Kisah Rasulullah Menikahi Aisyah pada Bulan Syawal, Sekaligus Membantah Mitos Sial

Kisah Rasulullah Menikahi Aisyah pada Bulan Syawal, Sekaligus Membantah Mitos Sial

Muslim | BuddyKu | Senin, 8 Mei 2023 - 13:22
share

INILAH kisah Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam menikahi Aisyah Radhiyallahu anha pada bulan Syawal . Pernikahan tersebut sekaligus membantah mitos sial yang ketika zaman itu banyak beredar.

Pernikahan Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam dan Aisyah Radhiyallahu anha pada bulan Syawal untuk mematahkan tradisi Syawal sebagai bulan sial.

Ilustrasi kisah Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam. (Foto: Istimewa/mui.or.id)

Aisyah binti Abu Bakar Ash-Shiddiq merupakan salah satu perempuan paling beruntung yang dinikahi Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam. Ini setelah pernikahan Rasulullah dengan Saudah bintu Zamah bin Qois Radhiyallahu anha.

Saat itu pernikahan Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam dengan Aisyah Radhiyallahu anha terjadi pada bulan Syawal tahun 11, setelah kenabian, atau tepatnya 2 tahun 5 bulan usai peristiwa hijrah.

Aisyah Radhiyallahu anha dinikahi Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wassallam ketika masih berusia 6 tahun. Seperti dijelaskan dalam salah satu riwayat hadis, dari Aisyah, Rasulullah bersabda:

"Nabi Shallallahu alaihi wa sallam menikahiku ketika aku berusia 6 tahun. Dan beliau kumpul bersamaku ketika aku berusia 9 tahun." (HR Bukhari dan Muslim)

Sementara menurut Abbas Mahmud Aqqad dalam kitab \'Ash-Shiddiqah binti Ash-Shiddiq\', saat itu umur Aisyah ketika berbulan madu dengan Nabi tidak kurang dari 12 tahun dan tak lebih dari 15 tahun.

Hal tersebut diperkuat dengan riwayat Ibnu Saad yang menerangkan bahwa Aisyah dilamar Rasulullah Shallallahu alaihi wassallam pada usia 9 tahun. Kemudian bulan madu pada usia sudah menginjak baligh yakni 15 tahun. Saat itu maharnya 400 dirham.

Pernikahan Aisyah dengan Nabi Shallallahu alaihi wassallam inilah yang mematahkan mistos bahwa Syawal merupakan bulan sial. Terutama bagi yang akan menikah, beberapa tradisi memberi banyak pantangan pada bulan tersebut.

"Kalau di wilayah Nusantara, mitos-mitos seputar hindari pernikahan di bulan-bulan tertentu diduga kuat terjadi jauh setelah masa Nabi. Namun demikian, seluruh peristiwa yang dicontohkan Nabi Muhammad menjadi barometer untuk umatnya di lintas wilayah dan zaman," ujar Ketua Lembaga Falakiyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LF PBNU) KH Sirril Wafa saat dihubungi Okezone beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, selain bulan syawal dan apit/selo/dzulqa\'dah, dalam kepercayaan masyarakat Jawa muncul pandangan adat tentang konsep bulan-bulan "Duda" yang bersumber dari spekulasi otak-atik kaidah perhitungan Aboge. Serta kalender urfi sistem aboge, dikenal siklus windu atau per 8 tahunan.

"Tahun-tahun lainnya ada padanan hari/pasarannya. Yang tidak ada padanannya itulah yang ditetapkn sebagai tahun duda. Maka dihindari helat perkawinan pada tahun-tahun \'duda\'," jelas KH Sirril Wafa.

Selain itu, supaya tidak terjadi perceraian, terdapat spekulasi yang menarik di dalam aturan adat, antara lain tertolak oleh segmen-segmen tata cara Nabi Shallallahu alaihi wassallam berprilaku sebagai sunah dalam kehidupan sehari-hari.

"Inilah antara lain makna Nabi sebagai uswatun hasanah (contoh yang baik)," pungkasnya. Wallahu a\'lam bisshawab .