siapakah orang yang bangkrut itu?"
قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ
Para sahabat menjawab; 'Menurut kami, orang yang bangkrut diantara kami adalah orang yang tidak memiliki uang dan harta kekayaan.
فَقَالَ: إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ
Rasulullah ﷺ bersabda, 'Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa, dan zakat.
وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا
tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain.
فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ
Maka pahala kebaikannya, pahala sholatnya, pahala puasanya, pahala zakatnya, pahala hajinya dan pahala amal ibadahnya. Allah berikan kepada orang yang dulu mereka sakiti dan mereka dholimi.
Dan andaikan pahala kebaikan tersebut habis??
فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ
Maka dosa dosa dari orang yang mereka pernah sakiti tersebut, Allah berikan kepada orang yang pernah menyakiti dan mendholimi.
فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ
hingga akhirnya, orang yang mencaci, orang yang mendholimi, orang yang pernah makan harta orang lain, dan orang yang membunuh tadi. Allah lemparkan mereka kedalam neraka (HR. Muslim, No. 4678).
Maka, pada momentum idul fitri ini, mari kita bersama saling memaafkan, meminta maaf kepada mereka yang pernah kita sakiti dan memberikan maaf kepada orang yang pernah menyakiti kita. Mengapa maaf menjadi penting? Karena dosa seseorang yang dilakukan kepada sesama manusia tidak akan diampuni oleh Allah tanpa pemberian maaf dari orang yang pernah disakiti.
Jika kita pernah berbuat dosa kepada Allah, pernah berbuat kemaksiatan kepada Allah, pernah meninggalkan kewajiban dalam ibadah kita kepada Allah. Jika ada kesadaran untuk mohon ampun kepada Allah dan bertaubat, maka insyaallah Allah akan ampuni dosa kita.
Tetapi, jika kita pernah berbuat dholim, pernah mencaci, pernah memfitnah, pernah melakukan kejahatan yang kita lakukan kepada sesama manusia dengan menyakiti mereka, maka jalan yang terbaik adalah meminta maaf kepada yang bersangkutan dan mengembalikan haknya yang telah kita ambil dan bertaubat kepada Allah.
Imam An-Nawawi dalam kitabnya "Riyadus Shalihin". memaparkan bahwa pertaubatan untuk perbuatan maksiat yang terjadi sesama manusia, dilakukan dengan empat tahapan.
Pertama, bertaubat dan berhenti dari perbuatan tersebut. Kedua, menghadirkan penyesalan dalam diri atas kesalahan dan kemaksiatan yang pernah dilakukannya. Ketiga, berniat sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi perbuatan tersebut. Dan yang terakhir adalah mengembalikan tanggungan atau hak-hak yang telah kita ambil dari orang yang telah kita sakiti. Dalam kitabnya, Imam An Nawawi juga memaparkan sebagai berikut:
وأَنْ يَبْرَأَ مِنْ حَقِّ صَاحِبِهَا، فَإِنْ كَانَتْ مَالاً أَوْ نَحْوَهُ رَدُّهُ إِلَيْهِ،
Jika tanggungan itu berupa harta atau sejenisnya, maka wajib mengembalikan harta itu kepada yang berhak
وَإِنْ كَانَتْ حَدَّ قَذْفٍ وَنَحْوَهُ مَكَّنَهُ مِنْهُ أَوْ طَلَبَ عَفْوَهُ،
Jika berupa tuduhan, berupa berita bohong dan berupa fitnah, maka hendaklah mencabut tuduhannya tadi serta klarifikasi bahwa itu adalah fitnah / kabar bohong. Lalu meminta maaf kepada yang bersangkutan.
وَإِنْ كَانَتْ غِيْبَةً اِسْتَحَلَّهُ مِنْهَا
Dan jika berupa pengumpatan, cacian, hinaan dan ghibah. maka hendaklah meminta maaf kepadanya.
Itulah penjelasan Imam Nawawi tentang pertaubatan atas maksiat seorang hamba yang menyakiti sesama manusia.
Hadirin yang dirahmati Allah, Semoga, dengan berhasilnya kita melalui tempaan diri di bulan Ramadhan, kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik dalam beribadah kepada Allah, dan membawa kebaikan sosial yang lebih baik dalam kehidupan kita. Amin.
Mengakhiri khutbah ini, marilah kita tingkatkan ketaqwaan kepada Allah dan bermohon hanya kepada Allah, yakinlah bahwa hanya Allahlah yang bisa mengabulkan permohonan hamba-hambaNya.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ. اَللَّهُمَ أَصْلِحْ أَحْوَالَ الْمُسْلِمِيْنَ وَأَرْخِصْ أَسْعَارَهُمْ وَآمِنْهُمْ فِيْ أَوْطَانِهِمْ. اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ. اَللَّهُمَّ افْتَحْ بَيْنَنَا وَبَيْنَ قَوْمِنَا بِالْحَقِّ وَأَنْتَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْن وَسَلَامٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
Wassalaamu 'alaikum wr wb.
19. Menjaga Semangat Ibadah Pasca-Ramadhan
Khutbah I
الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَمَّا بَعْدُ .فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . قَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah
Pada momentum yang mulia ini, khatib mengajak kepada seluruh jemaah untuk senantiasa meningkatkan dan menguatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Pengertian takwa itu sendiri adalah:
امْتِثَالُ أَوَامِرِ اللهِ وَاجْتِنَابِ نَوَاهِيْهِ سِرًّا وَعَلَانِيَّةً ظَاهِرًا وَبَاطِنًا
Yakni menjalankan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala apapun yang dilarang oleh-Nya baik dalam keadaan sunyi maupun terang-terangan, dalam wujud lahir maupun batin.
Perlu kita sadari bahwa tingkat ketakwaan inilah yang akan menjadi penyelamat kita di dunia dan akhirat sebagaimana sabda Nabi Muhammad yang diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas ra.:
وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يُنْجِهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ
Artinya: "Dan barangsiapa bertakwa kepada Allah, maka Allah akan menyelamatkannya di dunia dan akhirat."
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Selain menguatkan ketakwaan kepada Allah, kita juga wajib untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya karena senantiasa terus mendapatkan kenikmatan yang tidak bisa kita hitung satu-persatu.
Walau kita, misalnya saat ini sedang menghadapi permasalahan dan cobaan besar dalam kehidupan kita, namun yakinlah, nikmat Allah lebih besar dari masalah dan cobaan yang kita hadapi.
Dengan mensyukuri nikmat Allah juga akan mampu merubah kehidupan kita lebih baik di masa mendatang. Karena Allah tidak akan merubah nasib atau keadaan kita sendiri kecuali diri kita yang memiliki tekad untuk merubahnya.
اِنَّ اللّٰهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتّٰى يُغَيِّرُوْا مَا بِاَنْفُسِهِمْۗ
Artinya: "Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri." ( QS: Ar-Ra'du: 11).
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Di antara kenikmatan yang harus kita syukuri saat ini adalah diberinya umur panjang oleh Allah SWT sehingga kita masih bisa menikmati dan melewati bulan suci Ramadhan.
Saat ini juga, kita diberi kesempatan untuk bisa berjumpa dengan bulan Syawal. Bulan Syawal sendiri menjadi bulan yang spesial karena di bulan ini kita merayakan Hari Raya Idul Fitri.
Sebuah hari bahagia bagi umat Islam seluruh dunia untuk merayakan kesuksesan dalam menjalankan perintah Allah SWT yakni berpuasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan.
Dari segi bahasa, kata "Syawal" (شَوَّالُ) berasal dari kata "Syala" (شَالَ) yang memiliki arti "irtafaá" (اِرْتَفَعَ) yakni meningkatkan. Makna definisi ini menjadi inspirasi bagi kita untuk terus meningkatkan kualitas dan kuantitas ibadah yang selama bulan Ramadhan cenderung menguat dan meningkat.
Kita bisa melihat dan merasakan sendiri bagaimana semangat ibadah kita khususnya, dan umat Islam pada umumnya, lebih tinggi di bulan Ramadhan dibanding dengan bulan-bulan biasanya.
Masjid ramai dengan ibadah shalat berjemaah, shalat tarawih, tadarus Al-Qur'an dan berbagai ibadah lainnya baik siang maupun malam. Kuantitas ibadah lain juga meningkat di bulan Ramadhan seperti zakat, infak, dan sedekah di samping ibadah utama di bulan Ramadhan yakni berpuasa.
Tentu semua itu harus dipadukan dengan spirit bulan Syawal dalam bentuk peningkatan kuantitas dan kualitas ibadah. Kita harus berusaha sekuat tenaga agar 'suntikan' semangat di bulan Ramadhan bisa ditingkatkan, minimal sama persis di bulan Syawal.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Beberapa hal yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan semangat ibadah kita di bulan Syawal dan bulan-bulan ke depannya adalah dengan melakukan Muhasabah, Mujahadah, dan Muraqabah.
Muhasabah adalah melakukan introspeksi diri terhadap perjalanan ibadah di bulan Ramadhan. Muhasabah ini bisa dilakukan dengan mengajukan pertanyaan kepada diri kita sendiri tentang: Apa yang telah kita lakukan di bulan Ramadhan?
Apakah kita sudah memiliki niat yang benar dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan? Apa yang menjadikan kita semangat beribadah di bulan Ramadhan?
Pernahkan kita melanggar kewajiban-kewajiban di bulan Ramadhan?. Dan tentunya pertanyaan-pertanyaan introspektif lainnya untuk mengevaluasi ibadah kita selama ini.
Muhasabah ini sangat penting karena akan menjadi pijakan kita untuk melangkah selanjutnya di bulan Syawal. Allah pun sudah mengingatkan kita untuk senantiasa melakukan evaluasi dengan melihat masa lalu kita sebagai modal untuk menghadapi masa depan. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur'an Surat Al-Hasyr: 18:
اَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok, dan bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan."
Setelah melakukan muhasabah, selanjutnya kita melakukan mujahadah yakni bersungguh-sungguh dalam berjuang untuk mempertahankan tren positif ibadah bulan Ramadhan. Di bulan Syawal ini, kita harus tancapkan tekad untuk terus melestarikan kebiasaan-kebiasaan positif selama Ramadhan. Perjuangan ini tentu akan banyak menghadapi tantangan, baik dari lingkungan sekitar kita maupun dari diri kita sendiri. Oleh karenanya, kita harus memiliki tekad kuat dan benar agar hambatan dan tantangan yang bisa mengendurkan semangat ibadah kita ini bisa kita kalahkan.
Allah telah memberikan motivasi pada orang yang bersungguh-sungguh dalam berjuang sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur'an surat Al-Ankabut ayat 69:
وَالَّذِيْنَ جَاهَدُوْا فِيْنَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَاۗ وَاِنَّ اللّٰهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِيْنَ
Artinya: "Dan orang-orang yang berjihad (bersungguh-sungguh) untuk (mencari keridhaan) Kami, Kami akan tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah beserta orang-orang yang berbuat baik."
Setelah bermuhasabah dan bermujahadah, selanjutnya kita bisa melakukan muraqabah kepada Allah. Muraqabah adalah upaya kita mendekatkan diri kepada Allah SWT. Upaya kita untuk dekat dengan Allah ini akan memunculkan keyakinan di dalam hati bahwa kita selalu dilihat dan diawasi oleh Allah SWT. Ketika Allah senantiasa mengawasi kita, maka akan muncul rasa takut untuk melakukan segala hal yang dilarang oleh Allah SWT. Rasulullah saw bersabda:
أَنْ تَعْبـــُدَ اللَّهَ كَأَنَّــكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
Artinya: "Hendaknya engkau menyembah Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, sebab meski engkau tidak melihat-Nya, Dia melihatmu..."
Semakin kuat tekad kita untuk bermuraqabah, maka secara otomatis akan menjadikan kita sadar bahwa kita sangat lemah dan miskin amal ibadah sehingga akan muncul kesadaran untuk terus melipatgandakan ibadah dan kebaikan kita sebagai wujud penghambaan kepada Allah.
Ma'asyiral Muslimin rahimakumullah,
Itulah beberapa upaya yang bisa kita lakukan agar di bulan Syawal ini kita masih bisa terus memaksimalkan kualitas dan kuantitas ibadah serta semangat dalam menjalankan perintah beribadah kepada Allah SWT. Semoga kita bisa melakukan Muhasabah, Mujahadah, dan Muraqabah ini sehingga hari ini akan lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Amin.
بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
20. 3 Amalan Baik
Assalamu'alaikum Wr.Wb
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ أَمَرَنَا بِاْلاِعْتِصَامِ بِحَبْلِ اللهِ، أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَ هُدَاهُ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَالَ اللهُ تَعَالَى: يَاأَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ.
Hadirin Yang Terhormat
Bumi yang kita tempati adalah planet yang selalu berputar, ada siang dan ada malam. Roda kehidupan dunia juga tidak pernah berhenti. Kadang naik kadang turun. Ada suka ada duka. Ada senyum ada tangis. Kadangkala dipuji tapi pada suatu saat kita dicaci. Jangan harapkan ada keabadian perjalanan hidup.
Oleh sebab itu, agar tidak terombang-ambing dan tetap tegar dalam menghadapi segala kemungkinan tantangan hidup kita harus memiliki pegangan dan amalan dalam hidup. Tiga amalan baik tersebut adalah Istiqomah, Istikharah dan Istighfar.
(1) Istiqomah yaitu kokoh dalam aqidah dan konsisten dalam beribadah.
Begitu pentingnya istiqomah ini sampai Nabi Muhammad SAW berpesan kepada seseorang seperti dalam Al-Hadits berikut:
"Dari Abi Sufyan bin Abdullah Radhiallaahu anhu berkata: Aku telah berkata, "Wahai rasulullah katakanlah kepadaku pesan dalam Islam sehingga aku tidak perlu bertanya kepada orang lain selain engkau. Nabi menjawab: 'Katakanlah aku telah beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah'." (HR. Muslim)
Orang yang istiqamah selalu kokoh dalam aqidah dan tidak goyang keimanan bersama dalam tantangan hidup. Sekalipun dihadapkan pada persoalan hidup, ibadah tidak ikut redup, kantong kering atau tebal, tetap memperhatikan haram halal, dicaci dipuji, sujud pantang berhenti, sekalipun ia memiliki fasilitas kenikmatan, ia tidak tergoda melakukan kemaksiatan.
Orang seperti itulah yang dipuji Allah Swt. dalam Al-Qur'an surat Fushshilat ayat 30:
"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan): "Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih dan bergembiralah dengan syurga yang telah dijanjikan Allah kepadamu." (QS. Fushshilat: 30)
(2) Istikharah, selalu mohon petunjuk Allah dalam setiap langkah dan penuh pertimbangan dalam setiap keputusan.
Setiap orang mempunyai kebebasan untuk berbicara dan melakukan suatu perbuatan. Akan tetapi menurut Islam, tidak ada kebebasan yang tanpa batas dan batas-batas tersebut adalah aturan-aturan agama. Maka seorang muslim yang benar, selalu berpikir berkali-kali sebelum melakukan tindakan atau mengucapkan sebuah ucapan serta ia selalu mohon petunjuk kepada Allah.
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda:
Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik atau diamlah. (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah)
Orang bijak berkata "Think today and speak tomorrow" (berpikirlah hari ini dan bicaralah esok hari).
Kalau ucapan itu tidak baik apalagi sampai menyakitkan orang lain maka tahanlah, jangan diucapkan, sekalipun menahan ucapan tersebut terasa sakit. Tapi ucapan itu benar dan baik maka katakanlah jangan ditahan sebab lidah kita menjadi lemas untuk bisa meneriakan kebenaran dan keadilan serta menegakkan amar ma'ruf nahi munkar.
Mengenai kebebasan ini, malaikat Jibril pernah datang kepada Nabi Muhammad SAW untuk memberikan rambu-rambu kehidupan, beliau bersabda:
Jibril telah datang kepadaku dan berkata: Hai Muhammad hiduplah sesukamu, tapi sesungguhnya engkau suatu saat akan mati, cintailah apa yang engkau sukai tapi engkau suatu saat pasti berpisah juga dan lakukanlah apa yang engkau inginkan sesungguhnya semua itu ada balasannya. (HR. Baihaqi dari Jabir)
Sabda Nabi Muhammad SAW ini semakin penting untuk diresapi ketika akhir-akhir ini dengan dalih kebebasan, banyak orang berbicara tanpa logika dan data yang benar dan bertindak sekehendaknya tanpa mengindahkan etika agama . Para pakar barangkali untuk saat-saat ini, lebih bijaksana untuk banyak mendengar daripada berbicara yang kadang-kadang justru membingungkan masyarakat.
Kita memasyarakatkan istikharah dalam segala langkah kita, agar kita benar-benar bertindak secara benar dan tidak menimbulkan kekecewaan di kemudian hari.
Nabi Muhammad SAW bersabda:
مَا خَابَ مَنِ اسْتَخَارَ وَلاَ نَدِمَ مَنِ اسْتَشَارَ وَلاَ عَالَ مَنِ اقْتَصَدَ.
Tidak akan rugi orang yang beristikharah, tidak akan kecewa orang yang bermusyawarah dan tidak akan miskin orang yang hidupnya hemat. (HR. Thabrani dari Anas)
(3) Istighfar yaitu selalu introspeksi diri dan mohon ampunan kepada Allah Rabbul Izati.
Setiap orang pernah melakukan kesalahan baik sebagai individu maupun kesalahan sebagai sebuah bangsa. Setiap kesalahan dan dosa itu sebenarnya penyakit yang merusak kehidupan kita. Oleh karena ia harus diobati.
Tidak sedikit persoalan besar yang kita hadapi akhir-akhir ini yang diakibatkan kesalahan kita sendiri. Saatnya kita introspeksi masa lalu, memohon ampun kepada Allah, melakukan koreksi untuk menyongsong masa depan yang lebih cerah dengan penuh keridhaan Allah.
Dalam persoalan ekonomi, jika rezeki Allah tidak sampai kepada kita disebabkan karena kemalasan kita, maka yang diobati adalah sifat malas itu. Kita tidak boleh menjadi umat pemalas.
Malas adalah bagian dari musuh kita. Jika kesulitan ekonomi tersebut, karena kita kurang bisa melakukan terobosan-terobosan yang produktif, maka kreativitas dan etos kerja umat yang harus kita tumbuhkan.
Akan tetapi adakalanya kehidupan sosial ekonomi sebuah bangsa mengalami kesulitan. Kesulitan itu disebabkan karena dosa-dosa masa lalu yang belum bertaubat darinya secara massal. Jika itu penyebabnya, maka obat satu-satunya adalah beristighfar dan bertobat.
Allah berfirman yang mengisahkan seruan Nabi Hud Alaihissalam, kepada kaumnya:
"Dan (Hud) berkata, hai kaumku, mohonlah ampun kepada Tuhanmu lalu bertaubatlah kepadaNya, niscaya Dia menurunkan hujan yang sangat deras atasmu dan Dia akan menambahkan kekuatan kepada kekuatanmu dan janganlah kamu berpaling dengan berbuat dosa" (QS. Hud: 52)
Jamaah yang dimuliakan Allah
Sekali lagi, tiada kehidupan yang sepi dari tantangan dan godaan. Agar kita tetap tegar dan selamat dalam berbagai gelombang kehidupan, tidak bisa tidak kita harus memiliki dan melakukan Tiga amalan di atas yaitu Istiqomah, Istikharah dan Istighfar.
Mudah-mudahan Allah memberi kekuatan kepada kita untuk menatap masa depan dengan keimanan dan rahmat-Nya yang melimpah. Amin
أَقُولُ قَوْ لِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ اِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيْمُ.
21. Mempertahankan dan Meningkatkan Ibadah di Bulan Syawal
Khutbah I
الحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ حَرَّمَ الصِّياَمَ أَيّاَمَ الأَعْياَدِ ضِيَافَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلٰهَ إِلاَّاللهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِيْ إِلىَ الصِّرَاطِ المُسْتَقِيْمِ. اللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّـدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَمَّا بَعْدُ .فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ . قَالَ اللهُ تَعَالَى: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَۗ اِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah
Menjadi keniscayaan bagi kita semua untuk senantiasa mengungkapkan rasa syukur kepada Allah swt yang telah memberi karunia kesehatan dan umur panjang sehingga kita bisa menikmati manisnya ibadah di bulan Ramadhan dan bisa merayakan hari raya Idul Fitri tahun ini.
Tidak semua orang bisa menikmati anugerah ini karena sudah dipanggil terlebih dahulu ke haribaan-Nya.
Oleh karenanya, wajib bagi kita untuk mengucapkan Alhamdulillahirabbil alamin, mudah-mudahan kita senantiasa diberi kesehatan dan umar panjang untuk terus bisa menjalankan misi utama kita di dunia yakni beribadah kepada Allah swt.
Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an Surat Adz-Dzariyat ayat 56:
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Artinya: “Tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku.”
Selain syukur, kita juga wajib untuk senantiasa meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt dengan menguatkan komitmen menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.
Ketakwaan ini sudah semestinya terus menguat pada diri kita karena menjadi muara atau tujuan utama dari diwajibkannya puasa pada bulan Ramadhan. Hal ini sudah ditegaskan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah: 183:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ ١٨٣
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Seiring bulan suci Ramadhan terlewati, kita tidak boleh dengan serta merta melupakannya seolah tiada kebaikan yang membekas dalam diri kita. Kita harus melakukan muhasabah atau introspeksi diri terhadap semua proses yang telah kita lewati selama Ramadhan.
Sebagai bulan penuh dengan keberkahan dan memotivasi kita untuk beribadah lebih, kita harus bertanya kepada diri sendiri: Sudahkah kita maksimal dalam beribadah di bulan Ramadhan baik dari sisi kuantitas maupun kualitas?
Selanjutnya, apakah kita bisa meningkatkan, atau minimal mempertahankan semangat kita beribadah di bulan-bulan setelah Ramadhan?
Pertanyaan ini sangat penting sebagai upaya mengingat kekurangan-kekurangan pada masa lalu untuk diperbaiki pada masa yang akan datang. Allah sudah memerintahkan kita untuk senantiasa melakukan upaya introspeksi diri dalam proes perjalanan hidup kita dengan sebuah firman-Nya:
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (Al-Ḥasyr :18)
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dengan spirit yang dibawa oleh ayat ini, sudah semestinya kita tidak mengendurkan semangat kita dalam beribadah dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Terlebih memasuki bulan Syawal yang menjadi tonggak pertama perjuangan untuk mempertahankan dan meningkatkan semangat beribadah pasca-Ramadhan.
Hal ini pun tergambar dari makna kata Syawwal itu sendiri. Dari segi bahasa, kata “Syawal” (شَوَّالُ) berasal dari kata “Syala” (شَالَ) yang memiliki arti “irtafaá” (اِرْتَفَعَ) yakni meningkatkan. Makna ini seharusnya menjadi inspirasi kita untuk tetap mempertahankan grafik kualitas dan kuantitas ibadah pasca-Ramadhan.
Peningkatan amal ibadah ini juga tidak harus dilakukan dengan kuantitas yang dipaksakan secara tiba-tiba. Namun akan lebih baik jika ibadah dilakukan dengan istiqamah dan rutin walaupun dalam kuantitas yang sedikit.
Istiqamah dalam ibadah ini telah diingatkan oleh Rasulullah saw dalam haditsnya:
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللهِ أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ (أَخْرَجَهُ الْبُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)ـ
Artinya: “Sebaik-baik perbuatan menurut Allah adalah yang dirutinkan meskipun sedikit” (HR al-Bukhari dan Muslim).
Bulan Syawal menjadi momentum tepat untuk menjaga diri dari predikat dan status yang telah kita raih setelah berjuang di bulan Ramadhan. Selain predikat ketakwaan yang telah dijanjikan Allah bagi orang-orang beriman yang benar-benar menjalankan ibadah puasa dengan baik, kesucian diri seperti bayi yang terlahir kembali ke dunia, juga akan diraih orang yang berpuasa.
Hal ini sudah ditegaskan oleh Nabi Muhammad dalam sabdanya:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: “Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan dilandasi oleh iman dan introspeksi diri, maka dosanya yang telah berlalu akan diampuni oleh Allah SWT.” (HR. Bukhari Muslim).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Alangkah mulianya dua status yang didapat seseorang setelah berpuasa di bulan Ramadhan. Alangkah sayangnya jika status ini tidak dipertahankan dengan baik dan disia-siakan begitu saja. Sangatlah rugi bagi kita yang tidak bisa mempertahankan ketakwaan dan kesucian pasca-Ramadhan ini.
Ketakwaan sendiri merupakan status yang paling mulia yang disematkan kepada hamba-Nya di sisi-Nya. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Hujurat Ayat 13:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ١٣
Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Mahateliti.”.
Selain menjaga ketakwaan, kesucian diri juga harus dipertahankan, jangan sampai dikotori kembali oleh perbuatan-perbuatan maksiat yang akan menjauhkan diri dari Allah swt.
Allah menggolongkan orang-orang yang mampu menjaga kesucian diri sebagai orang yang beruntung dan sebaliknya menyebut orang-orang yang mengotori kesucian diri sebagai orang yang merugi. Ditegaskan dalam Al-Qur’an:
قَدْ اَفْلَحَ مَنْ زَكّٰىهَاۖ ٩ وَقَدْ خَابَ مَنْ دَسّٰىهَاۗ ١٠
Artinya: “Sungguh beruntung orang yang menyucikannya (jiwa itu). Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.” (As-Syams: 9-10).
Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,
Dari paparan materi khutbah ini, kita bisa menyimpulkan bahwa semangat ibadah di bulan Ramadhan harus terus kita pertahankan dan lanjutkan di bulan-bulan selanjutnya.
Terlebih dengan status ketakwaan dan kesucian yang telah menjadi bagian dari hasil puasa, harus dipertahankan agar kita tidak termasuk orang-orang yang merugi. Rasulullah bersabda:
مَنْ كَانَ يَوْمُهُ خَيْرًا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ رَابِحٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ مِثْلَ أَمْسِهِ فَهُوَ مَغْبُوْنٌ. وَمَنْ كَانَ يَوْمُهُ شَرًّا مِنْ أَمْسِهِ فَهُوَ مَلْعُوْنٌ
Artinya: “Siapa saja yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang beruntung. Siapa saja yang hari ini sama dengan hari kemarin, maka ia (tergolong) orang yang merugi. Siapa saja yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, maka ia orang yang dilaknat (celaka).” (HR Al-Hakim).
Ya Allah... berikan kami kekuatan untuk terus dapat menjalankan ibadah kami dengan semangat karena-Mu. Berikanlah kami kesucian hati dalam mengemban dan melaksanakan tugas beribadah kepada-Mu. Berilah kami keistiqamahan dalam beribadah untuk meraih ridha-Mu. Aamiin.
بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْاٰنِ الْعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْاٰيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَيَا فَوْزَ الْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَا نَجَاةَ التَّائِبِيْنَ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْاِيْمَانِ وَالْاِسْلَامِ. وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ اَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ أَمَّا بَعْدُ. فَيَاأَيُّهَا النَّاسُ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى اِنَّ اللهَ وَ مَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ يٰأَيُّهَا الَّذِيْنَ أٰمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَ سَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلٰى أٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى اٰلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فْي الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ اَللّٰهُمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ. وَعَنْ اَصْحَابِ نَبِيِّكَ اَجْمَعِيْنَ. وَالتَّابِعِبْنَ وَتَابِعِ التَّابِعِيْنَ وَ تَابِعِهِمْ اِلٰى يَوْمِ الدِّيْنِ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. اَللّٰهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَالْوَبَاءَ وَالطَّاعُوْنَ وَالْاَمْرَاضَ وَالْفِتَنَ مَا لَا يَدْفَعُهُ غَيْرُكَ عَنْ بَلَدِنَا هٰذَا اِنْدُوْنِيْسِيَّا خَاصَّةً وَعَنْ سَائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ
عِبَادَ اللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ. وَ اشْكُرُوْهُ عَلٰى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ. وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ
Demikian ulasan mengenai ceramah singkat bulan Syawal.