Peringatan untuk Gen Z! Doyan Minum Kopi dan Makan Seblak Rentan Kena Anemia
JAKARTA, iNews.id - Gaya hidup anak muda zaman sekarang tidak jauh-jauh dari konsumsi kopi. Memulai hari tanpa kopi dianggap kurang afdol untuk sebagian dari mereka.
Tidak heran kalau 'coffee shop' menjamur di banyak kota di Indonesia. Terlebih, media sosial mem-framing bahwa gaya hidup minum kopi sebagai bagian dari lifestyle kaum urban.
Namun, minum kopi tetap perlu ada batasan. Terlebih, jika kopi yang dipesan ditambahkan banyak 'condiment' lain seperti sirup hingga gula sintetis yang dapat menghilangkan fungsi kopi itu sendiri.
Tak hanya itu, minum kopi secara berlebihan juga dapat memicu masalah anemia, khususnya bagi Gen Z perempuan. Kok bisa? Apa kaitannya antara minum kopi dengan anemia?
Menurut Praktisi Kesehatan dr Rovy Pratama, kafein di dalam kopi jika berlebihan dapat menghambat penyerapan zat besi. Alhasil, risiko anemia bisa lebih tinggi.
"Seseorang bisa kena anemia itu gegara banyak faktor, salah satunya masalah penyerapan zat besi dari makanan yang dikonsumsi. Ini bisa terjadi karena kebiasaan minum kopi yang tidak sehat," kata dr Rovy dalam Sakatonik Activ Gummy di kawasan Kelapa Gading, Jakarta, Sabtu (11/10/2025).
Tak hanya kopi, matcha juga memiliki efek yang sama. Kebiasaan minum matcha yang berlebihan atau tidak tepat dapat memicu terhambatnya penyerapan zat besi dalam tubuh.
Jika zat besi tidak terserap maksimal, risiko anemia menjadi lebih tinggi. Seseorang yang mengalami anemia, berisiko mengalami masalah kesehatan lanjutan.
Misalnya saja badan lemas, konsentrasi menurun, hingga risiko masalah jantung. "Anemia terbukti menghambat produktivitas, karena aktivitas menjadi terbatas," ujar dr Rovy.
Kondisi ini ternyata dirasakan artis Davina Karamoy. Dia ternyata kena anemia, namun tidak menyadarinya.
"Gejala anemia yang saya rasakan itu mudah lelah dan lesu, terutama sedang menstruasi," kata Davina.
KIKO Season 4 Episode Baru Saving Captain Levit, Minggu 12 Okt 2025, Pukul 08.00 Pagi di RCTI
"Setelah dijelaskan dokter, ternyata saya membutuhkan tambahan suplemen zat besi dan saya memilih yang sediaan gummy seperti yang ditawarkan Sakatonik Activ Gummy," tambahnya.
Seblak Juga Meningkatkan Risiko Anemia
Tidak hanya kopi dan matcha yang dikonsumsi tidak tepat, punya hobi makan seblak terlebih jika level kepedasan maksimal juga bisa meningkatkan risiko anemia. Kok bisa?
Menurut dr Rovy, hal ini terjadi karena makanan yang terlalu pedas dapat menyebabkan perlukaan pada lambung. Ketika luka itu muncul, pendarahan terjadi namun tidak disadari.
"Ini yang kerap memicu seseorang anemia namun tidak disadari. Padahal, apa yang mereka konsumsi pun memengaruhi risiko anemia," ungkap dr Rovy.
Menjadi catatan penting di sini bahwa berdasarkan Riskesdas 2018, prevalensi anemia di Indonesia pada perempuan masih tinggi. Kelompok perempuan usia 15—24 tahun, angkanya mencapai 32 persen atau sebanyak 3—4 dari 10 remaja, serta 1 dari 2 ibu hamil atau 48,9 persen juga mengalami anemia.
Fenomena ini perlu mendapat perhatian lebih bagi Gen Z maupun masyarakat secara umum. Masalah anemia 'real' di depan mata dan perlu pencegahan untuk menghindari masalah kesehatan yang lebih jauh.
Upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah atau mengatasi anemia adalah memastikan kebutuhan zat besi harian terpenuhi. Menurut dr Rovy, dengan tercukupinya zat besi harian, maka risiko imunitas tubuh lemah hingga konsentrasi menurun bisa dicegah.
"Remaja yang anemia itu dapat mengalami penurunan daya tahan tubuh, mudah lelah, hingga menurunnya konsentrasi karena kurangnya asupan oksigen ke otak," paparnya.
Alternatif Solusi Mencegah Anemia
Sebagai upaya pencegahan atau mengatasi anemia, disarankan untuk mencukupi zat besi harian. Kebutuhan zat besi harian pada wanita dewasa itu 18 mg, tapi untuk remaja perempuan 15 mg.
Kemudian, untuk ibu hamil 27 mg. Laki-laki juga butuh zat besi, kebutuhan hariannya 8 mg untuk pria dewasa.
Untuk mencapai angka kecukupan harian, selain memastikan asupan makanan yang sehat dan bernutrisi baik, serta gizi seimbang, bisa ditambah dengan suplemen kesehatan.
Sayangnya, menurut catatan Kalbe, salah satu alasan banyak orang, khususnya gen Z tidak suka dengan obat penambah darah atau suplemen zat besi karena rasa besi yang tidak enak dan tertinggal di mulut setelah meminumnya.
"Faktor itu yang membuat orang-orang enggan minum suplemen zat besi konvensional dan berpeluang menyebabkan anemia" kata Head of Vitamin Category Kalbe Consumer Health, Adelia Theresia.
"Dan kini ada inovasi baru untuk membantu kecukupan zat besi, yaitu Sakatonik Activ Gummy yang kandungannya tinggi zat besi, asam folat, serta vitamin B12 yang rasanya enak di mulut," tambahnya.
Dengan cara baru ini, rupanya membantu mengatasi anemia pada beberapa perempuan usia produktif. Hal ini mengacu pada survei yang dilakukan Home Tester Club.
Survei melibatkan 4.364 perempuan usia produktif di Jabodetabek dan kota besar lainnya, survei dilakukan pada September 2025.
Hasil survei menunjukkan bahwa sebanyak 243 perempuan merasa tubuh mereka lebih bertenaga, tidak mudah lelah. Lalu, sebanyak 224 perempuan mengatakan lebih nyaman mengonsumsi suplemen zat besi sediaan gummy dibandingkan suplemen konvensional. Bahkan, 189 perempuan mengatakan zat besi sediaan gummy tidak menimbulkan mual.
Jadi, itu dia informasi lengkap mengenai masalah anemia yang masih banyak dialami perempuan muda di Indonesia. Penting untuk menjadi perhatian bersama agar disiplin memenuhi kebutuhan zat besi harian agar tidak mengakibatkan masalah kesehatan yang lebih serius.







