Sejarah Perusahaan Bata: Ada Sejak sebelum RI Merdeka, Kini Setop Produksi Alas Kaki

Sejarah Perusahaan Bata: Ada Sejak sebelum RI Merdeka, Kini Setop Produksi Alas Kaki

Terkini | inews | Senin, 13 Oktober 2025 - 01:00
share

JAKARTA, iNews.id - Perusahaan sepatu Bata memutuskan untuk menghentikan produksi alas kaki. Hal itu karena perusahaan mencatat kerugian hingga Rp40,62 miliar di semester I 2025.

Padahal, Bata merupakan salah satu merek sepatu yang banyak dipilih masyarakat Indonesia. Hal itu terbukti dari lamanya perusahaan tersebut berdiri.

Sejarah Perusahaan Bata

Melansir dari berbagai sumber pada Senin (13/10/2025), Bata berdiri sebelum Indonesia merdeka, yakni pada tahun 1931. Pada saat itu, Bata bekerja sama dengan NV, Netherlandsch-Indisch, sebagai importir sepatu yang berbasis di Tanjung Priok. 

Enam tahun kemudian, Tomas Bata membangun pabrik sepatu di tengah kawasan perkebunan karet Kalibata, Jalan Kalibata Raya Jakarta Selatan.

Produksi sepatu dimulai pada tahun 1940. Pada tanggal 24 Maret tahun 1982, PT Sepatu Bata, Tbk resmi terdaftar di Jakarta Stock Exchange (BEI). Kemudian, pabrik milik Bata di Purwakarta selesai dibangun pada 1994.

Sebagai salah satu produsen sepatu terbesar di Indonesia, Bata memiliki spesialisasi yang berfokus pada produksi sepatu injeksi untuk pasar lokal maupun internasional. Selain itu, perusahaan ini juga telah membuka 435 toko ritel di seluruh Indonesia, termasuk Family and City Stores.

Setelah cukup lama berada di puncak ketenaran, kejayaan Bata mulai pudar seiring berjalannya waktu. Pada 30 April 2024, Bata resmi menutup pabriknya di Purwakarta. Kala itu Bata menderita kerugian pada kuartal III 2023 yang mencapai Rp80,65 miliar.

Angka ini naik jika dibandingkan pada periode yang sama di tahun 2022 yakni sebesar Rp20,43 miliar.

Kemudian, Bata resmi menghentikan kegiatan usaha industri alas kaki kebutuhan sehari-hari dalam Anggaran Dasar Perseroan. Hal ini diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar 25 September 2025.

Dalam ringkasan risalah RUPSLB yang dipublikasikan, para pemegang saham menyetujui perubahan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan guna menghapus kegiatan usaha industri alas kaki dari lini bisnis perusahaan.

"Menyetujui perubahan Pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan untuk menghapus kegiatan usaha industri alas kaki untuk kebutuhan sehari-hari,” tulis ringkasan risalah RUPSLB.

Selain itu, RUPSLB juga menyetujui penyusunan ulang seluruh ketentuan dalam Anggaran Dasar Perseroan sebagai tindak lanjut dari perubahan tersebut.

Langkah penghentian produksi ini dilakukan di tengah kondisi keuangan perusahaan yang masih merugi. Berdasarkan laporan keuangan paruh pertama tahun 2025, BATA mencatat rugi bersih sebesar Rp40,62 miliar.

Meskipun angka tersebut menurun dibandingkan rugi bersih periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp127,43 miliar, namun penjualan bersih perusahaan turut mengalami penurunan signifikan hingga 38,74 persen, dari Rp260,29 miliar menjadi Rp159,43 miliar.

Total aset BATA per Juni 2025 tercatat sebesar Rp377,98 miliar, turun dari Rp405,66 miliar di akhir Desember 2024. Sementara itu, total liabilitas mencapai Rp434,53 miliar, dengan ekuitas hanya Rp56,54 miliar.

Topik Menarik