Ambisi Amangkurat I Bangun Istana Megah Mataram yang Tertunda Akibat Huru-hara Internal

Ambisi Amangkurat I Bangun Istana Megah Mataram yang Tertunda Akibat Huru-hara Internal

Infografis | sindonews | Kamis, 19 September 2024 - 07:07
share

Sepeninggal ayahnya yang wafat, Sultan Amangkurat I penguasa Kerajaan Mataram Islam memiliki ambisi besar. Ia berusaha untuk memulai pemerintahan baru pasca kejayaan Sultan Agung sang ayah di Mataram. Hal ini yang menimbulkan tekanan kepadanya.

Akhirnya pilihan pembangunan infrastruktur istana baru jadi solusinya. Keraton baru dibuat oleh sang sultan di awal-awal masa kepemimpinannya. Konon hal ini membuat istana Mataram akhirnya berpindah dari Karta ke Plered.

Jarak antara keduanya disebut sekitar 1,5 kilometer dan pemindahannya dilakukan pada tahun 1647 M. Keraton Plered karenanya disebut sebagai keraton yang dibangun Raja Amangkurat I dari Mataram. Amangkurat pindah dari keraton lama di Karta, yang dibangun Sultan Agung yang merupakan ayah dari Sultan Amangkurat I.

Proses pembangunan istana ini memiliki sejumlah kisah miris. Pasalnya istana yang terbuat dari bata yang berbeda dengan era Sultan Agung, yang terbuat dari kayu, sebagaimana dikutip dari buku "Tuah Bumi Mataram: Dari Panembahan Senopati hingga Amangkurat I" dari Peri Mardiyono dikutip Kamis (19/9/2024), dibangun cukup lama sejak 1614 hingga 1622.

Pekerjaan pembangunan di Plered dikatakan tidak berhenti sampai tahun 1666. Letaknya di Plered, Bantul, di sebelah timur laut Karta. Keraton Plered ini ditinggalkan tahun 1680 oleh putra Amangkurat I, Amangkurat II, yang pindah ke Kartasura.

Jadi sejak Amangkurat I inilah karena dilanda ketidakstabilan dan huru-hara yang tak kunjung bisa dipadamkan, hingga Keraton Mataram terpaksa berpindah tempat. Konon saat proses pembangunan keraton ini Amangkurat I memerintahkan seluruh rakyatnya turun membantunya.

Tak hanya membangun istana megah saja, Amangkurat I dengan ambisiusnya membangun bendungan di Plered dengan menggerakkan rakyatnya. Amangkurat I berkata kepada rakyatnya: "Sarupane kawulaningsun kabeh, padha nyithaka bata, ingsun bakal mingser teka ing kutha Kerta, patilasane kanjeng rama ingsun tan arsa ngenggoni. Ingsun bakal yasa kutha ing Plered", yang artinya "Semua rakyatku, kalian buatlah bata. Aku akan pindah dari Karta, karena aku tidak mau tinggal di bekas (kediaman) ayahku. Aku akan membangun kota di Plered".

Ambisiusnya membuat raja muda Mataram putra Sultan Agung yang baru saja naik tahta ingin membangun istana sendiri. Ia bermaksud hendak menggeser pengaruh Keraton Kerta yang selama bertahun-tahun jadi pusat kekuasaan Sultan Agung, pemimpin terkuat di Jawa saat itu.

Keraton Plered ini dibangun selama bertahun-tahun, melewati berbagai rintangan alam, hingga berdiri sebagai keraton yang tampak kemegahannya. Tentu saja bangunan Keraton baru ini lebih kuat dan megah dari Keraton lama, mengingat bahan dasarnya yang terbuat dari batu bata, sebuah gaya bangunan yang masih langka di abad 17.

Topik Menarik