Siasat Cerdik Pasukan Minangkabau Pukul Mundur Bala Tentara Majapahit

Siasat Cerdik Pasukan Minangkabau Pukul Mundur Bala Tentara Majapahit

Infografis | sindonews | Sabtu, 20 Juli 2024 - 19:32
share

Pasukan Minangkabau pernah mengalahkan dan memukul mundur bala tentara Kerajaan Majapahit yang kalau itu sedang melakukan ekspansi atau perluasan wilayah kekuasaan ke Pulau Percah.

Bala tentara Majapahit kala itu sudah menguasai wilayah Pasai. Selanjutnya pasukan bergerak pulang dan singgah di Jambi serta Palembang dan memperluas kekuasaan.

Pasukan Majapahit juga berusaha menaklukkan wilayah Pulau Percah, sebagaimana dikisahkan dalam Kitab Pararaton dan Hikayat Raja-raja Pasai sebagaimana dikutip dari buku 'Menuju Puncak Kemegahan: Sejarah Kerajaan Majapahit'.

Kala itu pasukan Majapahit melakukan pendudukan sejumlah daerah, seperti Timbalan, Siantan, Jemaya, Bunguran, Serasan, Subi, Pulau Laut Tiyoman, Pulau Tinggi, Pemanggilan, Karimata, Belitung, Bangka, Lingga, Riau, Bintan, dan Bulang.

Demi mewujudkan Sumpah Palapa, mereka dikisahkan mencoba menguasai wilayah lain di nusantara bagian barat.

Majapahit berusaha menaklukkan Pulau Percah dengan tipu muslihat, seperti diceritakan dongeng tentang nama Minangkabau.

Dalam sebuah teks versi Majapahit yang tersimpan di museum Jawa Timur dikisahkan tentang invasi penaklukkan ke Minangkabau.

Saat itu Kerajaan Majapahit mengerahkan 500 kapal perang lengkap dengan patih dan hulubalang serta 200.000 prajurit. Dalam ekspedisi ini dibawa pula seekor kerbau jantan raksasa.

Bala tentara Majapahit menjejakan kaki di Jambi tanpa ada halangan dan rintangan apa pun. Jambi kalau itu merupakan pintu masuk ke dataran tinggi Minangkabau setelah berlayar melalui sungai besar.

Sesampai di Pariangan para patih dan hulubalang Majapahit berunding dengan Patih Suatang (Datuk Perpatih Nan Sebatang) serta Patih Ketemanggungan (Datuk Katumanggungan).

Kemudian muncul usulan dari Patih Majapahit untuk mengadu kerbau sebagai simbolisasi perang. Kesepakatan pun dibuat sebelum kerbau bertarung.

Disepakati, pemilik kerbau yang menang berarti memenangkan peperangan. Begitu pula sebaliknya, kerbau yang kalah adalah pihak yang kalah perang.

Kedua belah pihak mengeluarkan kerbau. Rombongan tentara Majapahit mengeluarkan kerbau raksasa dengan tanduk tajam serta otot yang kuat. Mereka yakin dengan fisik kerbaunya itu, mereka memenangkan pertarungan.

Namun, pihak lawan lebih cerdas dan berpikir taktis. Patih Suatang tidak mengeluarkan kerbau jantan perkasa, tapi anak kerbau lapar yang ganas mencari puting susu induknya. Mereka yakin, anak kerbau lapar akan tidak akan bertarung tapi ingin menyusui.

Benar saja. Begitu dilepas ke area tanding, anak kerbau itu secepat kilat menyelinap ke perut kerbau jantan nan besar hendak menyusui. Di bawah perut kerbau jantan itu, anak kerbau lapar mendapatkan kelamin kerbau jantan.

Anak kerbau pikir sudah menemukan puting susu induknya. Ia mengisap dan menggigit hingga kerbau jantan perkasa itu roboh.

Pasukan Majapahit dianggap kalah, lalu mereka akan pergi. Namun ditahan oleh Patih Suatang karena mereka akan dijamu makan dan minum. Menurut teks versi Majapahit, setelah jamuan makan, minum dan sibuk berpesta serta mabuk kemenangan, tiba-tiba pasukan Majapahit diserang dari segala macam penjuru oleh pasukan penguasa Pulau Percah.

Serangan itu menewaskan patih dan para hulubalang serta separuh prajurit Majapahit. Hingga akhirnya tentara Majapahit kalah perang dan harus pulang dengan hampa akibat terlena ajakan berpesta kerbau oleh penguasa yang dengan cerdik memanfaatkan kelengahan.

Peristiwa tersebut terjadi di sebuah padang luas yang kemudian diberi nama 'Padang Sibusuk' karena begitu banyaknya mayat bergelimpangan yang kemudian menimbulkan bau busuk.

Kisah ini juga tercatat dalam Hikayat Raja-raja Pasai yang merekam berbagai peristiwa di Sumatera. Wilayah Padang Sibusuk masuk dalam wilayah Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat.

Peristiwa kekalahan dahsyat itu sekaligus sebagai tonggak penanda berakhirnya ekspansi Majapahit ke wilayah barat Nusantara.

Daerah tersebut selanjutnya disebut Minangkabau, di mana hal itu merupakan dimaksud untuk menerangkan tentang sejarah nama dan tempat yang bersejarah.

Meski tak bisa menguasai menguasai Pulau Percah, namun wilayah kekuasaan Majapahit sangat luas dalam mewujudkan Sumpah Palapa oleh Mahapatih Gajah Mada pada 1258 Saka atau 1336 Masehi.