Warganya Ditakut-Takuti Suara Hantu Pakai Sound Horeg, Kamboja Laporkan Thailand ke PBB

Warganya Ditakut-Takuti Suara Hantu Pakai Sound Horeg, Kamboja Laporkan Thailand ke PBB

Terkini | inews | Senin, 20 Oktober 2025 - 13:43
share

PHNOM PENH, iNews.id - Hubungan Thailand dan Kamboja kembali memanas. Pemerintah Kamboja secara resmi melaporkan Thailand ke Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) setelah militer negeri Gajah Putih diduga menebar teror psikologis dengan suara hantu menggunakan sound horeg di sepanjang perbatasan kedua negara.

Tindakan itu disebut sebagai bentuk intimidasi dan pelecehan psikologis terhadap warga sipil Kamboja yang tinggal di wilayah perbatasan.

Teror Suara Hantu di Tengah Malam

Menurut laporan Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (HAM) Kamboja, unit militer Thailand menyiarkan suara-suara menyeramkan menyerupai ratapan dan jeritan hantu melalui pengeras suara raksasa, mirip dengan tren sound horeg yang sempat viral di Indonesia.

Suara-suara itu diputar sepanjang malam, diselingi efek audio seperti deru mesin pesawat dan ledakan kecil, yang menyebabkan warga sekitar tidak bisa tidur dan mengalami kecemasan berat.

“Audio yang mengganggu dan berlangsung lama tersebut mengganggu tidur, memicu kecemasan, dan menyebabkan ketidaknyamanan fisik, serta mengancam meningkatkan ketegangan antara negara-negara tetangga,” bunyi pernyataan Komnas HAM Kamboja, dikutip dari Guardian, Senin (20/10/2025).

Laporan ke PBB: Pelanggaran HAM Berat

Mantan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen mengecam keras tindakan itu dan menilai praktik tersebut melanggar HAM. Melalui akun Facebook-nya, Hun Sen mengungkapkan bahwa Kamboja telah mengirim surat resmi ke Komisaris Tinggi PBB untuk HAM, Volker Türk, tertanggal 11 Oktober.

Dalam surat itu, pemerintah Kamboja menuduh militer Thailand melakukan intimidasi psikologis terhadap warga sipil di wilayah perbatasan dan melanggar semangat gencatan senjata yang disepakati ASEAN.

“Tindakan seperti ini tidak hanya tidak manusiawi, tapi juga mempermalukan hubungan baik antarnegara ASEAN,” tulis Hun Sen.

Latar Belakang Konflik: Gencatan Senjata Rapuh

Konflik perbatasan Thailand-Kamboja sempat memuncak pada Juli lalu, dengan kedua negara saling serang menggunakan artileri dan pesawat tempur. Pertempuran itu menewaskan sedikitnya 38 orang dari kedua pihak sebelum akhirnya gencatan senjata difasilitasi oleh Malaysia selaku pemimpin ASEAN.

Meski pertempuran telah berhenti, situasi di lapangan masih tegang. Sejumlah warga Kamboja yang tinggal dekat garis demarkasi melaporkan gangguan suara keras dari arah Thailand setiap malam.

Putra Hun Sen, Hun Manet, yang kini menjabat sebagai Perdana Menteri Kamboja, menindaklanjuti laporan tersebut dengan menginstruksikan menteri luar negeri (menlu) untuk membahas insiden itu dengan pemerintah Malaysia selaku mediator ASEAN.

Hun Manet menegaskan, Kamboja tidak akan tinggal diam terhadap tindakan yang mengancam kesejahteraan rakyatnya.

“Kamboja menghormati perbatasan dan kedaulatan semua negara tetangga. Namun, kami juga menuntut perlakuan yang sama terhadap warga kami,” ujarnya.

Topik Menarik