Jabat Wali Kota Muslim New York Pertama, Mamdani Simbol Perlawanan Minoritas di AS

Jabat Wali Kota Muslim New York Pertama, Mamdani Simbol Perlawanan Minoritas di AS

Terkini | inews | Selasa, 11 November 2025 - 08:13
share

NEW YORK, iNews.id - Kemenangan Zohran Mamdani sebagai Wali Kota New York bukan sekadar perubahan kepemimpinan di kota terbesar Amerika Serikat (AS). Lebih dari itu, kemenangan politisi muda Partai Demokrat tersebut menjadi simbol perlawanan baru bagi kelompok minoritas yang selama ini termarjinalkan oleh politik identitas dan retorika anti-imigran di Washington.

Pria 34 tahun itu mencatatsejarah sebagai wali kota Muslim pertama dalam sejarah New York. Dia berhasil menumbangkan kandidat independen Andrew Cuomo yang didukung langsung oleh Presiden Donald. Namun, keberhasilannya justru memantik gelombang serangan politik dari kubu konservatif yang menuduhnya sebagai ancaman bagi nilai-nilai Amerika.

Serangan Politik Bermuatan Islamofobia

Tak lama setelah kemenangan diumumkan, sejumlah politisi Partai Republik di Washington DC menyerukan agar kewarganegaraan Mamdani dicabut. Mereka bahkan menuduhnya memiliki hubungan dengan ideologi komunis dan aktivitas teroris, tuduhan yang tak disertai bukti.

Anggota DPR AS dari Partai Republik, Andy Ogles, secara terbuka menuduh Mamdani telah berbohong dalam proses naturalisasi. 

“Jika Mamdani berbohong dalam dokumen kewarganegaraannya, dia tidak layak menjadi warga negara AS, apalagi wali kota New York,” ujarnya, seperti dikutip Al Jazeera, Selasa (11/11/2025).

Politisi Republik lainnya, Randy Fine, memperkeruh suasana dengan menyebut Mamdani baru tinggal di AS selama 8 tahun, klaim yang terbukti salah besar.

Namun hasil penelusuran PolitiFact menunjukkan, Mamdani telah tinggal di AS sejak 1998, ketika masih berusia 7 tahun, dan resmi menjadi warga negara AS pada 2018. Tak ada bukti yang menunjukkan bahwa dia memalsukan dokumen atau menyembunyikan afiliasi politik apa pun.

Kemenangan yang Mengguncang Struktur Lama

Serangan terhadap Mamdani dinilai banyak pihak sebagai cermin ketakutan politik lama Amerika terhadap munculnya pemimpin dari kelompok minoritas dan imigran. Kemenangan Mamdani dianggap mengguncang struktur kekuasaan yang selama ini didominasi oleh elite politik kulit putih dan konservatif.

“Zohran Mamdani bukan hanya simbol kemenangan politik progresif, tapi juga wajah baru Amerika yang beragam dan terbuka,” kata seorang pengamat politik dari The Atlantic. 

“Dan itu membuat sebagian kelompok lama merasa kehilangan kendali,” katanya lagi.

Bagi banyak imigran dan komunitas Muslim di AS, kemenangan Mamdani membawa kebanggaan sekaligus harapan. Dia dipandang sebagai sosok yang berani menantang narasi lama tentang siapa yang pantas memimpin.

Minoritas Bangkit Melawan Stigma

Mamdani, yang lahir di Uganda dari keluarga keturunan India dan dibesarkan di New York, telah lama dikenal sebagai aktivis sosial yang vokal memperjuangkan keadilan ekonomi dan hak-hak imigran. Latar belakangnya membuatnya menjadi target empuk bagi politik identitas yang kerap digunakan Partai Republik menjelang pemilu nasional.

Namun, serangan tersebut justru memperkuat dukungan bagi dirinya. Di media sosial, tagar #StandWithMamdani menjadi tren, dengan ribuan warga New York menyuarakan solidaritas melawan politik kebencian.

“Dia adalah cerminan dari kami, warga biasa yang ingin perubahan. Menyerangnya karena agama dan asalnya hanya membuktikan bahwa sistem lama takut pada kemajuan,” tulis salah satu pengguna X. 

Perlawanan Baru di Panggung Politik Amerika

Meski menghadapi ancaman deportasi dan tekanan politik, Mamdani tetap tenang. Dalam pernyataannya, dia mengatakan akan terus fokus bekerja untuk seluruh warga New York tanpa memandang ras, agama, atau asal-usul.

“Saya berdiri di sini bukan hanya sebagai seorang Muslim, tapi sebagai warga Amerika yang percaya pada keadilan dan kesetaraan,” ujar Mamdani, dalam pidato kemenangannya. 

“Kita semua berhak merasa memiliki kota dan negara ini.”

Topik Menarik