Pendiri Indef Paparkan Program MBG Punya Dampak Positif Raksasa, Apa saja?

Pendiri Indef Paparkan Program MBG Punya Dampak Positif Raksasa, Apa saja?

Berita Utama | inews | Rabu, 31 Desember 2025 - 12:39
share

JAKARTA, iNews.id - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) dinilai bukan sekadar program sosial, juga punya dampak positif raksasa dan jadi penanda perubahan besar dalam arah kebijakan ekonomi nasional. Hal itu diungkapkan pakar ekonomi sekaligus pendiri Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Prof Didin S Damanhuri.

Menurut Prof Didin, MBG menghadirkan pendekatan baru dalam ekonomi pembangunan. Selama ini, negara berkembang termasuk Indonesia cenderung mengejar pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya meski kerap mengorbankan aspek pemerataan.

MBG, kata dia, justru menempatkan pembangunan sumber daya manusia sebagai fondasi utama melalui pendekatan human resource economics.

"Kalau MBG bisa konsisten dan (dilakukan) jangka panjang, ini akan menggeser pemikiran ekonomi di Indonesia yang lebih berorientasi pada pembangunan sumber daya manusia. Karena ini kan agak lain," kata Didin dalam keterangannya, Rabu (31/12/2025).

"Biasanya strateginya adalah pertumbuhan ekonomi setinggi-tingginya, maka yang akan dipilih adalah pembangunan infrastruktur besar-besaran. Tapi ini menyangkut seluruh penduduk terutama memperbaiki ketimpangan gizi dan pendidikan," tambahnya.

Intervensi negara melalui pemenuhan gizi dinilai sangat strategis karena menyasar langsung kelompok masyarakat kelas bawah. Jika terkonsolidasi dengan baik, program ini diproyeksikan mampu memperkecil kesenjangan sosial-ekonomi, mengingat intervensi gizi negara menjangkau sekitar 50 persen masyarakat lapisan bawah.

Dampak MBG juga dirasakan di tingkat akar rumput. Di SMAN 1 Taraju, Cibuntu, Tasikmalaya, program ini disebut telah mengubah pola hidup siswa menjadi lebih sehat. Alfi Alfian, siswa kelas XI, mengungkapkan perubahan kebiasaan makannya sejak adanya MBG.

"Sebelum ada MBG, paling cuma jajan cireng. Sekarang setelah MBG saya tidak perlu bawa bekal dari rumah. Kata mama juga mantap di SMA ada MBG, sangat terbantu," ujar Alfian.

Sementara Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 1 Taraju, Nurhayati, mencatat adanya perubahan perilaku ekonomi dan kedisiplinan siswa. Kebiasaan jajan saat jam istirahat berkurang, sehingga pengeluaran harian siswa yang sebelumnya berkisar Rp12.000 hingga Rp15.000 ikut menurun.

“Kehadiran siswa juga ada perubahan karena mereka merasa terbantu. Minimal asupan gizi akan berdampak terhadap kesehatan. Dengan gizi yang sehat ada semangat mereka untuk sekolah. Mudah-mudahan seiring berjalannya waktu, dengan adanya perbaikan gizi bisa dilihat efek jangka panjangnya," kata Nurhayati.

Selain berdampak pada siswa, MBG juga memberi manfaat ekonomi bagi tenaga pendidik. Program ini menjadi penopang tambahan bagi guru honorer yang terlibat dalam distribusi makanan, sehingga membantu meningkatkan pendapatan mereka di luar gaji rutin.

Keberadaan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di daerah turut menggerakkan ekonomi lokal. SPPG menyerap bahan pangan dari petani dan peternak setempat serta membuka peluang kerja bagi pegawai dan relawan.

“Keberadaan kami ini betul-betul dirasakan selain oleh penerima manfaat tapi juga oleh pelaku ekonomi seperti pasar, petani, dan yang lainnya,” ujar Mitra SPPG Cibuntu, Tasikmalaya, Tino Rirantino.

Terkait temuan-temuan tersebut, Didin menilai berbagai kendala teknis yang muncul selama satu tahun pelaksanaan MBG telah berhasil dikonsolidasikan dengan baik oleh Badan Gizi Nasional (BGN).

"Ini adalah situasi yang menciptakan optimisme jangka panjang. Bahwa pembangunan di Indonesia ini adalah longitudinal plan, yang bisa memperbaiki Indonesia masuk pada ekonomi berbasis ilmu pengetahuan. Bukan hanya masyarakat kelas atas saja yang bisa berpartisipasi, tapi nanti seluruh penduduk akan ikut terlibat. Ini dampaknya raksasa," katanya.

Topik Menarik