Netanyahu Pede Israel Akan Berdamai dengan Negara Arab Tanpa Harus Ada Negara Palestina
TEL AVIV, iNews.id - Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kembali menegaskan penolakannya terhadap pendirian negara Palestina seraya menyatakan keyakinan bahwa Israel tetap dapat mencapai perdamaian dengan negara-negara Arab tanpa harus mewujudkan solusi dua negara.
Pernyataan itu disampaikan dalam konferensi pers bersama Kanselir Jerman Friedrich Merz, Minggu (7/12/2025).
Netanyahu dengan tegas menyatakan Israel “tidak akan pernah mengakui negara Palestina” yang menurutnya justru memiliki tujuan menghancurkan Israel sebagai satu-satunya negara Yahudi di dunia.
Dia mengklaim entitas Palestina secara de facto sudah berdiri di Gaza, dan hal tersebut dianggap sebagai ancaman langsung terhadap keamanan nasional Israel.
Perdamaian Bisa Terjadi Tanpa Negara Palestina
Dalam pernyataannya, Netanyahu menyinggung adanya “sudut pandang baru” terkait proses perdamaian regional, di mana menurutnya keberadaan negara Palestina bukanlah syarat untuk mewujudkan rekonsiliasi Israel dengan negara-negara Arab.
“Kami yakin ada jalan untuk memajukan perdamaian yang lebih luas dengan negara-negara Arab, dan juga membangun perdamaian yang bisa dilaksanakan dengan tetangga kami, Palestina,” ujarnya.
Sikap ini bertolak belakang dengan posisi banyak negara Arab, termasuk Arab Saudi dan Qatar, yang menegaskan tidak akan membuka hubungan diplomatik penuh dengan Israel sebelum Palestina mendapatkan kemerdekaan yang jelas dan diakui secara internasional.
Gencatan Senjata Gaza Terganggu Pelanggaran Harian
Pernyataan kontroversial Netanyahu muncul di tengah upaya diplomatik internasional yang difasilitasi Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump melalui rencana 20 poin perdamaian untuk mengakhiri konflik Gaza. Fase pertama rencana itu diwujudkan dalam gencatan senjata yang berlaku sejak 10 Oktober 2025, meliputi penarikan pasukan Israel ke Garis Kuning, pertukaran sandera Israel dan tahanan Palestina, serta masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Namun implementasi gencatan senjata tersebut jauh dari mulus. Meski kesepakatan masih berlaku, Israel secara konsisten dituduh melakukan pelanggaran harian.
Sejak gencatan senjata dimulai, militer Israel telah membunuh lebih dari 360 warga Gaza dan melakukan lebih dari 500 pelanggaran, termasuk serangan terhadap kamp pengungsi dan pembatasan masuknya bantuan kemanusiaan.
Saudi Tegas, Netanyahu Kekeh Pada Posisi Lama
Kendati tekanan diplomatik meningkat dan situasi di Gaza terus memburuk, Netanyahu tetap pada pendiriannya bahwa pengakuan terhadap negara Palestina bukan bagian dari visi keamanan Israel. Keyakinannya bahwa perdamaian dapat tercapai tanpa solusi dua negara semakin memperlebar jurang antara Israel dan dunia Arab.
Dengan kondisi di lapangan yang memburuk dan proses diplomasi yang terhambat, pernyataan Netanyahu dipandang sebagai sinyal bahwa kebuntuan konflik Israel-Palestina masih jauh dari kata selesai.








