Jepang Heboh, PM Sanae Takaichi Paksa Staf Ngantor Jam 3 Pagi untuk Rapat

Jepang Heboh, PM Sanae Takaichi Paksa Staf Ngantor Jam 3 Pagi untuk Rapat

Terkini | inews | Jum'at, 14 November 2025 - 08:39
share

TOKYO, iNews.id - Perdana Menteri Jepang yang baru menjabat, Sanae Takaichi, menjadi sorotan terkait rapat pemerintah yang berlangsung pada pukul 03.00 waktu setempat. Takaichi dikenal sebagai sosok pekerja keras.

Secara mengejutkan, pada 7 November lalu dia terlihar keluar dari kediamannya di Tokyo untuk menggelar rapat dengan para ajudan sebelum menghadiri sidang di Parlemen. Sontak saja, Takaichi menuai kritik karena menggelar rapat yang tak lazim tersebut.

Media Jepang menyebut rapat tersebut sebagai "sesi belajar pukul 3 pagi". Apalagi, isu bekerja di luar waktu normal sedang sensitif di Jepang beberapa tahun terakhir, terkait meningkatnya kasus karoshi atau kematian akibat kerja berlebihan.

Beberapa pihak berpendapat rapat tersebut, melibatkan beberapa ajudan dan berlangsung sekitar 3 jam, memicu situasi ekstrem yang tidak sehat. Mereka mengatakan Takaichi memberikan beban yang tidak perlu kepada para stafnya.

Yoshihiko Noda, mantan perdana menteri yang juga pemimpin partai oposisi, menyebut keputusan Takaichi untuk menggelar rapat pukul 03.00 sebagai aksi gila. Saat menjabat sebagai Perdana Menteri Jepang pada 2011-2012, dia mulai bekerja sekitar pukul 06.00 atau 07.00.

"Boleh saja dia bekerja, tapi seharusnya tidak melibatkan orang lain. Semua orang tidur pada jam itu. Sikap yang sangat menyedihkan ditunjukkan seorang pemimpin tertinggi negara ini," ujarnya, seperti dikutip dari Bloomberg, Jumat (14/11/2025).

Kontroversi ini muncul ketika Jepang mempertimbangkan untuk melonggarkan batas waktu lembur, gagasan yang baru-baru ini didukung Takaichi. Batasan 45 jam lembur per bulan saat ini berlaku pada 2019 setelah kematian Matsuri Takahashi, seorang karyawan Dentsu, perusahaan raksasa periklanan. Dia meninggal karena bunuh diri pada 2016 setelah bekerja lembur lebih dari 100 jam per bulan.

Takaichi mendukung agar orang-orang bisa bekerja lembur lebih banyak karena bisa menjadi sumber pendapatan yang penting. Namun, dia juga mengatakan hal itu tidak boleh mengorbankan kesejahteraan para pekerja.

"Saya tidak menyetujui lembur yang menyebabkan kematian akibat terlalu banyak bekerja," kata Takaichi, dalam pidatonya di parlemen. 

Topik Menarik