Kisah Cinta Jenderal Hoegeng, Tolak Dimakamkan di Makam Pahlawan demi Bisa Bersanding dengan Sang Istri

Kisah Cinta Jenderal Hoegeng, Tolak Dimakamkan di Makam Pahlawan demi Bisa Bersanding dengan Sang Istri

Infografis | sindonews | Selasa, 10 September 2024 - 17:19
share

JENDERAL Polisi (Purn) Hoegeng Iman Santoso merupakan mantan Kapolri ke-5 yang dikenal sangat jujur dan sangat mencintai istrinya, Meriyanti Roeslani atau Meri. Keduanya menjalin kisah cinta dan menikah di Yogyakarta pada 31 Oktober 1946.

Jenderal Polisi (Purn) Hoegeng Iman Santoso berfoto bersama istrinya, Meriyanti Roeslani. Foto/Dok.Keluarga Hoegeng

Hoegeng dengan ketegasan sikap dan jujuranya dikenang sebagai kebanggaan dan menjadi inspirasi bagi anggota Polri dalam melaksanakan moto Rastra Sewakotama atau Abdi Utama bagi Nusa Bangsa.

Baca juga: Kisah Cinta Jenderal Kopassus AM Hendropriyono, Pinjamkan Topi untuk Taklukkan Hati Tati Mulya

Pria kelahiran Pekalongan, Jawa Tengah 14 Oktober 1921 itu menjadi Kapolri selama tiga tahun, yakni 1968-1971 di awal pemerintahan Presiden Soeharto.

Hoegeng membawa perubahan signifikan di tubuh Polri dengan membenahi struktur organisasi di Mabes Polri sehingga lebih dinamis dan komunikatif.

Dalam memimpin Polri, Hoegeng tidak pandang bulu dalam menangani kasus-kasus yang diduga melibatkan sejumlah orang kuat dan penguasa.

Seperti kasus yang menggegerkan saat itu, di antaranya pemerkosaan Sum Kuning di Yogyakarta pada 1970, penyelundupan sejumlah mobil mewah, dan penembakan mahasiswa ITB oleh taruna Akabri.

Baca juga: Kisah Pangeran Sambernyawa Menembus Gunung Lawu untuk Serang Belanda di Ponorogo

Sikap tegas dan tak kenal kompromi membuat sejumlah pihak diduga tak menyukai. Hingga Hoegeng terpaksa dipensiunkan sebelum waktunya.

Di akhir hayatnya, Hoegeng meninggal dunia di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta pada Rabu 14 Juli 2004 pukul 00.30 WIB.

Hoegeng dimakamkan di Taman Pemakaman Umum (TPU) Giritama, Desa Tonjo, Bojong Gede, Bogor, Jawa Barat pada Rabu 14 Juli 2004 siang.

Sebelum meninggal, Hoegeng sempat menyampaikan pesan kepada keluarganya bahwa tidak ingin dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Kalibata, Jakarta Selatan.

"Kalau Hoegeng dimakamkan di Taman Makam Pahlawan, Meri tak bisa dimakamkan di samping saya, Hoegeng ingin Meri selalu mendampingi," kata putra kedua Hoegeng, Aditya Soetanto Hoegeng atau Didit Hoegeng menirukan pernyataan ayahnya, dikutip dari buku Hoegeng Polisi dan Menteri Teladan yang ditulis Suhartono, Selasa (10/9/2024).

Begitu pun saat Meri sakit dan diopname di RSCM, Hoegeng juga menelepon kerabat dan rekan-rekannya untuk memberitahukan dan meminta doa agar istri cepat sembuh.

"Istri Hoegeng sakit, dan dirawat di rumah sakit. Tolong didoakan ya, agar Meri cepat sembuh," kata Hoegeng dengan suara lirih saat menelepon.

Saat itu, Hoegeng menjabat sebagai Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet. Mantan Sekretaris Hoegeng saat menjabat Menteri/Sekretaris Presidium Kabinet, Soedharto Martopoespito atau Dharto mengungkapkan ekspresi wajah Hoegeng di kantor sedih.

Seingat Dharto, Hoegeng setelah selesai kantor langsung pulang untuk menemani Meri di rumah sakit. Dharto dan stafnya pun menyempatkan diri untuk menjenguk Meri di RSCM.

"Ini Mas Dharto dan Mas Marko yang membantu Hoegeng di kantor," kata Hoegeng mengenalkan Dharto dan Soermarjo kepada istrinya di RSCM.

Walaupun sakit, Meri kemudian menjulurkan tangannya untuk menyalami staf suaminya itu dengan senyum lebar dan hangat.

"Bantu Pak Hoegeng ya, dan doakan saya lekas sembuh," tutur Meri saat menjabat tangan Dharto.

Ketika itu Dharto berpikir, pantas Hoegeng sangat mencintai Meri. Selain cantik, Meri memberi perhatian serta hormat kepada Hoegeng dan anak buahnya, serta memiliki pengertian yang luar biasa tentang prinsip hidup suaminya.

Meri rela mengorbankan kepentingannya untuk kelancaran tugas sang suami dan mendukung prinsip sederhana, jujur, dan tidak mudah kompromi.