Aman Makan Pedas asal Tahu Batas, Berlebih Picu Iritasi pada Usus

Aman Makan Pedas asal Tahu Batas, Berlebih Picu Iritasi pada Usus

Berita Utama | jawapos | Senin, 5 September 2022 - 08:20
share

Belum lengkap rasanya kalau makan tanpa sambal. Makanan pedas memang nikmat, tapi tetap harus tahu batas. Sebab, permukaan usus bisa mengalami iritasi. Kondisi yang berulang berpotensi mencetuskan gangguan sistem pencernaan. Salah satunya, risiko terjadinya kanker usus.

MAKANAN pedas memberikan reaksi terhadap kinerja saluran cerna. Tidak hanya iritasi, tetapi juga mengakibatkan aktivitas dari gerakan usus menjadi berlebihan. Dokter spesialis bedah Mayapada Hospital menyebut ada beberapa penelitian yang menunjukkan pasien dengan kebiasaan mengonsumsi makanan pedas mengalami risiko kanker lebih tinggi.

Memang betul, beberapa penelitian menyebutkan bisa menjadi pencetus suatu kanker. Namun, ada pula penelitian lain yang menyatakan sebaliknya. Dari sini bisa diketahui bahwa masih banyak dibutuhkan penelitian lebih lanjut, ungkap dr Rosmali Adriansyah SpB, SubspBK (K).

Di sisi lain, jurnal terakhir dari British Medical mengungkapkan, makanan pedas justru memiliki banyak manfaat positif. Mulai sistem imun yang baik hingga usia lebih panjang. Hal itu disebabkan makanan pedas mampu mempercepat kinerja sistem pencernaan.

Manakala sistem pembuangannya baik, artinya pengosongan saluran cernanya baik, maka risiko terjadi infeksi yang berlanjut atau tercetusnya kanker jadi relatif lebih kecil, jelasnya.

Yang perlu digariskan di sini, lanjut dr Rosmali dalam talk show kesehatan bersama radio Sonora FM beberapa waktu lalu, konsumsi makanan pedas boleh, tapi dengan takaran secukupnya. Pada prinsipnya, semua yang sifatnya berlebihan akan memberikan dampak kurang baik.

Makanan pedas kerap dikaitkan sebagai penyebab penyakit usus buntu. Sebab, pada beberapa kasus menunjukkan, isi usus buntu berupa potongan kecil sisa makanan dan biji-biji cabai. Namun, dr Rosmali menyebut hal itu bukanlah penyebab utamanya. Jauh sebelumnya, terjadi proses inflamasi pada usus buntu sehingga kemampuan untuk mengosongkan isinya menjadi terganggu.

Penelitian yang menyatakan biji-bijian atau makanan cabai menyebabkan usus buntu itu sebenarnya tidak ada korelasinya, imbuhnya.

Tentu, setiap penyakit memiliki faktor risiko tersendiri. Termasuk kanker usus. Usia menjadi faktor yang tidak bisa dihindari. Umumnya, kejadian kanker banyak ditemukan pada pasien usia lanjut di atas 60 tahun. Di usia itu, banyak terjadi proses mutasi atau gangguan saluran cerna yang berulang dan bersifat kronis.

Kurang gerak juga mengakibatkan saluran cerna tidak bekerja optimal. Padahal, aktivitas fisik yang cukup dapat memperbaiki sirkulasi pembuluh darah pada saluran cerna. Dengan begitu, pengosongan kotoran berlangsung efektif sehingga tidak ada sisa makanan yang memicu inflamasi dan berujung kanker. Faktor genetik juga sulit dihindari. Meskipun, kanker akibat faktor genetik itu hanya sekian persen. Untuk 90 persennya akibat gaya hidup, paparnya.

Namun, pasien dengan kanker saluran cerna tetap memiliki harapan untuk sembuh. Pengobatan pada stadium awal akan memberikan hasil yang baik. Untuk kasus-kasus yang masih dini seperti stadium 1 dan stadium 2, operasi menjadi tindakan standar yang dipilih. Tindakan pembedahan dianggap bisa mengangkat semua bagian dari kanker secara lengkap sehingga meminimalkan terjadinya kekambuhan, terang dr Rosmali.

Perubahan Pola Defekasi Tanda Usus Tidak Sehat

GANGGUAN saluran pencernaan dapat diketahui lewat pemeriksaan. Baik itu cara sederhana maupun yang canggih. Dokter Rosmali menyebut cara paling mudah untuk mendeteksi adanya kelainan dalam sistem pencernaan adalah memperhatikan pola defekasi atau buang air besar (BAB).

Biasanya BAB rutin tiap hari, lantas polanya berubah. Ada perubahan frekuensi. Misalnya, jadi lebih sering atau tidak tuntas, tuturnya.

Tak hanya itu, perubahan konsistensi tinja juga berpengaruh. Di antaranya, feses berubah jadi lunak, berlendir, hingga berubah warna. Pada kondisi itu, dr Rosmali mengimbau untuk segera memeriksakan diri.

Salah satu permasalahan masyarakat kita berobat pada kondisi yang sudah parah atau stadium lanjut. Padahal, untuk kanker pada saluran cerna itu, gejalanya sangat khas, tinggal kesadaran untuk periksa saja, ungkapnya.

Gejala lebih lanjut, akan timbul rasa nyeri disertai kembung dan muntah. Tahapan itu sudah tidak bisa disebut dini lagi. Pemeriksaan yang dilakukan pun sudah tingkat lanjut seperti endoskopi. Yakni, prosedur medis dengan memasukkan alat khusus ke dalam organ internal untuk mendiagnosis penyakit.

Untuk itu, medical checkup sebaiknya dilakukan di awal usia 25 tahun. Ada penekanan bagi yang punya riwayat kanker dalam keluarga agar periksanya lebih dini lagi, tandas dr Rosmali.

KIAT JAGA SALURAN CERNA TETAP SEHAT

Konsumsi makanan kaya serat

Melakukan aktivitas fisik atau rutin berolahraga 1530 menit sehari

Hindari makanan yang tidak diproses secara sempurna seperti bakar-bakaran

Kurangi aktivitas sampai larut malam atau kurang istirahat

Jangan makan pedas berlebihan

Medical checkup lebih dini

Topik Menarik