IDI Beberkan Beberapa Gejala Hepatitis Akut Misterius

IDI Beberkan Beberapa Gejala Hepatitis Akut Misterius

Kesehatan | jawapos | Rabu, 4 Mei 2022 - 18:37
share

JawaPos.com Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mengeluarkan imbauan kepada seluruh tenaga kesehatan dan masyarakat soal kemunculan penyakit hepatitis akut yang tidak diketahui asalnya baru-baru ini.

Imbauan tersebut utamanya ditujukan kepada para orang tua untuk menjaga anak-anak mereka, terutama di masa mudik Lebaran dan aktivitas silaturahmi. Anak-anak diimbau tetap menjalankan protokol kesehatan (prokes).

Hal itu dilakukan setelah pada Senin (2/5) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengumumkan kematian tiga orang pasien anak yang diduga menderita penyakit tersebut. Kemenkes sendiri telah mengeluarkan surat edaran tentang kewaspadaan terhadap KLB hepatitis akut (acute hepatitis of unknown aetiology).

Surat edaran itu ditujukan kepada seluruh dinas kesehatan (dinkes) provinsi dan kabupaten/kota pada 27 April 2022. Sejak resmi dipublikasikan sebagai KLB oleh WHO, jumlah laporan kasus ini terus bertambah. Tercatat lebih dari 170 kasus dilaporkan oleh lebih dari 12 negara.

Ketua Umum PB IDI Adib Khumaidi meminta seluruh organisasi profesi medis di bawah IDI; seluruh dokter dan tenaga kesehatan yang bertugas di puskesmas, posyandu, dan klinik praktik mandiri; serta dokter praktik perorangan mewaspadai setiap gejala hepatitis pada anak dan dewasa. Adib menjelaskan, hepatitis akut yang masih belum diketahui penyebabnya ini memiliki gejala, antara lain, perubahan warna urine menjadi gelap, bisa disertai warna feses yang pucat, dan beberapa bagian tubuh menjadi kuning. Kemudian gatal, nyeri sendi atau pegal-pegal, demam tinggi, mual, muntah atau nyeri perut, lesu, dan/atau hilang nafsu makan, diare, serta kejang.

Dalam gejala klinisnya, infeksi hepatitis akut ini ditandai dengan beberapa indikator. Antara lain, serum aspartate transaminase (AST/SGOT) atau alanine transaminase (ALT/SGPT) dalam darah lebih dari 500 liter per serum.

Adib menjelaskan, laporan laboratorium dari berbagai kasus sementara ini menunjukkan negatif infeksi virus hepatitis A, B, C, D, hingga E. Namun, pada beberapa kasus ditemukan infeksi SARS-CoV-2 yang bisa berbarengan (koinfeksi) dengan adenovirus.

Infografis hepatitis akut misterius (Jawa Pos)

Oleh karena itu, pemeriksaan patogen biologis maupun kimiawi perlu dilakukan lebih lanjut, tuturnya.

Adib mengatakan, IDI meminta bantuan dan dukungan dari setiap tenaga medis dan tenaga kesehatan untuk aktif mengedukasi masyarakat tentang perlunya segera mengunjungi fasyankes terdekat apabila ada anak atau anggota keluarga yang mengalami gejala-gejala hepatitis akut.

Jika gejala ditemukan, segera berkoordinasi dengan dokter spesialis anak untuk menindaklanjuti dan mengawasi dengan ketat penyakit ini serta melaporkan kepada dinas kesehatan setempat, katanya.

Ketua Umum Pengurus Pusat IDAI Piprim Basarah Yanuarso juga meminta seluruh dokter anak dan residen dokter anak turut mengawasi apabila gejala di atas muncul pada pasiennya. Bagi masyarakat, Basarah tetap mengimbau agar tidak panik dan berhati-hati. Cara pencegahan yang bisa dilakukan antara lain mencuci tangan, meminum air bersih yang matang, makan makanan bersih yang matang, serta membuang tinja dan/atau popok sekali pakai pada tempatnya. Kemudian menggunakan alat makan sendiri-sendiri serta memakai masker dan menjaga jarak

Penting agar orang tua yang menemukan anak-anak dengan gejala-gejala seperti kuning, mual/muntah, diare, nyeri perut, penurunan kesadaran/kejang, lesu, atau demam tinggi memeriksakan diri ke fasilitas layanan kesehatan terdekat, tutur Basarah.

Kemenkes dan dinkes sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk memasukkan riwayat yang lebih terperinci dan tes virologi/mikrobiologi tambahan. European CDC sejauh ini telah mengeluarkan beberapa hipotesis tentang penyakit ini dan hubungannya dengan infeksi Covid-19.

Di antaranya, ada faktor penyerta yang membuat infeksi adenovirus menjadi lebih parah sehingga memicu kondisi patologi imun tertentu.

Kemudian, infeksi Covid-19 juga bisa menjadi faktor. Termasuk efek dari varian Omicron yang sebelumnya tidak muncul. Atau kandungan obat maupun racun tertentu di tubuh penderita. E CDC juga memasukkan kemungkinan adanya patogen baru. Baik itu berupa cabang adenovirus baru (novel adenovirus) atau varian baru SARS-CoV-2 penyebab Covid-19.